Seekor ulat bertahan 3 hari di dalam kulkas, nyaris hanyut di bak cuci piring, namun pada akhirnya hidup bahagia di pohon delima.
Ulat ini tidak mungkin menulis autobiografi (menuliskan sendiri kisah hidupnya). Namun ada seorang penulis iseng nan kurang kerjaan yang kebetulan menggunakan Blackberry bekas milik adiknya, punya rumah maya di wordpress serta kompasiana, terhubung dengan internet, dan yang terpenting, bersedia membuatkannya sebuah biografi singkat.
Seekor ulat hidup dengan tenteram dan sejahtera di sebuah pertanian organik, tepatnya di sebuah tanaman brokoli. Suatu hari, brokoli tempat tinggalnya dipetik bersama dengan sayur-sayuran lain yang telah matang, dan didistribusikan ke pasar-pasar, supermarket-supermarket, toko-toko, dan sebagainya.
Pada hari Jumat pagi, tibalah ulat ini di pasar modern BSD, yang terletak di bilangan Serpong, Tangerang Selatan. Tepatnya di sebuah kios kecil yang khusus menjual produk-produk makanan organik.
Oleh pegawai kios, brokoli tempat tinggal Si Ulat lantas dibungkus dengan plastik, siap dimasukkan ke kulkas agar tidak mudah busuk. Plastik pembungkusnya rapat sekali, tentunya oksigen tidak bisa masuk, bagaimana kalau Si Ulat kekurangan oksigen? Mampus deh gue, pikir Si Ulat (keluh).
Untung, tidak lama kemudian, datanglah seorang ibu muda rupawan yang memesona nan cantik jelita (untung nggak ada editor, kalau ada, kalimat di atas tentu sudah disensor), yang hendak membeli sayuran organik untuk bayinya. Sebelum sempat dimasukkan ke dalam kulkas, brokoli tempat tinggal Si Ulat sudah berpindah tangan.
Setibanya di rumah, ibu muda rupawan yang memesona nan cantik jelita (please, deh!) ini langsung merobek sedikit plastik pembungkus brokoli, dan memetik sedikit brokoli untuk direbus bersama sayuran lainnya sebagai makanan bayi. Oksigen pun berlomba-lomba mengalir masuk. Ahhhhh, segarnya, pikir Si Ulat (lega).
Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba Si Ulat merasa bahwa udara di sekitarnya mendadak bertambah dingin dengan drastis. Waduh, serasa di Mount Everest aja! Tapi tidak sia-sia Si Ulat dilahirkan, dan tinggal di alam bebas seumur hidupnya. Tanpa jaket di saat dingin, tanpa payung saat hujan, tanpa air conditioner saat panas. Ya, Si Ulat telah ditempa oleh alam menjadi mahkluk yang ulet nan tangguh.
Setiap hari, si ibu muda rupawan yang memesona nan cantik jelita (plis deh iiihhh, gak pegel apa, ngetiknya!!!) akan mengeluarkan brokoli dari kulkas, memetiknya sedikit, lantas mengembalikannya. Sampai pada hari suatu hari Senin yang indah.
Saat mengeluarkan brokoli dari kulkas, ibu muda yang rupawan, memesona, eh apa tadi ya? (Nah, lupa kan? Bagus! Malah bagus!!!) Well, pokoknya ibu muda ini menyadari, bahwa ada seekor ulat yang bertengger pada brokolinya. Ooo, ulat mati, pikirnya. Ulat yang malang.
Si Ulat bergerak sedikit. Si ibu muda yang rupa... Oke deh, cukup si ibu muda saja ya. Ibu ini berpikir, mungkin ia salah lihat. Ulat tadi pasti sudah mati karena sudah berhari-hari tinggal di kulkas.