Indonesia merupakan negara multikultural, dari sabang sampai merauke terdapat beragam suku bangsa yang tentunya memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu suku yang ada di Indonesia yaitu Suku Makasssar, yang merupakan etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Suatu kelompok masyarakat atau suku tentunya memiliki pandangan hidup atau prinsip yang menjadi suatu hal yang dipatuhi oleh setiap individu dalam masyarakat tersebut. Seperti halnya suku makassar yang memiliki prinsip hidup yaitu Siri na Pacce.
Sejarah Siri na Pacce
      Siri na Pacce adalah bentuk budaya yang melembaga serta dipercaya oleh Suku Makasar. terdapat kajian terkait sejarah dan konsep siri’ na pacce yang ada pada suku Makassar sejak zaman dahulu. Suku Makasar yang menempati Sebagian wilayah Sulawesi Selatan adalah penduduk asli yang telah memiliki kebudayaan tersendiri, jauh sebelum lahirnya kerajaan Gowa secara resmi yaitu kerajaan dari Kawasan Timur Indonesia yang memiliki pengaruh yang cukup besar. Kerajaan Gowa bermula ketika kehadiran Tumanurunga di Takakbassia Tamalate, berdasarkan atas perjanjian pemerintahan antara Tumanurunga dengan Sembilan Kasuwiang yang terjadi pada kisaran tahun 1300 M. Sejarah terkait siri na pacce, dapat dilihat dari tulisan-tulisan mengenai falsafah atau petuah-petuah yang dapat kita lihat pada tulisan lontarak. Budaya siri telah menjadi adat istiadat dan fallsafah hidup masyarakat suku makasar sejak dahulu sebelum mulai tercatat pada masa Karaeng Tumapakrisik Kallonna. Adapun konsep dan arti serta pandangan suku makasar mengenai Siri, diantaranya; sirik (siri’) sebagai harga diri atau kehormatan; mappakasiri’, artinya dinodai kehormatannya; sirik (siri’) sebagai pernyataan sikap tidak serakah dan lain sebagainya. Selain itu, dalam tulisan lontarak terdapat petuah atau pandangan mengenai konsep siri, diantaranya; Siritaji nakitau, berarti hanya siri’, maka kita dinamakan manusia; Sirikaji tojeng, siritaji tojeng, berarti hanya siri’lah yang benar; Karaeng, siri’ kuji ki atai, berarti Tuanku, hanya karena siri’ maka tuan memperhamba saya, bermakna terkait status sosial yang mempengaruhi sikap orang; Punna taenamo siri’ku, manna kupannobokangki, taenamo nalantanglantang yang bermaksud jika seseorang tidak punya malum aka tidak mempunyai kehormatan dan kekuatan di hadapan orang; Kaanne buttaya Gowa majarremi nikasirikang, artinya bahwasanya negeri Gowa ini telah ditekadkan guna membela siri.
Makna dan Nilai Siri na Pacce Sebagai Prinsip Hidup Suku Makasar
      Sejak zaman dahulu, suku Makasar telah berpegang teguh pada falsafah ‘Siri na pacce yang sudah mereka jadikan sebagai prinsip hidup. Dalam ungkapan ini menggambarkan bahwa antara kata siri dan pacce merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Orang Makasar beranggapan jika seseorang tidak memiliki siri dan pacce sebagai pandangan hidupnya maka akan mengakibatkan seseorang tersebut bertingkah laku layaknya binatang alias tidak punya malu (siri) dan tidak memiliki unsur kepedulian sosial serta mau menang sendiri (tidak memiliki empati/pacce). Falsafah siri ini digunakan oleh orang Makasar untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang berniat menghina bahkan merendahkan harga diri, keluarga ataupun kerabatnya. Sedangkan pada falsafah pacce dipakai untuk membantu tetangga atau anggota masyarakat yang sedang mengalami kesusahan. Kata siri sendiri dalam bahasa Makasar bermakna ‘malu atau rasa malu’ artinya malu apabila melakukan perbuatan tercela. Selain itu, siri ini bisa dianggap sebagai sistem nilai sosial, budaya dan kepribadian yang merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai anggota masyarakat, kata siri ini juga bisa memberikan motivasi kepada seseorang untuk meraih kesuksesan, orang Makasar beranggapan apabila orang lain mampu berhasil mengapa kita tidak, sehingga ketika mereka sedang merantau ke daerah lain maka mereka akan bekerja keras untuk meraih kesuksesan, orang Makasar akan merasa malu apabila pulang ke kampung halaman tanpa membawa hasil. Adapun pengertian pacce dalam bahasa Makasar diesebut juga pesse yakni ‘suatu perasaan yang menyayat hati, pilu bagaikan tersayat sembilu apabila melihat sesama warga masyarakat atau keluarga sedang ditimpa musibah, pacce ini digunakan sebagai alat persatuan, solidaritas, kemanusiaan dan memberikan motivasi agar terus berusaha meskipun sedang dalam keadaan yang buruk. Dari pengertian diatas jelas bahwa pacce ini dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa, serta membina solidaritas diantara manusia agarmau membantu seeorang yang sedang mengalami kesulitan.
      Prinsip Siri Na Pacce di kehidupan masyarakat Suku Makassar merupakan salah satu faktor pendukung dalam mempertahankan rasa kemanusiaan dan kesolidaritasan. Hal tersebut membuat kehidupan masyarakat Suku Makassar tidak terlepas dari prinsip Siri Na Pacce.  Prinsip tersebut membuat masyarakat Suku Makassar tidak akan tinggal diam apabila ada yang menginjak harga dirinya. Pada zaman dulu, apabila ada seorang anggota keluarga yang membawa lari gadis lain (kawin lari), maka pihak laki-laki maupun perempuan dianggap telah menjatuhkan harkat dan martabat keluarga. Tak heran apabila mereka akan selalu dicari sampai dapat bahkan bisa sampai diakhiri hidupnya oleh keluarganya. Dalam kalangan masyarakat Suku Makassar, apabila terjadi tindak kekerasan, maka mereka akan membawa masalah tersebut sampai kepada teman maupun kerabatnya. Tidak jarang terlibat perkelahian antara keluarga untuk mempertahankan harga diri mereka. Jika ada pihak yang sampai meregang nyawa, maka kematiannya dianggap syahid. Siri Na Pacce juga digunakan masyarakat Suku Makassar yang ingin merantau sebab berkaitan dengan sifat pantang menyerah dalam mengejar impian walaupun harus menderita di perantauan. Bagi mereka, menyerah hanya akan menimbulkan rasa malu dan mencoreng nama baik keluarga. Prinsip hidup ini juga mencegah mereka untuk melakukan hal tercela di daerah perantauan.
      Namun, sekarang ini pemahaman dari Siri Na Pacce dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai luntur di kalangan pemuda sebagai akibat perkembangan zaman. Banyak masyarakat yang sudah tidak berpedoman pada prinsip tersebut. Banyak kita temui berita mengenai perkelahian ataupun kejahatan karena hilangnya budaya kita yang tinggal sebuah bentuk pemahaman tanpa adanya perilaku nyata. Padahal banyak sekali hal positif jika mengenal prinsip Siri Na Pacce dengan baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai masyarakat tidak meninggalkan prinsip ataupun nilai-nilai positif yang sudah dipegang sejak luhur seperti Siri Na Pacce yang menjadi pedoman hidup masyarakat Suku Makassar dalam menanamkan nilai kesolidaritasan dan kemanusiaan untuk membuat hidup semakin bermakna dan berguna.
Penulis: Ajeng Silvia Rahayu, Lisna Novita, dan Rida Cahyanie
Sumber Rujukan:
Alamsyah, A. H. (2022). Implementasi Budaya Siri' Na Pacce di Tengah Arus Kebudayaan Populer. Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya, 3(1), 1-15. https://doi.org/10.55623/ad.v3i1.106
Darwis, R., & Dilo, A. U. (2013). Implikasi Falsafah Siri’ Na Pacce Pada Masyarakat Suku Makassar di Kabupaten Gowa. El-HARAKAH (TERAKREDITASI), 14(2), 186–205. https://doi.org/10.18860/el.v14i2.2317