Mohon tunggu...
wong plaju
wong plaju Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

mencoba belajar menuliskan apa yang ada di antara dua telinga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menunggu Kereta

17 Desember 2011   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah lama kami nanti kereta  itu

Sebuah kereta yang berpenumpangkan  orang-orang pemberani dan penuh semangat

Orang-orang yang  pemberani, tegas, intelek serta selalu memancarkan aura positif

Aura positif yang mempengaruhi ketentraman hati kami di stasiun tua ini

ya, kami sedang disini, di stasiun tua untuk  menunggu kereta itu.

Stasiun kami ini sudah tua, kami takut stasiun kami ini bisa roboh tanpa sisa, sehingga kelak orang tidak tau bahwa di situ dulu pernah ada stasiun kami ini

Kayu pondasi stasiun kami ini sudah mulai mengalami pembusukan di grogoti oleh tikus-tikus bedebah

Tiang-tiang nya pun sudah banyak yang keropos di makan rayap-rayap jahanam

Lantainya  kini menjadi tempat tinggal dan berkembang biaknya jentik nyamuk yang siap  bermertamorfosis menjadi nyamuk yang siap menghisap darah

Dinding stasiun nampaknya sudah tidak kuat lagi menahan terpaan-terpaan angin serta badai yang selalu datang.

Ya kami Merindukan kereta Itu, kereta yang bisa menghantarkan kami, sebuah kereta harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun