Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hah, SBY Tokoh Jahat?

6 April 2013   13:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:38 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaget saya melihat kartun Oom Pasikom di harian Kompas hari ini, Sabtu, 6 April 2013. Saya berusaha menghibur diri, semoga kekagetan itu hanya bagi penggemar wayang saja. Saya berharap kartunisnya memang tidak bermasud membuat kekagetan.

[caption id="attachment_252997" align="aligncenter" width="631" caption="Sumber: Kompas 6 April 2013"][/caption]

Sebuah kartun biasanya mengandung banyak interpretasi. Saya juga berusaha memahami maksud lain dari kartun itu. Seseorang yang duduk di kursi dengan simbol partai demokrat itu sudah pasti SBY, yang sedang “gundah” memikirkan kursi lainnya, yaitu kursi presiden RI. Di kursi presiden terdapat banyak masalah besar yang belum terselesaikan, namun masih perlu menyelesaikan masalah di partainya. Jika seperti itu yang dimaksudkan kartunisnya, kita semua memahaminya.

Yang saya tangkap dari kartun itu adalah SBY sebagai tokoh jahat. Bagi siapa saja yang mengerti cerita wayang purwa, tentu mengerti pula dua tokoh wayang popular yang duduk di depan SBY. Tokoh itu adalah Togog dan Bilung. Berikut adalah sekedar ringkasan tentang tokoh Togog.

Menurut serat “Purwacarita”, Sanghyang Tunggal dan Dewi Rekatawati ‘melahirkan’ telur yang kemudian menjadi bayi. Dari kulit telurnya berubah menjadi Batara Antaga, dari putih telurnya menjadi Batara Ismaya, dan dari kuning telurnya menjadi Batara Manikmaya.

Batara Antaga dan Batara Ismaya masing-masing merasa yang berhak atas tampuk pimpinan Kahyangan Jonggring Salaka atau Suralaya. Mereka bertanding kesaktian, siapa yang bisa menelan gunung dan memuntahkannya, itulah yang berhak tahta kahyangan. Batara Antaga giliran yang pertama. Meski sampai mulutnya robek, tetap saja tidak dapat menelan gunung. Oleh karenanya mulutnya menjadi lebar.

[caption id="attachment_253003" align="aligncenter" width="300" caption="Togog dan Bilung - Dok Pribadi"]

13652282561533347858
13652282561533347858
[/caption]

Atas perintah ayahnya, Batara Antaga selanjutnya diperintahkan turun ke marcapada (dunia) dengan berganti nama Togog, dengan misi untuk membina manusia yang angkara murka agar menjadi baik. Tidak heran Togog (ditemani Bilung) selalu menginthili (mengikuti) para tokoh jahat atau berwatak buruk.

Di kartun itu dari bahasa tubuh Togog dan Bilung tidak sedang bertamu menghadap SBY, tetapi sedang menjadi ‘pihak’/penasihat SBY.

Maafkan jika interpretasi saya salah. Ini hanya mendasarkan naluri saya sebagai homo symbolicum, lebih-lebih terlanjur mengapresiasi wayang sebagai simbol. Dan… saya tidak yakin, kartunisnya tidak mengetahui tentang tokoh (baca: simbol) wayang itu. (Depok, 06 April 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun