Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

“Jangan Ada Guling antara Kita”

29 Juni 2016   10:49 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Teringat disuatu masa dimana saya merasa harus banyak belajar lagi dan lagi. Namanya juga si sontoloyo yang bodoh, ya harus terus belajar agar ngak di bilang bodoh-bodoh amat terus terusan. Karena merasa dengan ilmu yang ada stocknya sudah sangat terbatas untuk bisa berkompetisi di masa depan.

Di mana menurut saya waktu itu, tahun hadapan, adalah tahun penuh kompetisi. Persaingan di dunia akan semakin ketat, perilaku manusia semakin rumit, kehidupan semakin complex. Sehingga saya merasa dengan pola pikir saya yang ada ( saat itu) kemampuan saya akan terbatas, hidup saya bisa tersandung-sandung. Maka, salah satu hal yang terbaik adalah, belajar lagi, membuka paradigma baru, meluaskan wawasan, berkelana.

Salah seorang teman baik saya dan bisa dikatakan terbaik adalah mas erbe sentanu. Salah satu provokasi dia yang sangat berhasil adalah membawa saya ke sebuah bootcamp di sebuah kota di di negeri jiran di tahun 2002. 1 minggu full acaranya . Setiap hari, sejak pagi dari jam 7.00 hingga jam 2 pagi di gojlok dikawah candradimuka yang keras.

Mungkin banyak sahabat bertanya, ini workshop apa sih kok seperti pendidikan di akademi di gunungtidar Magelang tempat taruna TNI? Benar, kapasitas tekananya benar sebegitu kejam dan keras namun yang di gojlok bukan fisik kita bahkan bukan juga pikiran kita. Saya tulis dari sisi lain, ini sebuah pelatihan yang tajam, keras, sangat melelahkan namun yang dilatih bukan fisik kita dan bukan pikiran kita.

Lalu apa yang di training? HATI. Yang di gembleng hati kita.

Jadi sebenernya bagaimana membuat hati yang lentur, hati yang lembut, hati yang lapang? Bagaimana membentuk hati yang kuat setelah pecah berantakan, bagaimana membentuk hati setelah sebuah peritiwa besar yang membuat hati tidak bisa menampung keindahan bahkan tidak bisa menmpung kebenaran? How to ment the broken hearted? Bagaimana menyembuhkan luka hati?

Ada sebuah teori, kalau sahabat mau membuat perut buncit seperti perut saya saat ini menjadi flat tummy perut rata bahkan ada sedikit begenjul (baca: six pack). Maka anda harus membakar lemak disekitar perut.

Gerakan sit up, side kick, sit back, dilakukan berulang ulang hingga ribuan kali, ribuan repeatation, ribuan pengulangan selama bertahun. Lemaknya dibakar dengan kardio, jalan cepat, jogging, sepeda dan lain sebagainya. Namun itu hanya masih untuk membuang lemak, belum mengukir six packnya. Masih banyak gerakan lainnya yg harus di repeat. Membentuk satu bagian tubuh saja luamanya bukan main

Sekarang kembali kepertanyaan di atas paragraf ini, bagaimana membentuk hati yang indah?

Inilah isi training tersebut. Membentuk hati!. Isi lengkapnya saya akan tulis dalam episode lain (mohon maaf), yang saya mau tulis kali ini adalah seluruh kegiatan kami tersebut kami tidak boleh memakan daging, menjadi vegetarian ceritanya, hanya sayur dan buah.

Lalu apa yang terjadi? Ternyata selama 7 hari semua organ sepertinya menjadi layu semua, menjadi lemes, males dan berat sekali melakukan sesuatu, sehingga semua harus dipaksa, self push! Kita peserta seakan harus memaksa diri kita sendiri kebatas limit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun