Mohon tunggu...
Rafli WardanaAlamsyah
Rafli WardanaAlamsyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Indonesia

Common Person

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kolonialisme Sarana Pluralisme?

4 April 2024   09:57 Diperbarui: 4 April 2024   09:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara multibangsa dapat terbentuk dari ketidaksengajaan ataupun kesengajaan. Ketidaksengajaan pembentukan negara multibangsa dapat terjadi ketika sebuah masyarakat dengan kebudayaan mengalami kolonialisasi dan takluk oleh masyarakat yang lain, ataupun penyerahan kekuasaan imperial kepada imperial lain yang telah menaklukan bangsa tersebut. Kesengajaan pembentukan negara multibangsa dapat terjadi ketika berbagai kebudayaan sepakat untuk menjadi suatu federasi untuk kepentingan bersama (Kymlicka, 2015).

Status politik khusus merupakan salah satu cara yang populer bagi negara multibangsa untuk mengakomodasi minoritas bangsa. Pemberian hak tersebut tidak terlepas dari usaha-usaha untuk meminimalisasi terjadinya konflik dan suatu kompensasi dari terjadinya peleburan batasan kultural secara ketidaksengajaan. Pemenuhan atas hak tersebut jarang sekali hasil kesadaran nurani dari komunitas politik terhadap minoritas bangsa. Karena itu, minoritas bangsa perlu melakukan inisiasi dalam usaha melindungi status mereka sebagai komunitas budaya tersendiri. Dengan tercapai pemenuhan kesepakatan dan rasa pemenuhan hak dari minoritas bangsa, kesetiaan setiap bangsa terhadap komunitas politik semakin memungkinkan.

Sebagai penunjang kekokohan negara multibangsa diperlukan kehadiran rasa kesetiaan terhadap komunitas politik yang lebih besar tempat mereka hidup bersama. Meskipun begitu, negara multibangsa tidak selalu menutup mata atas kesadaran warganya yang memiliki cara pandang diri sendiri sebagai masyarakat tunggal dalam derajat tertentu. Seperti orang Swiss yang dapat menghadirkan loyalitas kebersamaan yang kuat, meskipun diiringi dengan berbagai perbedaan kebudayaan dan bahasa yang ada.

Loyalitas bersama seringkali dimaknai sebagai penjelmaan dari suatu identitas nasional. Akan tetapi, perlulah adanya kontras tafsir antara identitas nasional dan jiwa 'patriotisme'. Kelompok bangsa dapat merasa loyal terhadap negara yang lebih besar karena negara yang lebih besar mengakomodasi pengakuan dan rasa hormat terhadap setiap keberadaan bangsa yang berbeda. Penduduk Swiss dalam hal ini merupakan masyarakat patriotik yang memberikan loyalitas kebersamaan terhadap negara Swiss yang merupakan federasi dari berbagai masyarakat yang tidak sama. Alih-lih identitas nasional, loyalitas kebersamaan lebih baik dimaknai sebagai rasa patriotisme bersama.

Pada Israel, konflik antara penduduk Yahudi dan Arab Palestina menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mencapai masyarakat multikultural dan plural. Sementara itu, di Palestina, konflik dengan Israel serta pertentangan internal antara fraksi politik Palestina juga mempersulit proses menuju pluralisme yang inklusif. Upaya untuk mencapai kesetaraan dan toleransi antara berbagai kelompok di Israel dan Palestina juga terkait dengan isu pengakuan identitas. Kelompok-kelompok minoritas di kedua negara tersebut berjuang untuk diakui dan dihormati dalam kerangka negara multibangsa yang mereka huni.

Kolonialisme Pemukiman Merupakan Pluralisme?

Kolonialisme pemukiman adalah konsep yang berasal dari kolonialisme, yang bertujuan untuk menggantikan populasi asli dengan komunitas pemukim dengan cara mendapatkan tanah untuk pemukiman baru. Jenis kolonialisme ini sering melibatkan genosida atau pembunuhan massal, yang mengakibatkan pengusiran penduduk asli dan kehilangan tanah, hak, dan identitas mereka. Patrick Wolfe berpendapat bahwa kolonialisme pemukiman bukanlah peristiwa yang terjadi sekali saja tetapi merupakan struktur yang berkelanjutan.

Sejak Deklarasi Balfour, terjadi arus migrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina, yang mengubah komposisi demografis dan secara perlahan menggusur penduduk Palestina. Trend ini terlihat di Tepi Barat, di mana penduduk asli terusir dari rumah mereka. Selain itu, setelah pemberlakuan Resolusi 181 PBB, militer Israel, dengan dukungan pemerintah, melancarkan serangan yang menghancurkan rumah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya, yang mengakibatkan kematian jutaan orang, termasuk dalam peristiwa baru-baru ini. Keadaan ini menggambarkan bahwa kolonisasi Israel atas tanah Palestina melibatkan eliminasi penduduk asli Palestina.

Referensi

Glenn, E. N. (2015). Settler Colonialism as Structure: A Framework for Comparative Studies of U.S. Race and Gender Formation. Sociology of Race and Ethnicity, 1(1), 52-72. https://remote-lib.ui.ac.id:2075/10.1177/2332649214560440 

CNN Indonesia. (2023, November 5). Korban Tewas Serangan Israel ke Gaza 9.500 Orang, Termasuk 3.900 Anak. Internasional. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20231105151259-120-1020232/korban-tewas-serangan-israel-ke-gaza-9500-orang-termasuk-3900-anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun