Mohon tunggu...
Santi Kurniasari Hanjoyo
Santi Kurniasari Hanjoyo Mohon Tunggu... Lainnya - Marathoner, ibu rumah tangga yang suka berlari, menulis, dan menyanyi.

Saya suka menulis (meskipun kadang isinya tidak penting), suka membaca dan menanggapi tulisan orang lain, dan suka membuka website Kompas. Karena itu, saya senang sekali bisa bergabung dengan Kompasiana... it's a wonderful world of blogging ... ^^

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Di Rumah atau Dirumah, Apa Pedulimu?

18 Maret 2011   03:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sejak kapan persisnya, saya tidak ingat. Namun yang pasti sudah bertahun-tahun ini saya merasa ‘gatal’ bukan main, setiap kali melihat tulisan ‘DI JUAL’ di depan rumah atau mobil, yang memang hendak dijual. Karena kata ‘di jual’, jelas-jelas salah tata bahasanya.

Yang benar adalah ‘dijual’. Antara ‘di’ dan ‘jual’ harusnya disambung, tidak usah dipisah atau diberi spasi.

Pada saat itu saya hanya menyabarkan diri dan berpikir, bahwa yang menulis ‘DI JUAL’ kemungkinan besar adalah makelar yang hanya mementingkan penjualan (sehingga tidak sempat mengindahkan tata bahasa), atau orang yang kurang berpendidikan, sehingga tidak memahami tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Namun lama-kelamaan kesalahan semacam ini kian mewabah. Sekarang, di mana-mana kita bisa menjumpai kesalahan serupa. Bahkan di tayangan televisi nasional sekali pun!!! Padahal, tayangan televisi nasional disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Dalam program-program berita, biasanya kesalahan semacam ini cukup jarang terjadi. Mungkin karena orang-orang di balik layar program berita cukup paham akan tata bahasa yang benar.

Tapi coba saja tonton program-program di luar program berita. Kalau Anda termasuk orang yang (setidaknya berusaha untuk) mematuhi kaidah-kaidah berbahasa, Anda akan merasa supeeerrr gataaalll…!!!

Mengherankan, karena orang-orang yang bekerja di stasiun televisi, khususnya yang bertugas menuliskan kalimat-kalimat yang muncul di layar televisi, mestinya adalah orang yang berpendidikan. Minimal Diploma 3, atau bahkan S1, S2 dan selanjutnya.

Saya hanya khawatir, jika kian hari kian banyak orang yang meniru kesalahan berbahasa tersebut, tanpa menyadari bahwa mereka salah. Karena mereka toh, hanya meniru yang dilihat di layar televisi.

Saya sering membuka kompas.com, yang merupakan situs berita favorit saya. Tulisan dari Kompas sih, tak pernah salah soal di-di-an ini. Tapi coba lihat bagian surat pembaca, atau komentar pembaca yang ada di bawah setiap berita. Bisa dibilang, 90% tidak bisa membedakan di rumah dengan dirumah, dijual dengan di jual. Apa peduliku? Mungkin begitu pikir mereka…

Betapa beratnya tugas para guru bahasa Indonesia kalau begitu…!!!

Sebenarnya, membedakan apakah ‘di’ harus disambung atau dipisah dengan kata yang mengikutinya, juga SANGAT MUDAH. Tidak perlu pendidikan yang terlalu tinggi atau otak jenius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun