[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Dok Pribadi"][/caption]
Kebebasan yang dimiliki oleh seorang manusia, dapat berarti diperolehnya suatu kemerdekaan. Termasuk kemerdekaan menjalankan ibadah, yang menjadi bagian dari setiap gerak langkah kehidupannya.
Namun juga terdapat istilah kebablasan hakiki. Di mana ada hal-hal yang lebih mirip disebut tindakan yang tidak bermoral, namun diatasnamakan sebagai suatu kebebasan yang perlu dilindungi.
Bila kedua hal ini berdiri bersamaan, sudah menjadi suatu sunatullah, akan terjadi suatu benturan, seperti yang terjadi di University of North Carolina, di mana tiga orang muslim, mati ditembak. Alasan yang dikemukakan media Amerika, seperti alasan yang masuk akal untuk diterima sebagai alasan yang tidak masuk akal. Untuk suatu alasan yang remeh, darah sampai tertumpah.
Bagi sebagian orang, akan berkata, "Sesungguhnya apa yang dijanjikan Tuhanku telah datang". Sebagian lagi sibuk memelintir kondisi sebenarnya agar golongan tersebut bisa melakukan kebablasannya dengan bebas. Benar-benar sebuah drama tentang tragedi kemanusiaan, di tengah zaman yang berkesan demikian sibuknya mengangkat masalah kemanusiaan.
Apa pun hasil yang akhir yang kemudian menjadi suatu penyelesaian, dari apa yang telah terjadi, sesungguhnya akan ada hari di mana semua orang akan mengerti, tidak pernah ada yang namanya kebablasan hakiki. Yang ada hanyalah kebablasan yang ditangguhkan waktu penaltinya. Tinggal dari sisi sang manusia, apakah ia mampu mencerna hal ini dengan akal sehatnya, atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H