Mohon tunggu...
Woro seto
Woro seto Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis apa saja yang disuka

Konten kreator, Pengusaha kecil, suka nulis hal receh dan pengamat sosmed

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ustaz Lulusan Pesantren Kilat

16 Mei 2019   14:14 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:50 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oh iya, sangat jauh jika saya membandingkan ustad sekarang dengan para nabi dan rosul. Maaf ya maaf. Biar tidak terlalu jauh, saya bandingkan saja dengan ulama indonesia yang kita kenal sebut saja ahmad dahlan, hasyim asy'ari, buya hamka. Hidup mereka sangat sederhana, tidak bermewah mewah, ataupun mengumpulkan harta dari dakwah.

 Terkadang, ustaz dadakan dan profesi ustaz, masyarakat sendiri yang membuka peluang itu. Masyarakat sering menebus keringat dan waktu sang ustaz dengan pemberian uang dan akhirnya karena nikmat sang ustaz jadi ketagihan. Ustaz dadakan juga berfikir bahwa menjadi ustaz profesi yang menggiyurkan, hidup mulia, kaya raya dan akhirnya berbondong-bondong ikut pesantren kilat dan membeli buku kumpulan khtubah dan merasa berilmu.

 Umat islam harus mengetahui tentang keutamaan ustaz, karena sangat berkaitan dengan ilmu. Imam syafi'i mengatakan tiada ilmu tanpa sanad. Ma kita wajib mengetahui dulu ustaz yang kita panggil di masjid kita. Tidak asal-asalan dan seadanya.dan akhirnya forum yang harusnya menjadi forum diskusi agama yang penuh subtansi bukan menjadi forum lawakan di masjid.     

Ini baru istilah ustaz lho ya, nanti jika umat islam membiarkan hal ini terus menerus. Lama-lama ustaz dadakan dan profesi ustaz mengaku dirinya sebagai ulama. Atas dasar jam terbang kariernya,bukan atas dasar ilmu agamanya.

 Menjadi sangat kacau bila dibiarkan, apalagi kedudukan ulama sesuai  hadist nabi "warosatul anbiya"(pewaris para nabi) bisa jadi ini hanya angan-angan yang sulit terwujud scara subtansi. Jika ustad dadakan mengaku dirinya sebagai ustad bahkan ulama.

Terkadang saya juga merasa miris, banyak ustaz yang pergi jauh berdakwah, tetapi tetangga depan belakang, dan samping kanan kiri tidak mengenal. Padahal dakwah yang terbaik adalah dakwah di rumah terdekat. Tidak ada anjuran berdakwah ditempat yang jauh yang melalaikan keluarga dan tetangga dekat.

Dakwah yang sesungguhnya adalah berbuat baik, menegakkan kebenaran dan  keadilan, memerdekakan orang tertindas semata-mata hanya untuk mencari ridho sang pemilik semesta. Umat islam dalam satu daerah akan lebih baik lagi jika tidak perlu memanggil ustad yang jauh.cukup ustad di kampung setempat. Hal ini bisa digunakan untuk memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, tempat berkonsultasi dan tentunya tanpa amplop seperti ustad profesi.

Saya masih percaya, masih banyak juga ustdz yang pantas dan masih memegang nilai-nilai perjuangan islam, masih sederhana, zhuhud dan wara'. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun