Mohon tunggu...
Wahyu Riska Elsa Pratiwi
Wahyu Riska Elsa Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A student university in Maulana Malik Ibrahim(MMI)State Islamic University Malang take a Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Manusia dalam Pandangan Tokoh Barat

13 Mei 2014   00:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 6002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua hal di dunia memiliki beragam pemaknaan, tergantung dari siapa yang menilai. Bila kita melihat manusia dan mencoba mengkaji lebih detail tentu ada beragam definisi seputar manusia. Sebagaimana yang kita ketahui, manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material/jasmani dan mahluk spiritual dimana dalam konsepsi hal ini dikemukan oleh beberapa tokoh Islam seperti Ibnu Rusyd, Al-Ghazali dll. Lantas bagaimana konsep manusia dalam pandangan tokoh-tokoh barat? Berikut ini adalah konsep manusia menurut barat :

Perbedaan mendasar terhadap konsep manusia menurut pandangan barat dan islam dapat ditemukan pada hakikat penciptaan manusia. Dalam Islam jelas manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui beragam proses, bermula dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan kemudian ditiupkan ruh dalam segumpal daging tersebut. Nah, dalam pandangan barat tidak ditemukan secara rinci dan teliti mengenai hakikat penciptaan manusia (sehingga hal ini menjadi pembeda paradigma pedagogis manusia). Karenanya teori Darwin pada masa lampau menjadi jawaban atas hakikat penciptaan manusia. Masih banyak penganut teori Darwin yang menganggap bahwa manusia itu kemungkinan besar tercipta melalui proses evolusi yang panjang (dari monyet). Para penganut teori Darwin ini, menempatkan manusia sejajar dengan binatang dan menerangkan terjadinya manusia atau hakikat penciptaan manusia dari sebab-sebab mekanis.

Masih terkait dengan pandangan Barat tentang hakekat manusia, oleh Azhar Arsyad, menyatakan bahwa ada sekian pakar (ahli pendidikan Barat) berbicara tentang manusia yang hanya menggambarkan satu atau dua aspek tentang manusia. Sebagai misal, mereka menggambarkan bahwa “manusia adalah binatang cerdas yang menyusui”.

Kemudian, salah satu tokoh barat, John Locke (1632-1704), menerangkan hakekat manusia dengan menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan. Menurut John Locke, akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta materil untuk melatih kekuatan-kekuatan itu. John Locke meyakini bahwa anak yang lahir di dunia ibaratnya kertas putih kosong, Orangtua dan lingkungannya lah yang memberi warna dan membuat kertas itu menjadi lecek atau tetap bersih. Dalam psikologi pendidikan, pandangan John Locke tersebut di-kategorikan sebagai paham behaviorisme, bahwasannya lingkungan sekitar menentukan perkembangan hidup seorang anak manusia, namun ia sendiri juga dapat merubah lingkungan itu.

Masih terkait dengan pandangan Barat tentang manusia, oleh Rousseau dengan falsafah naturalismenya, mendasari pendidikan pada prinsip progresif, yaitu pandangannya bahwa hakikat manusia itu alamiah. Manusia menurutnya, adalah dilahirkan dari kandungan alam yang memiliki sifat baik. Karena itu, tokoh Barat ini menekankan bahwa dalam pendidikan, anak harus dijauhkan dari lingkungan yang tidak menguntungkan. Dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian “kekuasaan”, perintah yang harus ditaati. Kembalikanlah anak kepada dirinya sendiri. Pendidikan mengutamakan minat dan kebutuhan anak. Karena itu, program sekolah akan diprogram/diorganisasi sekitar dan sesuai dengan minat serta kebutuhan anak.

Terdapat banyak gesekan atas pandangan manusia pada sesama tokoh psikologi di barat Di antara para psikolog Barat. Psikologi Eksistensial-Humanistik contohnya ada dan lahir sebagai reaksi terhadap psikoanalisis dan behavioristik. Psikoanalisis memandang manusia sebagai makhluk yang penuh dengan hasrat-hasrat biologis dan pemenuhan itu harus tercipta dalam kehidupannya, dan behavioristik memandang tingkah laku manusia sebagai hasil rekayasa dan proses pembiasaan sebagaimana terdapat pada hewan, dengan kata lain, kedua aliran tersebut memandang bahwa tingkah laku manusia seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya, sementara penganut Eksistensial-Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang mempunyai otoritas atas dirinya sendiri, punya kebebasan untuk ber-kehendak, bertanggung jawab, aktualisasi, punya makna hidup, dan sebagainya. Ada pandangan menarik dari seorang tokoh barat yaitu, Frankl, beliau adalah tokoh eksistensial-humanistik menyatakan: “Man lives in three dimensions: the somatic, the mental, and the spiritual. The spiri-tual dimension cannot be ignored, for it is what makes us human”

Beliau berpendapat bahwa, pada diri manusia, di samping terdapat dimensi somatic (raga) dan dimensi mental (psikis), terdapat pula dimensi lain yaitu dimensi spiritual (rohani). Diyakini oleh beliau, dimensi spiritual merupakan dimensi yang dapat menjadikan manusia sebagai “seorang manusia”. Kemudian, Patterson (1980) menyatakan bahwa dimensi spiritual merupakan ciri pokok eksistensi manusia. Dimensi spiritual secara fenomenologi dapat tercermin melalui kesadaran diri pada manusia. Dimensi spiritual ini yang menimbulkan suara hati, rasa cinta, dan estetika.

Kaum eksistensial-humanistik menganggap dimensi spiritual manusia sebagai dimensi yang terpenting dibanding dimensi somatic dan dimensi mental, sebab dimensi spiritual dianggap sebagai inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup, fungsi dan eksistensi dimensi spiritual dapat melahirkan suara hati, rasa cinta, dan estetika, dan yang dapat menjadikan manusia berbeda dengan binatang.

Semoga bermanfaat,, untuk pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun