Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagi Pencinta Selfie, Hidup Ini Seperti Kamera, Hanya Focus Kepada yang Penting Saja

30 Juni 2016   15:08 Diperbarui: 30 Juni 2016   15:19 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Masih berlanjut urusan kartu kredit. Dimana banyak yang menganggap riba. Secara pribadi saya tetap pada pendapatan saya. saya punya kartu kredit dan tetap akan menggunakannya. Bagi saya kartu kredit adalah alat bayar pengganti uang. Karena saya tidak mau menjadi bergantung dengan satu komoditas alat transaksi yang namanya uang kartal atau uang tunai.

 Saya harus mempunyai banyak system pembayaran. Baik payment getway dunia maya ataupun dunia nyata. Tetapi saya harus tetap belajar dan tetap ingin  tahu lebih dalam lagi. Saya lapar informasi agar saya yang berpendapat mengunakan non-cash kartu ini tidak di riba-ribain terus. 

 Salah satunya ketika saya berkesempatan datang kesebuah museum di Swedia  2 tahun lalu. Sebenernya malu sih saya menceritakan saya ini punya idola. Mungkin karena berselera norak (baca : katrok) kali ya.  Bayangin saja saya ini mengidolakan ABBA. Group music asal swedia. Lagu-lagu mereka, chiquitita, Fernando, take a chance on me, I do, ido, I do, sering menjadi gumaman saya bersenandung. Norak khan ya? Jaman gini masih nyanyi lagi ABBA ..kemana aja luh?!

 Karena yang namanya nge-fans, ya bertandanglah saya menyempatkan ke swedia.  Ke museum ABBA yang baru di luncurkan tahun 2013  atau 2014 kalau tidak salah saya lupa pasnya. Sebagai number one fans tentunya antusias banget melihat 4 orang bersuara emas membuat memoriblia museum perjalanan music mereka.
 Berhubung  nge fans berat, maka ketika ada cerita tentang personil ABBA hal ini sangat menarik perhatian saya. Apa itu?  Salah satu personel mereka Björn Ulvaeus ternyata membuat sejarah kedua. 

 Setelah mendunia kan ABBA, dia sekarang membuat hampir diseluruh swedia tidak memakai uang tunai lagi. Personil ABBA ini membuat sejarah lagi sebagai pelopor “cashless revolution”.

 Ceritanya, suatu hari putra Bjorn di apatementnya di Stockholm kemalingan sampai 2 kali dalam setahun. Peristiwa itu sangat membekas dalam hati Bjorn dan mulai berfikir bagaimana kalau seandainya dunia ini tidak ada uang tunai “cashless”, pasti si pencuri tidak bisa menjual barang curiannya. Karena semua dengan mudah terdata.

 Sejak saat itu dia mulai menulis di blog nya dan menulis di banyak artikel. Salah satunya yang di bahasnya adalah bagaimana tindakan criminal  yang ternyata semua berujung di uang (untraceable cash), uang tunai yang tidak ketahuan pemiliknya. Jika ada digital record atau catatan digital untuk setiap transaksi, perampokan, fraud penipuan keuangan, dan koruptor di dunia ini akan tamat, berakhir.

 Sebagai sebuah komitmen pada dirinya, sejak tahun 2011 dia berhenti menggunakan uang tunai. Semua digital, semua card, cashless. Dan tidak pernah menggunakan tunai hingga saat ini.

 Bahkan di museum ABBA pun tidak terima pembayaran tunai. Dia meletakan pesan di pintu masuk :

 Saya menantang semua orang untuk stop menggunakan uang tunai. Saat ini dunia menderita karena tindakan criminal, mulai dari narkoba hingga pencuri sepeda. Karena tindakan criminal memerlukan uang tunai. Mata uang Krona Swedia adalah mata uang yang kecil pengaruhnya di dunia ini, sebaiknya di jadikan contoh sebagai “the first cashless society” – Björn Ulvaeus

 Luar biasa hal ini di respond dengan baik. Semuanya menukar tunai dengan digital dan kartu. Di puncaknya, Bank Swedia ( Swedish bank)   menciptakan aplikasi , cashless app bernama “ swish”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun