Panas di gurun itu terasa sangat menyengat seperti biasa. Habib, pria yang sudah lama menetap di gurun itu menetap di sekitar gurun itu tampak lebih lelah dibanding biasanya. Sudah puluhan tahun ia terjebak di gurun itu. Berusaha untuk keluar atau paling tidak mencari oasis.
Orang yang ia temui di sudut mana pun di gurun itu, tak mengetahui dimana letaknya. Beberapa orang yang tinggal di tenda tenda sekitar gurun pun hanya saling tunjuk. “cobalah kau bertanya pada orang lain” “kalau tidak salah, orang yang tinggal di tenda di sebelah sana pernah mengetahuinya”. Mereka tidak pernah menyebutkan tempat. Suatu hari di sebuah bar, Habib bertemu dengan seorang saudagar muda yang sering berkunjung ke gurun itu dan menjelajah ke setiap daerah disana untuk menawarkan barang barangnya. “selamat siang anak muda. Ku dengar kau sering berkunjung ke gurun ini dan menjelajah ke semua daerah disini. Pernahkah kau melihat sebuah oasis atau mungkin malah beberapa?” “ya, kau benar. Aku sudah sudah sering kali kesini dan tentu saja aku pernah melihat oasis. Letaknya di tengah gurun ini. Oasis itu indah sekali. Benatkah kau tidak mengetahuinya? Setauku kau juga sudah lama berada di gurun ini”. “ah itu. bukankah oasis itu hanya fatamorgana?” Habib sudah mulai kecewa. “hmmm… mungkin saja. Kau sudah pernah kesana kalau begitu. Aku sendiri hanya melihatnya sambil lewat saja. Aku toh tak butuh oasis. Jika butuh air, aku tinggal keluar dari gurun ini. Kalaub butuh makanan, aku bisa membawa bekal atau membelinya di tenda tenda yang menjual makanan”. Habib langsung keluar dari tenda itu dan menuju ke tenda tempat biasa ia tinggal. Tak lama, seorang kakek yang sangat tua masuk ke tendanya. “ada apa anak muda?” “kau sudah tau bukan?” “masih tentang oasis rupanya. Kalau soal air, bukankah kau sudah mendapatkannya setaip hari? Kami punya sumber air di dekat sini”. “ini bukan tentang dahagaku, tapi dahaga gurun ini. aku yakin, gurun ini masih menyimpan kesejukan jauh di dalam. Tapi sejauh aku mencari, aku tak pernah menemukan.” “aku mengerti. Kau pasti merasa hatimu kering dan panas karna merasa butuh dicintai. Dan karna gurun ini merasakan hal yang sama, sedangkan cinta yang kau butuhkan sulit untuk ditemukan, kau berusaha mencari oasis, untuk membuktikan bahwa tak ada yang lebih buruk dari keadaan hatimu sekarang.” “kau mengetahui segalanya pak tua. Silakan katakan saja apa yang seharusnya kau katakan padaku” “aku hanya punya beberapa nasihat. Cinta itu tidak akan datang jika walau kau menunggu, dan takkan ditemukan walau kau mencari. Ia hanya akan datang jika kau dianggap pantas, yaitu saat kau menerima dirimu sepenuhnya entah baik atau buruk dan siap berbagi semuanya itu kepada orang lain. Dan mengenai gurun ini, ia juga hanya ingin diterima apa adanya. Jika kau merasa gurun ini pantas menerima cinta darimu, terimalah kondisinya.” “maksudmu diam saja sambil menikmati? Bukankah itu sama artinya dengan tidak melakukan apa apa?” “tentu saja tidak seperti itu. kau bukan hanya menerima gurun ini tapi juga memahaminya agara kau tau bagaimana mewujudkan cintamu dalam sebuah tindakan yang nyata. Biar kuberitau, di suatu tempat di gurun ini ada sebuah wilayah yang tanahnya cukup subur. Kau bisa menanam tumbuh tumbuhan atau berbagai bibit pohon disana. Coba beritau aku apa yang sebaiknya kau lakukan” “membeli bibit itu di tenda penjual bibit tanaman dan mencari tanah subur itu bukan?” “tepat sekali” Habib pun pergi dari tenda itu dan pergi membeli bibit tanaman, setelah itu pergi mencari tanah subur yang dimaksud pak tua tadi. cukup mudah menemukannya karna Habib sudah menjelajahi seluruh gurun jadi yang perlu ia lakukan hanyalah menyusuri tempat yang tampak berbeda. Beberapa tahun kemudian, setelah Habib menemukan tanah itu dan menanam bibit bibit tumbuhan disana, oasis pun tercipta. Ia juga membuat kolam rupanya. Dan sekarang, tenda tenda yang banyak tersebar di sepanjang gurun berkumpul di oasis itu untuk menemukan kesejukan. Sayangnya, masih ada kekeringan di sana. Di tempat yang tidak seorang pun dapat melihatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H