Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

“Sepandai-pandainya Orang yang Multi-Talent, Masih Kalah Sama Orang yang Multi-Face ( Muka Dua)”

25 Februari 2016   13:20 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:03 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wowiek asshole? Sepertinya bukan barang baru di dengar tapi rasanya itu sudah “past tense” deh. Kalau saya mengukur diri saya seperti di usia saat ini “value” saya sudah bergeser. Ini menurut saya loh. Mungkin saya salah namun saya berusaha keras untuk tidak menjadi seorang asshole, dalam bisnis tentunya.

Sebagai seorang yang selalu lapar, membuat orang di sekeliling saya gerah. Mereka banyak bertanya..ini orang (wowiek) apa yang di cari sih?! Kalimat seperti itu pastinya banyak muncul dalam benak orang di sekeliling saya.

Kalau rumus “been there done that” hampir semua pernah dilakukan, pernah disana. Lalu apa yang dicari sekarang? Legacy peninggalan kepada anak cucu? Mau membuktikan kepada dunia bahwa ada seorang namanya wowiek..mau jadi legenda?! Kenapa sampai saat ini masih menekan (orang dan diri sendiri) ke batas limit.

Setahu saya, seorang asshole sulit bertahan lama karena selalu mementingkan ambisinya. Dan yang dilupakan untuk mencapai ambisinya biasanya “injek kaki” orang, ilmu kodok deh, sikut, injak!.

Sementara kalau ke atas, “kissing ass” jilat pantat pejabat, atasan..semua di service habis. Apa kata pemegang kekuasaan adalah kebenaran tertinggi. Pejabat minta apa adalah sebuah komando wajib taat. Seberapapun aneh permintaan tersebut. Yang penting izin keluar, kontrak dapat, fasilitas di percepat.

Jadi kesimpulan saya “being an asshole” hanya jangka pendek. Kalau saya mau bermain panjang, hidup enak tanpa tekanan, rubah menjadi seorang yang tahu batas. Dan ngak gampang bagi orang seperti saya ini. Bahkan kalau saya teringat kembali ke sebuah masa dimana saya harus survive plus bisa mencicil beban hutang. Saya dari seorang entrepreneur, balik lagi ke sisi pegawai walau sulit pekerjaaanya saya terima.

Seorang sahabat yang dulunya pernah jadi karyawan saya memiliki jalan hidup lebih baik dalam mengambil keputusannya. Dia menjadi pemilik sebuah perusahaan besar dan meminta saya bergabung dengan posisi asosiate director selama 2 tahun kontraknya. Tugas saya utama, menciptakan disiplin dan ketaatan dalam perintah, militansi.

Dan wowiek seorang asshole, perkataan saya keras dan lantang, rasanya Cuma Ahok kualitas hardikannya di atas saya. karena walaupun saya juga menggunakan “high tone language” saya tidak pernah pakai makian goblok, danisi kebon binatang! Saya main pecat, cut off, fired!

Mas, saya belum pernah memimpin 200 staff professional yang 60% nya graduate oversea student. Bisakah mas wowiek bantu saya mengendalikan perusahaan sampai mereka fit? Itu adalah kalimat yang keluar dari mulut employer saya ketika saya akan bergabung. Saya di suruh membuat 200 staf yang 60% nya merupakan lulusan luar negeri dengan gelar sarjana sejajar master, taat dan disiplin. Dan bagi saya itu bukan hal aneh atau baru. Saya pernah memimpin dengan typology pegawai sebanyak ini dan mirip ini.

Kalau di bayangkan seperti di perusahaan multi nasional bukan? Seperti bekerja di Citibank, bekerja di Cevron dan sejenisnya. Namun ini perusahaan swasta nasional. Pemiliknya swasta nasional dan berbisnis multinasional.

Jadi baru 1 bulan bekerja 30 manajer sejajar merasa gerah dengan saya. disiplin dan tekanan setiap saat saya berikan, mulai dari sales marketing, pembukuan, pajak, legal, HRD, produksi saya tanya semua harus tahu PNL perusahaan base on daily performance.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun