PASBERITA.com - Saya bukan pendukung Jokowi, bukan juga pendukung Prabowo, tetapi juga bukan golput. Saat pemilu kemarin saya memilih salah satu di antara mereka, bukan karena saya mengagumi salah satu, tetapi saya hanya melihat mana yang lebih banyak memberikan manfaat daripada mudharat. Dan sekarang saya harus mendukung siapapun presiden saya.
Namun, saya harus bilang bahwa saya tidak suka orang yang dulu berkoar-koar menolak kenaikan harga BBM, sekarang malah ramai-ramai mendukung keputusan pemerintah baru untuk menaikkan harga BBM di saat harga minyak dunia turun. Tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataannya. Tidak perlu juga membantah. Faktanya #salamgigitjari dan #salamduaribu sudah menggantikantrending topic #jokowipresiden. Perayaan kemenangan sudah usai, yang tersisa hanyalah harga semua barang kebutuhan yang merangkak naik seiring dengan kenaikan harga BBM.
Yang paling mengena buat saya adalah pidatonya beliau yang bilang PNS harus meninggalkan “mental” priyayi dan menjadi abdi negara. Lha memang selama ini kami bukan abdi negara? Mental priyayi dari mana? Kami bahkan mau menandatangani perjanjian ikatan dinas sejak kuliah untuk menjadi PNS ikatan dinas yang mau ditempatkan dimana saja. Catat : dimana saja. Di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Jangankan ada mall, ada pasar satus-satunya yang buka tiap hari saja saya sudah bersyukur.
Mau mental priyayi bagaimana? Kami PNS pusat yang ditempatkan di daerah bahkan harus berhemat untuk menyiapkan uang sekedar membeli tiket lebaran. Setidaknya kami bisa pulang ke kampung halaman dan sungkem di kaki orang tua sebelum bertugas lagi di pulau seberang. Kami mau berfoya-foya bagaimana kalau harga makanan jadi di sini jauh lebih mahal daripada jatah uang makan yang kami dapat dari kantor.
Sudahlah, jangan bicara tentang penghematan, kami sudah menghemat sejak lama sebelum imbauan itu dilantangkan oleh Bapak presiden yang terhormat. Kami sudah terbiasa mengantri panjang mengular sampai ke persimpangan jalan hanya untuk mengantri BBM di SPBU satu-satunya di kota ini. Setiap hari itu dilakukan oleh sebagian besar orang yang punya kendaraan di sini. Sebagian lainnya harus rela beli di eceran dengan harga 10 ribu perak per botol (kurang dari 1 liter). Akhirnya ketika BBM naik harga sebesar dua ribu perak, kami tidak ada yang protes. Semua aman terkendali di sini karena kami sudah terbiasa dengan harga mahal. Bukan karena kami kaya, tapi sadar bahwa kami jauh.
Tapi jangan suruh kami berhemat dengan makan ubi atau singkong rebus pas rapat. Paling tidak kasih saya sekotak nasi padang dan air mineral. Itu lebih manusiawi bagi kami yang bekerja memutar otak. Apa Anda mau ruangan jadi bau gara-gara kentut peserta rapat bersautan setelah menyantap hidangan ubi rebus? Dan apakah elok diliat jika seorang pejabat makan ubi rebus di acara resmi? Kita ini orang timur, paling tidak kita kasih kue bolu atau resoles yang lebih enak tapi tetap murah.
Jangan lagi bilang #bukanurusansaya. Tidak elok didengar ketika seorang pemimpin negara bilang seperti itu. Pemimpin itu khalifah bagi umat, apalagi jika pemimpin itu seorang presiden. Mungkin bukan tempatnya saya untuk menasihati karena saya tidak lebih pintar dan tidak lebih tua dari Presiden. Tapi alangkah baiknya jika sesuatu yang baik itu keluar dari mulut yang hina sekalipun harusnya diambil intisarinya. Biarlah ampasnya hilang ditelan kemunafikan.
Terakhir, saya hanya ingin bilang kalau penghematan tidak perlu keterlaluan. Masa acara resepsi PNS juga harus dibatasi jumlah undagannya, apanya yang salah? Emangnya semua PNS yang gelar resepsi mewah itu berasal dari hasil korupsi? Apa kami tidak boleh kaya dari hasil usaha atau warisan? Itu sudah terlampau jauh melampaui kehidupan pribadi seseorang, terlepas kami PNS atau bukan. Kami juga manusia yang ingin melewati masa-masa indah dalam hidupnya bersama dengan saudara juga handai taulan. Bagaimana jika teman dan saudara kami banyak lebih dari 400 orang?
Sudahlah, jangan terlalu keterlaluan membuat peraturan. Ada yang bilang peraturan dibuat untuk dilanggar. Tapi siapapun pemimpin pasti ingin ditaati oleh umatnya. Begitu pula dengan seorang presiden. Saya tunggu Anda blusukan ke Kolaka Utara, liat di peta Sulawesi tenggara daratan paling ujung utara. Selamat bekerja, bekerja, dan bekerja!
Sumber & penulis :
http://www.pasberita.com/2014/12/jokowi-memang-keterlaluan.html
Tautan lain :
http://www.pasberita.com/2014/12/amerika-serikat-akan-jalin-kerjasama.html
http://www.pasberita.com/2014/12/para-aktivis-ham-somasi-jokowi-dan.html
http://www.pasberita.com/2014/12/jokowi-dinilai-keliru-jadikan-indonesia.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H