Mohon tunggu...
Wahyu Riska Elsa Pratiwi
Wahyu Riska Elsa Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A student university in Maulana Malik Ibrahim(MMI)State Islamic University Malang take a Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Tua Siapa Takut

20 November 2014   02:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejatinya perkembangan dapat diartikan sebagai “A process toward the achievement of a greater level of maturity or in perfect living things” dimana perkembangan adalah sebuah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna pada mahluk hidup.

Manusia sebagai mahluk yang dinamis tentu mengalami perubahan-perubahan, ia terus berkembang. Perkembangan itu meliputi tahapan/fase. Dari fase infancy menjadi fase childhood kemudian menjadi adolescence hingga akhirnya sampailah pada masa adulthood. Kehidupan manusia saat menginjak masa remaja bisa diibaratkan seperti mesin diesel yang bekerja dengan aktif secara terus-menerus untuk akhirnya mampu menggerakkan kapal selam, lokomotif, dan kapal laut, serta beberapa mobil-mobil modern lainnya. Sebagaimana manusia di masa remaja ia sangat produktif, dengan stamina dan gairah untuk berkarya dalam kehidupan.

Manusia yang dibaratkan layaknya mesin tentunya membutuhkan perawatan yang baik. Hingga tibalah ia pada fase yang lebih tinggi dalam kehidupan yaitu fase dewasa/adulthood. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan. Fase ini sebagaimana pada childhood dan adolescence juga terdiri atas tiga tahap yaitu early adulthood, middle adulthood, and late adulthood. Kebetulan penulis kini masih berada pada fase remaja akhir/late adolescence dan tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi masa dewasa yang tentunya memiliki tantangan yang tidak kalah berat dengan fase remaja.

Fokus tulisan ini adalah pada pemahaman akan masa penuaan yang terjadi pada fase dewasa akhir menjelang lansia (lanjut usia) dan diharapkan dengan pemahaman ini kita mampu sejak dini membangun kesiapan diri untuk menyongsong hari tua yang indah dan baik.

Menurut Dr. Jan Tambayong (2001) dalam bukunya yang berjudul Patofisiologi dijelaskan bahwa, “penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yakni mekanisme perusakan dan perbaikan di dalam tubuh atau sistem tersebut yang terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda.” Kesehatan dan panjang umur tentunya diharapkan oleh semua orang. Namun perlu diketahui bahwa untuk panjang umur memang dipengaruhi oleh beragam faktor. Entah itu bawaan atau turunan, nutrisi, dan gaya hidup masing-masing individu.

Perkembangan manusia yang dinamis memang diidentifikasi secara jelas melalui fisik, kognitif, sosial dan emosi. Dalam fokus tulisan ini penulis hanya akan membeberkan secara garis besar akan perubahan kemampuan kognitif pada diri individu pada tahap penuaan.

Sejak pertengahan tahun 1980-an banyak ahli riset yang mengalihkan perhatian mereka kepada studi sistematis tentang efek-efek penuaan kognitif terhadap kemampuan dalam kehidupan sehari-hari (Solso, 2009).

Dimana kemampuan secara kognitif terlihat menurun secara konstan. Sebagai contoh, para manula cenderung mendapat kesulitan dalam mengingat nama-nama atau mengingat apa yang harus dilakukan dan juga mengingat perencanaan kegiatan yang ingin dilakukan. Memori tentang sumber informasi (siapa mengatakan apa) juga cenderung memburuk. Kemampuan-kemampuan yang menuntut kecepatan pengolahan informasi dari berbagai sumber seperti menyetir mobil, mengoperasikan komputer juga mulai menurun. Kemudian terdapat beberapa perubahan yang berhubungan dengan fungsional indera seiring berkurangnya usia seperti ketajaman pengelihatan, pendengaran, dan beberapa fungsi persepsi yang turut menimbulkan gangguan kognitif.

Kemudian ditambah dengan serangan pada penyakit fisik yang tidak diharapkan, seperti jantung, hipertensi, diabetes, asam urat dan penyakit lainnya yang mungkin terjadi bersamaan dengan penurunan fungsi kognitif ringan ini.

Akan tetapi menurut hemat penulis kekhawatiran akan penurunan fungsi kognitif itu memang wajar tapi jangan sampai kita takut untuk menghadapi masa penuaan ini. Justru dengan kekhawatiran ini kita menjadi lebih mawas diri dari sekarang dengan melatih kekuatan mengingat sejak dini dan terus mengembangkannya dengan menggunakan teknik mnemonic dan tidak lupa mengembangkan gaya hidup yang sehat dan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi bagi otak, tentu serta memperbanyak berolahraga. Hal ini akan menjadi strategi yang tepat untuk dikemudian hari kita secara fisik masih segar bugar dan secara mental masih dapat mengingat nama, nomor, dan jalan pada usia lansia kelak.

Sumber Referensi:

Solso. Robert, dkk. 2009. Psikologi Kognitif. Jakarta:Erlangga

Tambayong, Jan. 2001 Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:ECG
http://psikology09b.blogspot.com/2011/05/kognisi-sepanjang-masa-kehidupan.html


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun