Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah-kisah Persahabatan dari Negeri China #3

11 Februari 2012   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327510472221561833

3. Wu Bao’an Menelantarkan Keluarganya demi Menebus Sahabatnya [2]

Kisah ini terjadi pada masa Dinasti Tang (618 – 907), Li Meng sebagai gubernur jenderal mendapat kuasa dari kaisar untuk memimpin ekspedisi melawan orang-orang bar-bar di selatan yang memberontak. Sebelum berangkat ia mengunjungi perdana menteri Guo Yuanzhen untuk meminta nasehatnya.

Guo Yuanzhen baru saja kedatangan keponakannya bernama Guo Zhongxiang dari kampung Wuyang, Hebei. Guo Zhongxiang yang berbakat dalam seni dan militer sengaja dikirim ayahnya ke ibukota agar mendapatkan pekerjaan/jabatan.

Kepada Li Meng, Perdana Menteri Guo Yuanzhen berkata,”… Jika kau bertindak hati-hati, kemenangan akan menjadi milkmu. Kemenakanku Guo Zhongxiang adalah orang pandai. Aku akan menyuruhnya ikut denganmu, agar jika kau mengalahkan orang bar-bar dan membuktikan kemampuanmu,ia bisa mengambil sedikit keuntungan dari kejayaanmu dan membuat dirinya sendiri terkenal”. Selanjutnya Zhongxiang ikut Li Meng dan diberi jabatan sebagai ajudan.

Saat mereka tiba di selatan pegunungan Jian, Zhongxiang menerima surat (melalui kurir) dari Wu Bao’an, seorang kepala keamanan Kabupaten Fangyi, Suizhou dekat daerah itu. Meski belum pernah saling berjumpa, karena berasal dari daerah yang sama, dan percaya Zhongxiang orang baik yang bisa menolongnya, Bao’an berharap jabatan kecil agar bisa ikut dalam ekspedisi.

Zhongxiang berpikir, bukankah sayang jika lelaki baik tak mampu melakukan apa pun untuk sahabatnya. Ia memuji kemampuan Bao’an. Gubernur jenderal Li menerima rekomendasinya dan mengeluarkan perintah untuk dikirim melalui kurir ke Suizhou, menunjuk kepala keamanan Wu Bao’an sebagai sekretaris ketentaraan.

Berbarengan dengan kurir menyampaikan surat, Gubernur Jenderal Li memerintahkan pasukannya maju menyerang, karena orang-orang bar-bar sudah dekat. Orang bar-bar kalah dan lari tunggang langgang. Dimabuk kemenangan Gubernur Jenderal Li memimpin pasukannya maju lagi sejauh 5 li (1 li = kira-kira 1/3 mil) dan mendirikan perkemahan.

Guo Zhongxiang memberi nasihat agar mundur, karena orang bar-bar sangat licik, pandai mengatur siasat. Li Meng mengabaikan nasihatnya, dan benar saja, pasukan bar-bar campuran berbagai suku yang sangat besar mengepung dari segala arah. Li Meng menyesal dan karena malu jika ditawan, ia mengakhiri hidupnya sendiri.

Sisa pasukan Li Meng yang selamat menjadi tawanan, termasuk Zhongxiang dan dibawa ke tempat suku bar-bar. Mengetahui Zhongxiang kemenakan perdana menteri yang sedang berkuasa,  Wuluo, kepala suku  bar-bar meminta tebusan seribu blok sutra.

Hanya seorang kaya seperti pamannya yang bisa memenuhi tebusan itu, pikir Zhongxiang. Zhongxiang teringat Bao’an yang luput dari serangan, karena terlambat datang. Ia berharap Bao’an menyampaikan suratnya kepada pamannya untuk meminta tebusan. Melalui tawanan yang dibebaskan, surat itu sampai kepada Bao’an.

Sebelumnya, Bao’an yang menerima surat rekomendasi dari Gubernur Jenderal Li, cepat-cepat pergi ke Suizhou menempati pos barunya dan meninggalkan istri dan anaknya yg baru lahir. Berita kekalahan Li Meng mengagetkannya.

Membaca surat Zhongxiang, Bao’an tenggelam dalam kesedihan. Ia menulis surat yang dikirim ke tempat bar-bar, menenangkan Zhongxiang, bahwa tebusan pasti akan dibayar. Bao’an segera pergi ke Ibu kota. Namun, Perdana Menteri Guo Yuanzhen sudah meninggal sebulan sebelumnya dan pihak keluarga sedang mengawal peti matinya ke daerah asalnya. Seluruh harapannya musnah.

Setelah pulang, ia menceritakan semuanya kepada istrinya, Zhang-shi dan berkata,”Aku harus menebusnya, namun karena tak mampu, aku telah membuatnya menunggu dengan sia-sia di tempat celaka itu, bagaimana aku bisa tenang?”. Bao’an berprinsip, seorang laki-laki sejati bisa meninggalkan dunia ini tanpa penyesalan, setelah menemukan sahabat yang dipercaya.

Bao’an menjual seluruh harta bendanya yang bernilai kira-kira 200 blok sutra, meninggalkan istri dan anaknya untuk berdagang keliling. Dari pagi hingga malam ia berjalan ke segala arah, mengenakan baju kumal,menyantap makanan mentah. Setiap sen, setiap butir beras dihemat demi membeli sutra. Ia membeli sedikit demi sedikit dan menyimpannya di bendahara daerah Yaozhou. Dalam mimpinya hanya dipenuhi nama Zhongxiang, dan melupakan anak istrinya. Hingga sepuluh tahun berlalu tak terasa dan terkumpul 700 gulung sutra, masih kurang 300 gulung lagi.

Sejak kepergian Bao’an, istrinya, Zhang-shi mendapat sokongan dari tetangganya, namun lama-lama berhenti juga. Setelah sepuluh tahun, Zhang-shi dan anaknya yang sudah berumur 11 tahun berniat mencari suaminya di daerah Yaozhou dengan bekal terbatas. Dalam perjalanan, bekalpun habis, ingin mengemis malu karena tidak biasa melakukan dan hanya menangis. Lewatlah Yang Anju yang akan menempati jabatan baru sebagai gubernur jenderal menggantikan Li Meng, ia berhenti dan menanyakan mengapa bersedih.

Zhang-shi menceritakan semuanya. Yang Anju yang pernah menjadi anak buah Perdana Menteri Guo Yuanzhen kagum kepada persahabatan Bao’an dan Zhongxiang. Gubernur Jenderal memberi biaya penginapan kepada Zhang-shi dan berjanji mencari suaminya. Sampai di Yaozhou Yang Anju memerintahkan orang-orang mencari Bao’an ke segala penjuru.

Bao’an ditemukan juga dan atas bantuan Yang Anju, membawa tebusan yang diminta. Akhirnya Bao’an bisa bertemu dengan Zhongxiang yang dalam keadaan lemah karena siksaan yang terus-menerus akibat usahanya melarikan diri yang selalu gagal. Bao’an menyambutnya bagaikan saudara kandung, mereka saling menatap sebelum mampu berbicara. Keduanya saling berpelukan dan menangis.

Gubernur Jenderal Yang Anju mengirim surat kepada pejabat tinggi di ibu kota, melukiskan Bao’an yang menebus sahabatnya dengan mengorbankan keluarganya sendiri. Dari ibu kota dikirim hadiah mewah dan perbekalan yang banyak untuk Bao’an. Bersama keluarganya Bao’an menuju ibu kota untuk menempati jabatan barunya sebagai wakil bupati. Dan atas kebaikan Gubernur Jenderal Yang Anju pula, Guo Zhongxiang bisa bertemu dengan keluarganya dan diberi jabatan sebagai pejabat penyelidik di Weizhou.

4. Makan Malam Ayam dan Jewawut untuk Fan Juqing, Teman Sehidup Semati.

Kisah selanjutnya: Kisah-kisah Persahabatan dari Negeri China #4

Kisah sebelumnya: Kisah-kisah Persahabatan dari Negeri China #1 Kisah sebelumnya: Kisah-kisah Persahabatan dari Negeri China #2

———————–

Sumber buku:

[2] Kumpulan Kisah Klasik Dinansti Ming – Berkumpulnya Kembali Naga & Harimau, Feng Menglong, penerjemah Shuhui Yang dan Yunqin Yang, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan kedua, April 2007.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun