Alhamdulillah, terlewati sudah empat tahun saya ‘buka lapak’ di Kompasiana. Hasil dari ‘jualan’ dan ‘membeli’ di lapak teman lainnya pun tak terkatakan (meski bisa ditulis) besarnya. Saya yang terhitung kurang aktif jualan atau mampir di Kompasiana hanya beberapa jam setiap minggunya (karena masih ‘mburuh’ di tempat lain), masih merasakan manfaat yang luar biasa, apalagi teman-teman yang bisa full setiap hari di Kompasiana. Bagaimanapun, karena kesulitan membagi waktu, saya sempatkan berkompasiana minimal setiap minggu atau di hari libur.
Jujur saja saya iri (iri tanda kurang mampu) kepada teman-teman yang mempunyai banyak waktu berkompasiana. Kesedihan bagi yang kurang aktif seperti saya adalah merasa ketinggalan tulisan teman, karena tak sempat membaca. Namun sedikit terhibur, karena sepertinya bukan hanya saya saja, beberapa teman Kompasianer yang semula super aktif malahan ‘lebih parah’ ketimbang saya. Setiap kali mengintip ke lapak beliau,hasilnya cuma celingukan, belum tampak jualan barunya.
Kesedihan lainnya adalah kehilangan teman kompasianer. Namun saya maklum, tentu banyak alasan sehingga non aktif dari Kompasiana. Memang, ibarat pepatah: mati satu tumbuh seribu, selalu saja ada pengganti teman kompasianer baru dengan tulisan-tulisannya yang khas. Juga, selalu ada saja kompasianer favorit di setiap waktu.
Bagaimanapun kesedihan itu relatif kecil ketimbang kebahagiaan yang saya dapatkan. Tak heran kebahagiaan itu tentu dirasakan oleh pembaca lainnya, sehingga menyebabkan seseorang tertarik mampir ke lapak Kompasianer dan ikut meramaikannya. Makin hari makin bertambah saja anggota Kompasiana. Dari analisa saya, inilah faktor-faktor kasat mata yang membuat Kompasiana mempesona bagi anggota dan pembacanya.
- Bebas menulis dan selalu bisa dimuat, meski harus tetap bertanggung jawab
- Dipastikan tulisan yang diunggah selalu ada pembacanya, sedikit dan banyak adalah relatif bagi orang per orang.
- Banyak tulisan yang bermanfaat, inspiratif dan menarik, berupa: reportase, opini, fiksi dan pengetahuan dari berbagai bidang keilmuan.
- Ibarat restoran komplit, apa saja menu tulisan tersedia, gratis dan tinggal lebb…telan.
- Tak harus kejar tayang, menulis menjadi ‘kebutuhan’, saat sedang butuh menulis ya menulis, saat butuh absen karena kesibukan lainnya ya tak ada kewajiban mengunggah tulisan. Hanya saja jika kelamaan tidak menulis, teman-teman bisa merasa kehilangan dan menanyakan kabar.
- Bisa mendapatkan kebahagiaan dan kebanggaan ketika tulisan diapresiasi oleh pembacanya (banyak dibaca), masuk Highlight, HL, Trending Articles, Freez, dll.
- Ada kolom komentar, sehingga interaksi dengan pembaca menjadi lebih intens
- Kita bisa tahu kelemahan tulisan kita dari tanggapan pembaca (feedback), demikian sebaliknya.
- Adanya fitur-fitur semacam ‘dashboard’ yang memudahkan mengetahui informasi tulisan baru dari teman dan status tanggapan.
- Mudah mengunggah tulisan beserta ilustrasinya.
- Bisa mendapatkan informasi buku-buku baru.
- Banyak kompasianer yang menarik (cakep dan cantik), mempunyai ciri khas tulisan.
- Bisa menjadi tempat penyimpanan tulisan, saya tak terlalu kuatir jika file pribadi rusak atau hilang.
- Di kompasiana tak mengenal kasta, sangat egaliter. Tulisan yang baik akan diapresiasi dg baik, tidak memandang latar belakang penulisnya.
- Bisa berkomunikasi langsung dengan orang-orang terkenal yang menjadi Kompasianer.
- Bisa mendapatkan buku gratis. Saya pernah mendapat kiriman buku dari Pak KK (Kusmayanto Kadiman), gara-gara komen saya pada tulisan beliau. Saya juga menerima kiriman buku (e-book) dari Omjay, Pak Kate, Pak Gustaaf Kusno, dll. Terima kasih.
- Bisa berteman secara riil, melalui kopdar. Tambahan kekayaan teman.
- Banyak kompasianer yang menyebar seantero dunia, sehingga informasinya sering sesuatu yg baru bagi orang Indonesia, sering HL
- Banyak kompasianer yang tinggal di luar negeri yang bisa tersalurkan kerindunya pada tanah air
- Banyak kompasianer yang namanya jadi populer dan mendapatkan undangan berceramah di sana sini.
- Banyak kompasianer yang bisa menerbitkan buku, bermula menulis di Kompasiana
- Bisa menumbuhkan kebanggaan gara-gara berteman dengan penulis buku dan keinginan menirunya.
- Banyak kompasianer yang bisa mendapatkan uang/hadiah dari tulisan yang berhasil memenangi lomba tulisan.
- Menjadikan lebih bergairah menulis dan produktif.
Demikianlah yang bisa saya simpulkan berdasarkan empat tahun 'jualan' di lapak Kompasiana. Semoga Kompasiana tetap eksis dan meningkatkan hal-hal yang mempesona itu, minimal mempertahankannya. Bagaimana dengan pendapat teman-teman? (Depok, 18 April 2014)
--------------
Tulisan terkait:
1. Maaf, Kompasiana Bukan Rumah Sehat
2. Pengalaman Menulis di Kompasiana
3. Memamerkan kekayaan di Kompasiana
4. Wow, Kejutan dari Admin Kompasiana
5. Belajar Lebih Teliti dengan (Cara) Menulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H