Mohon tunggu...
W Rizkiawan
W Rizkiawan Mohon Tunggu... -

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semoga Mereka Membaca

12 Januari 2014   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebentar lagi akan diadakan pesta Demokrasi bagi masyarakat di Negeri kami, sebuah Negeri besar yang konon katanya adalah tanah yang diberkahi oleh Tuhan. Bagi saya, terkadang saya bersyukur dilahirkan di tanah ini, saya merasa bersyukur karena Tuhan memberi kesempatan pada saya untuk ikut memiliki tanah ini, menyaksikan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh darinya, dan berkesempatan menghirup udaranya. Tapi terkadang saya juga menyesal dilahirkan ditempat ini, saya menyesal bukan karena apa-apa, saya menyesal karena saya harus menyaksikan tanah yang diberkahi ini harus dipimpin oleh orang-orang yang tidak tepat untuk menjalankan dinamika Pemerintahan di tanah ini.

Pesta Demokrasi yang akan diadakan di Negeri kami ini unik, saking uniknya pasti akan membuat Masyarakat kami, (termasuk saya) bingung dalam menentukan pilihan untuk memilih para pemimpin yang (katanya) akan mewakili dan memperkeras suara masyarakat dalam mengadu dan meminta keadilan pada Pemerintah pusat. Mereka terlalu banyak, mereka yang mengaku sebagai pemimpin yang baik ini jumlahnya terlalu banyak. Sehingga hal ini akan membuat kami bingung. bagaimana tidak, dinegeri kami ini, di negeri yang terkenal dengan kebaikan alamnya ini, mencari pemimpin yang baik ibarat menanti datangnya salju di Gurun Sahara, kalaupun ada, jarang sekali. Dan akhir-akhir ini mereka muncul dalam jumlah yang banyak secara mendadak.

Kami heran, beberapa bulan ini, menjelang pemilihan pemimpin, banyak sekali orang-orang tidak dikenal yang dengan percaya diri mengaku bahwa dia adalah orang baik dan bersedia menjadi pemimpin yang baik, bagi kami orang-orang awam yang tidak begitu mengenal Perpolitikan Negara, kami hanya bisa percaya, berharap lalu hanya menunggu janji-janji kotor yang tak pernah tertepati oleh mereka dan akhirnya kami kecewa. Dari sinilah sumber ilmu kami, karena mungkin kami tidak pernah mengkaji disiplin ilmu politik, hanya saja kami selalu belajar dari pengalaman yang sudah kami saksikan.

Kemunculan orang-orang "baik" secara mendadak ini juga terjadi pada beberapa periode tahun sebelumnya, pada waktu yang sama ketika Negeri kami akan mengadakan pemilihan pemimpin. anehnya, setelah pesta Demokrasi yang tidak jelas itu, setelah para pemimpin yang menang telah ditentukan, mereka menghilang dengan membawa sekotak harapan yang pernah di janjikan untuk diberikan kepada kami, sungguh kasihan negeri kami, negeri yang selalu ditipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dengan pengecut dan tak punya hargadiri, mereka mengambil keuntungan lalu pergi dengan sembunyi-sembunyi. Tapi ada juga yang lebih parah, mereka mengambil kotoran dengan sapu tangan, setelah itu mereka melepas sapu tangan itu sehingga kami tidak bisa melihat atau mencium kotoran ditangannya itu atau dengan kata lain mereka melakukan perbuatan memalukan itu dengan tanpa menanggalkan pakaian kehormatan mereka, pemimpin-pemimpin seperti ini sungguh memalukan, tangan kanan mereka melambai-lambaikan kebaikan pada kami, tapi tangan kiri mereka mengeruk emas di tanah kami, lalu memasukkannya pada sakunya dengan sembunyi sembunyi sambil merasa tak bersalah.

Negeri kami ini sebenarnya besar, tapi mungkin bagi mereka, negeri kami ini mungil, lucu dan mudah ditipu. Dinegeri kami yang mungil, lucu dan sering ditipu ini kami memperhatikan sekaligus belajar terhadap kelakuan-kelakuan Immoral para pemimpin tersebut. Kami (masyarakat awam), akhirnya banyak belajar dari hal-hal semacam ini. Sehingga masyarakat sekarang lebih selektif karena antipati terhadap calon-calon pemimpin abal-abal yang geblek ini. Maka tidak jarang juga ada masyarakat yang apatis dan tidak mau memilih karena mereka merasa sudah tidak ada yang bisa mewakili suara mereka.

Negeri kami terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil yang memiliki beberapa Propinsi dan Kabupaten di setiap daerahnya, dan setiap daerah akan melaksanakan pemilihan para anggota Legislative di daerahnya masing-masing. Akhir-akhir ini, disepanjang jalan di daerah yang saya lewati, selalu ada gambar-gambar manusia yang didekatnya ada sebuah reklame yang bertuliskan ajakan untuk memilih orang tersebut. di mata saya ini sungguh memalukan, saya seperti melihat orang yang memohon, mengemis-ngemis untuk diperbolehkan merampok kekayaan sumber daya alam kami. Mungkin ini pengaruh buruk dari pengalaman-pengalaman kami terhadap pemimpin-pemimpin sebelumnya. Meski tidak semua calon pemimpin seperti itu, tapi calon pemimpin yang seperti itu juga banyak sekali.

Terhadap Perpolitikan di Negeri ini, keheranan saya bertambah ketika banyak orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan berpolitik ikut-ikutan mengadu nasib dalam berpolitik. Mereka hanya bermodalkan popularitas yang tidak jelas. Seorang pelawak yang ikut berpolitik, rasanya akal saya hampir tidak bisa menerimanya, mungkin ini yang menyebabkan Negeri kita sering dijadikan tertawaan bagi Negara lain, Negeri ini sudah terlalu banyak pelawaknya! tapi kalau bisa, jangan melawakkan Negeri kita di mata Negara lain dong! sehingga kita dijadikan bahan tertawaan terus.

Semakin hari, semakin dewasa, seharusnya kita semakin sadar bahwa Tuhan telah mengkodratkan manusia pada jalan hidup masing-masing, kita harus menerima hal itu demi kepentingan diri kita dan kepentingan orang banyak, biarkan saja mereka-mereka yang mewakili kita di Parlemen adalah orang-orang yang memang berkapasitas dalam bidang tersebut. Janganlah kalian orang-orang yang tidak paham Politik ingin ikut berpolitik hanya karena ingin menambah kepopuleran, menambah uang atau hanya ingin dipuji dan mencatatkan nama dalam Sejarah, itu bukan cara yang baik. Kalian hanya akan mempermalukan diri kalian sendiri karena dengan menceburkan diri dalam dunia yang tidak kalian pahami, kalian hanya akan mempertontonkan kebodohan kalian didepan orang banyak.

Sudahlah, mari semuanya legowo. orang-orang yang tidak paham politik, cukup kalian menjadi ahli dalam kapasitas kalian sendiri. jangan khawatir, tidak hanya politik yang bisa mencatatkan nama kalian dalam sejarah, jika memang hanya itu tujuan kalian. Kalian tetap masih akan bisa mencatatkan nama kalian dalam sejarah pada bidang yang benar-benar memang kalian berkapasitas didalamnya. Karena menurut saya, "Sejarah akan mencatat nama-nama kita dengan sendirinya , jika kita benar-benar berkontribusi pada sejarah itu sendiri." Dan kita juga harus tahu, bahwa tidak hanya Politik yang akan membuat kita berkontribusi terhadap sejarah.
Bahkan di daerah-daerah, banyak orang-orang yang tidak hafal Pancasila ikut mencalonkan diri untuk menjadi calon legislative dengan bermodalkan kepopularitasan dan uang, lalu berharap mendapatkan keuntungan banyak dari berpolitik, apa ini sebuah dagangan?? Saya tidak habis pikir dengan orang-orang seperti ini.
Harusnya ada badan khusus yang menyeleksi para calon "pengeras suara" masyarakat ini untuk memastikan bahwa para manusia-manusia yang mau mencalonkan diri ini benar-benar hafal Pancasila dan mengerti Undang-Undang, yang tidak hanya bermodalkan kepolularitasan dan uang, Negeri ini harus mulai berbenah dengan lebih selektif terhadap manusia-manusia yang akan mewakili suara mereka di Parlemen. Sehingga kita bisa memastikan bahwa hanya orang-orang yang berkapasitas yang boleh mewakili aspirasi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun