Akhir – akhir ini saya mulai sering sharring dan diskusi dengan teman – teman, baik teman – teman organisasi, maupun komunits. Diskusi kecil tersebut terkadang bicara tentang hal – hal yang ringan seperti bagaimana membangun sebuah komunikasi yang baik dengan pasangan, sampai diskusi tentang bisnis, pendidikan, politik maupun bicara tentang agama. Semua berjalan mengalir asyik seperti air di sungai. Dan kemarin malam saya diskusi bertiga dengan Kang Puji selaku aktifis organisasi pemuda banjarnegara dan juga Kang toto selaku pemilik “ Kedai Wulung “. Kedai Wulung ini merupakan sebuah kafe shop sederhana di banjarnegara, dengan berbagai macam menu menarik dan murah. Saya merasa tidak perlu untuk menyebutkan menunya apa saja di artikel ini, jika penasaran, silahkna saja langsung mengunjungi tempatnya. Oceh ?
Ada hal yang membuat saya harus segera menulis sesuatu sehingga saya dapat bagikannya pada pembaca semua. Yakni bahwa ternyata pendidikan pengetahuan tentang betapa pentingnya memahami dan mengenali diri sendiri ini perlu segera di sosialisasikan. Sebab ternyata di usia yang sudah hampir bahkan lebih dari separuh jatah waktu hidup, ternyata masih banyak yang belum mengenali secara detail siapa dirinya. Pertanyaan-nya menjadi sangat mendalam, bagaimana saya bisa mengenali budaya sendiri, kebesaran bangsa saya sendiri, agama saya sendiri, jika untuk mengenali lebih dalam tentang siapa diri saya sendiri saja, saya belum bisa…?
Sangat ironis memang pendidikan ini. Sebab di tangah – tengah wacana yang bergulir dahsyat tentang pembaharuan pendidikan yang berbasis karakter dan juga pendidikan yang berbasis budaya. Ternyata pondasi pembangunan pendidikan justru terabaikan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? sebab focus kita pada saat ini tertuju pada hasil pencapain pendidikan itu sendiri yakni bagaimana membangun sebuah karakter sumber daya manusia indonesia yang seutuhnya. Sementara disisi lain, masih banyak juga yang belum mengerti mengenai wujud atau bentuk karakter menusia Indonesia yang seutuhnya itu seperti apa. Jadi semua bingung….huehehehehehe………..
Padahal konsepnya sebenarnya sangat sederhana, intinya adalah pendidikan pemahaman tentang JATI DIRI. Mari kita coba urai satu persatu agar kita dapat sampai pada pemahaman pengetahuan pendidikan Jati Diri. Dari manakah Jati Diri ini mulai bisa kita temukan ? Jati diri ini adalah sebuah akhir dari konsep pencarian yang diterapkan ke dalam system pendidikan. Bagaimana saya akan memahami dan mengerti siapa Jati Diri saya, jika saya belum dapat mengerti dan mengenali siapa saya sebenarnya ? Lalu bagaimana saya bisa mengenali siapa diri saya yang sebenarnya jika saya belum kenal tentang diri saya ? Bagaimana saya bisa kenal siapa diri saya jika saya sendiri belum tau siapa saya sebenarnya ? Nah….pusing kan ?
Mari kita sederhanakan lagi rumusnya, saya akan buatkan sebuah analogi yang lebih mudah untuk di mengerti. Analoginya seperti ini : saya tau bahwa di dunia ini ada orang yang bernama puji, tetapi saya belum kenal. Artinya pengetahuan tentang tentang Tau Diri adalah hal yang sangat mendasar. Sebeb siapa yang tau tentang dirinya, maka ia akan tau siapa Tuhannya. Dengan begitu hidup ini akan menjadi sangat bermakna.
Waktu terus berjalan, suatu ketika saya bertemu dengan yang namanya puji, kemudian saya berkenalan dengannya. Nah dalam hal ini saya sudah sampai pada tahap kenal dengan yang namanya puji. Tetapi saya belum mengenali dia, sebab saya baru saja kenal. Disinilah posisi kedalam tentang pengetahuan kenal diri di terjenahkan. Barangsiapa yang kenal dengan dirinya sendiri maka ia akan kenal dengan Tuhannya. Sehingga hidup ini menjadi terasa lebih indah.
Seiring dengan proses waktu juga, lama kelamaan saya mulai mencari tahu lebih dalam tetang siapa puji yang sebenarnya, saya sering bertemu, saya coba untuk sering kontak dan diskusi dengannya. Lama kelamaan saya mulai mengenal siapa puji yang sebenarnya. Disinilah makna mengenal ternyata jauh lebih dalam dibandingkan dengan hanya sekedar kenal semata. Dari sinilah kita akan sampai pada pengetahuan bahwa barang siapa yang mampu mengenali siapa dirinya ia akan mengenali siapa Tuhannya, dengan begitu hidup ini akan semakin menakjubkan.
Sang waktu akhirnya membawa saya pada sebuah titik akhir perjalanan. Berawal dari pengetahuan bahwa suatu waktu, saya tau ada orang yang bernama puji, kemudian saya kenal, lalu saya makin mengenalinya, akhirnya saya bisa mulai memberikan sebuah kesimpulan bahwa ternyata puji adalah bla…bla…bla…., itulah dia yang sebenarnya, itulah jati dirinya. Pada titik inilah saya bisa membuat sebuah kesimpulan bahwa tidak mudah untuk bisa menemukan sebuah jati diri. Sebab semua harus melalui proses panjang perjuangan sebuah pencarian. Barang siapa dapat mengenali jati dirinya maka ia telah sampai pada makom ke-Illahian yang luar biasa. Itulah yang disebut dengan ilmu makrifatullah. Ia telah sampai kepadaNya. Fana fillah dan Baqo billah, lebur bersamaNya dan kekal bersamaNya. Itulah manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang benar-benar utuh dan utuh sebenar-benarnya.
Huwallohu a’lam bisawab
Semoga ada manfaatnya, jabat erat jiwa saya untuk banjarnegara dan juga bumi pertiwi
Wahono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H