Mohon tunggu...
Wahyu Riska Elsa Pratiwi
Wahyu Riska Elsa Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A student university in Maulana Malik Ibrahim(MMI)State Islamic University Malang take a Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Creativity vs Intelligence, Who is The Most Important?

3 Desember 2014   15:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika saya ditanya orang;

“Mana yang lebih baik, orang yang cerdas atau orang yang kreatif?”

Jawab saya:

“Kenali dan galilah dirimu. Di sana ada banyak potensi kecerdasan dan kreativitas yang mungkin belum pernah kau gunakan dalam kehidupanmu. Dan itu membuatmu menjadi luar biasa.”

Yang bertanya terdiam, menatap saya. Lalu melongos pergi.

Disebuah tempat bernama pikiran acap kali terdengar keributan antara dua orang. Terdengar jelas keduanya tengah terlibat dalam sebuah perdebatan sengit. Ternyata si kreativitas dan si kecerdasanlah yang sedang beradu argument. Hal ini mengganggu pikiran. Ia tidak ingin tempatnya menjadi tidak kondusif karena mereka. Perdebatan itu ternyata membahas mana yang lebih penting? Mana yang harus diutamakan? Mana yang harus lebih diasah antara kecerdasan dan kreativitas. Jawabannya adalah keduanya masih tetap pada pandangan masing-masing. Kecerdasan meyakini ia begitu dibutuhkan untuk diasah, dan kecerdasan merasa dialah yang membuat seseorang menjadi kreatif. Lantas si kreativitas justru menyangkal. Menurutnya kecerdasan tidak akan bermakna bila kita tidak ada si kreatif. Sehingga dengan adanya si kreatif otomatis seseorang akan cerdas dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidup. Masalahnya adalah perdebatan ini tidak menyertakan bukti-bukti konkret sehingga yang terjadi hanya keegoisan akan pendapat masing-masing.

Untuk memecahkan masalah ini dan menyamakan persepsi mereka pikiran pun memberi saran untuk bertanya dengan seorang bijak yang disebut PYM (Paduka Yang Mulia). PYM tinggal di tempat terpencil jauh dari peradaban. Sehingga untuk sampai ke sana si kreatif dan si kecerdasan harus saling bekerja sama. Mereka melewati beberapa hutan dan juga sungai. Perjalanan panjang selama 4 hari. Akhirnya tibalah mereka di rumah PYM. Hunian ini bahkan tidak layak disebut rumah. Lebih tepat disebut dengan gubuk reot. Sangat menyedihkan. Ukurannya kecil mungkin tidak bisa menampung lebih dari 5 orang dan perabotan di dalamnya juga sudah using. Namun keduanya menunjukkan rasa hormat pada PYM yang dikenal dengan kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Banyak orang yang berguru dengannya.

PYM sedikit kaget kedatangan tamu dari jauh. Ia menyambut keduanya dengan coklat hangat kebetulan diluar sedikit gerimis dan ia tengah membaca buku sembari menikmati minuman coklat hangat. PYM pun bertanya dengan ramah. “Apa gerangan kalian berdua datang kemari wahai anakku?” tanyanya ramah. “Sebelumnya silahkan menikmati hidangan yang ala kadarnya ini” katanya lagi. Sambil menganggukkan kepala si kreativitas pun menjawab “Aku kreativitas PYM datang bersama kecerdasan untuk bertanya seputar hal yang membuat kami berdebat sepanjang hari.” “Iyah PYM kami datang kesini untuk sebuah jawaban. Semoga dengan itu kami bisa mengetahui kebenaran dari, mana yang lebih diutamakan dan yang harus diasah antara kecerdasankah atau kreativitas?” sambung kecerdasan. Kemudian ia meneguk minuman coklat hangatnya. “hahaha, jadi karena itu kalian jauh-jauh datang kemari. Tidakkah kalian terlalu serius anakku?” katanya sambil meletakkan buku bacaannya di atas meja. “Tidak PYM sungguh kami membutuhkan jawabannya. Hal ini menjadi perdebatan yang melelahkan setiap harinya.” Jawab si kecerdasan. “Ceritakan padaku bagaimana perjalanan kalian hingga bisa bertemu denganku.” Pinta PYM pada keduanya.

Kecerdasan dan kreativitas saling berpandangan bingung. Mereka ingin mendapatkan jawaban bukannya malah bercerita tentang perjalanan mereka yang luar biasa melelahkan. Bahkan mengingatnya pun membuat mereka menjadi lemas. “Baiklah” jawab keduanya serempak.

Kreativitas mulai bercerita. “Kami berangkat dengan perbekalan yang cukup untuk tiga hari perjalanan. Ada roti, nasi kepal isi daging dan telur, air putih, teh dan biskuit. Perjalanan ini ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Melewati 2 hutan yang mengerikan dan 3 sungai. Kami berjalan dengan santai tidak terburu-buru sampai akhirnya di hutan kami bertemu dengan harimau. Mengerikan sekali. Karena panic dan takut, kami melarikan diri sampai kami tidak sadar kami sudah berlari terlalu jauh dan salah satu tas perbekalan kami yang berisi nasi kepal pun jatuh. Kami kehilangan kontak dengan harimau itu tapi kami akhirnya tidak tau jalan awal menuju hutan kedua. “

Kecerdasan lalu melanjutkan cerita. “Parahnya Saat itu sudah petang. Matahari terbit dan sempurna kami menghabiskan malam pertama di hutan yang mengerikan. Kami sadar akan banyaknya binatang buas yang berpotensi menyakiti kami. Kemudian si kreativitas menyalakan api dengan menggunakan batu dan kayu serta dedaunan kering yang ditumpuk. Aku baru tahu api bisa dinyalakan dengan cara seperti itu. Untuk tidur si kreativitas mencari rotan panjang yang kuat lalu menyulamnya sehingga menjadi tempat tidur gantung dan ia menancapkannya di dua ranting pohon yang kuat sehingga jadilah tempat tidur yang nyaman.”

Disambung lagi dengan si kreativitas “Tapi kami masih khawatir dengan ancaman binatang buas. Si kecerdasan lalu menaburkan garam di sekitar area peristirahatan kami. Katanya itu untuk menghindari adanya serangan ular di malam hari. Ternyata api saja tidak cukup untuk melindungi kami. Besoknya kami bangun dalam keadaan segar. Kami pun melanjutkan perjalanan. Kami mengikuti firasat kami dan syukurlah kami menemukan titik tolak jalan kami sebelum bertemu dengan harimau itu. Hari kedua perjalanan berjalan lancer. Sampai kami melewati hutan kedua. Namun sungai pertama menjadi kendala bagi kami. Arusnya begitu deras mustahil kami berenang dengan arus seperti itu. Aku pun meminta kecerdasan membantuku mencari beberapa kayu yang tumbang di sekitar hutan. Kami menemukan 5 kayu yang tumbang dan masih terbilang kuat. Kugunakan rotan yang tadi malam untuk mengikat kayu itu. Aku dan kecerdasan akhirnya berhasil membuat perahu dari kayu.”

Kecerdasan melanjutkan. “Sedikit menakutkan menyebrangi sungai pertama dengan perahu kayu ini. Tapi tidak ada salahnya dicoba. Ide si kreativitas ini ternyata bekerja. Kami berhasil menyebrangi sungai dengan selamat. Tapi perbekalan kami semakin menipis dan hari juga sudah menjelang malam. Kami pun memutuskan istirahat di sekitar sungai itu. Kemudian hari ketiga kami berusaha melanjutkan perjalanan kami dengan perut keroncongan. Karena sudah berada di pinggir sungai aku pun membuka satu ikatan rotan dan memotong kayu yang paling panjang untuk kemudian ku bentuk menjadi tombak dengan pedang yang ku bawa. Kemudian aku menangkap ikan dengan itu. Kami berhasil mendapatan ikan yang cukup untuk dimakan sebagai sarapan. Setelah membuat api kami pun meikmati ikan bakar dengan lahap. Walaupun tanpa nasi kepal tapi bisa makan saja sudah cukup untuk perjalanan kami selanjutnya.”

Kreativitas melanjutkan. “Syukurlah kami bisa makin karena perjalanan masih lumayan jauh. Setelah berjalan hingga siang hari kami pun menemukan sungai kedua. Dan berhasil menyeberangi sungai ketiga. Arusnya tidak begitu deras. Dan kami pun memutuskan untuk berenang saja. Syukurlah tidak banyak masalah yang kami dapatkan. Hanya tinggal mendaki pegunungan tempat PYM tinggal. Tapi kakiku terluka. Mungkin karena terkena benda tajam saat perjalanan sebelum sungai terakhir tadi. Kebetulan kami berjalan dengan bertelanjang kaki. Karena alas kaki kami rusak. Kecerdasan mengeluarkan dedaunan dari dalam sakunya kemudian menumbukknya. Dan mengoleskannya ke lukaku dan memercikkan sedikit air. Katanya itu bisa mencegah infeksi dan ia mengikat pergelangan kakiku dengan rotan. Itu untuk membuat darahku tidak keluar terus-menerus. Awalnya sangat sakit. Tapi setelah diobati dengan si kecerdasan kakiku sudah lumayan bisa digerakkan. Aku berterima kasih sekali berkat bantuannya”

Kecerdasan tersipu dan mengatakan “Iyah syukurlah lukanya segera diketahui. Dan kami sudah berhasil menyeberangi sungai terakhir. Kami kemudian melakukan pendakian dan di hari keempat, sampai di kediaman PYM” terang kecerdasan dengan senang.

“Pertanyaan kalian sejatinya sudah terjawab anakku” kata PYM dengan yakin sambil menyeruput coklat hangatnya. “Maksudnya PYM? Sungguh kami tidak mengerti bagaimana bisa sudah terjawab sedang kami kemari untuk meminta jawaban tersebut” kata kreativitas dengan bingung pada PYM. “Kalian sudah sampai sejauh ini dengan mengandalkan masing dari diri kalian. Yah, kecerdasan dan kreativitas dengan keduanya kalian bisa sampai di kediamanku dengan selamat. Apakah harus kujelaskan lagi?” kecerdasan dan kreativitas mulai berpikir lagi. Benar juga keduanya saling berpikir. Kalau mereka tidak saling bekerja sama mengandalkan kemampuan mereka masing-masing tidak mungkin mereka bisa menyeberangi sungai dengan membuat perahu, membuat api, menghalau binatang buas dengan garam, dan mengobati luka yang ada. Hal ini membuat mereka seketika tersadar. “PYM benar. Keduanya adalah penting. Tidak ada yang berada di atas dan di bawah” sahut kecerdasan yang sudah mengerti dengan maksud PYM. Paduka yang mulia tersenyum. “Bagaimana kreativitas apa kau masih bingung?” “Terima kasih PYM. Seperti aku sudah memahami maksud pertanyaanmu. Terima kasih kecerdasan karena kau kita bisa sampai disini dengan selamat. Aku belum berterima kasih padamu sedari tadi” katanya tulus. “Aku juga kreativitas kalau bukan karena kreativitasmu yang berhasil membuat perahu dari kayu mungkin kita luntang-lantung di hutan itu. Terima kasih juga.” Kata kecerdasan senang,

Keduanya pun memahami tidak ada yang lebih hebat. Tidak ada yang lebih penting. Dua-duanya sama peningnya perlu diasah secara baik karena dengan keduanya maka seseorang dapat dengan mudah memecahkan masalah yang dihadapi. Keduanya lalu menginap 1 hari di rumah PYM kemudian berpamitan esoknya sambil masih terus berterima kasih pada PYM. Mereka kembali dengan hati tenang dan bahagia karena sudah menemukan jawaban. Setelah perjalanan itu tidak pernah lagi terjadi perselisihan atau perdebatan antara keduanya.

Refleksi Psikologi :

Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan yang paling penting dalam hidup. Terlepas dari siapa anda atau apa yang sedang anda lakukan, anda tentu akan menghadapi tantangan-tantangan. Bagaimana anda menghadapi tantangan seringkali akan menjadi faktor penentu dalam seberapa sukses anda dalam hidup. Sementara masalah muncul dalam berbagai bentuk, dan ukuran serta intensitasnya.

Pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks diantara semua fungsi kecerdasan. Pemecahan msalah merupakan proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan keterampilan dan kontrol dari individu. Sehingga akhirnya menghasilkan solusi dan pengambilan keputusan yang tepat sasaran.

Tahapan penyelesaian masalah diantaranya :

1.Kenali msalah secara general dan berusahalah mendefiniskan masalah

2.Temukan bukti dari permasalahan

3.Carilah penyebab munculnya masalah

4.Perrimbangkan berbagai alternative untuk menemukan solusi masalah

5.Pilihlah alternative/jalan keluar dari masalah yang paling mudah

6.Eksekusi masalah dengan alternative yang sudah dipilih

7.Evalusi kembali penyelesaian yang dilakukan

William Stern mengemukakan kecerdasan ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.

Kemudian Rawlinson mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan suatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relative berbeda dengan yang telah ada.

Kecerdasan dan kreativitas merupakan kegiatan berpikir yang ada dalam diri individu namun berbeda dalam praktiknya. Kalau kecerdasan disebut sebagai kegiatan berpikir kovergen sama dengan orang pada umumnya namun kreativitas merupakan kegiatan berpikir divergen, berbeda dari yang lain/unik. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif tingkat tinggi.

Jadi tergantung individu hendak memilih yang mana. Enakan menjadi pribadi yang berpikir cerdas atau kreatif? Atau individu yang berpikir cerdas dan kreatif?

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun