Mohon tunggu...
Wong Kam Fung
Wong Kam Fung Mohon Tunggu... -

Baca tulisan-tulisan dia di blog pribadinya http://wongkamfung.com, atau menghubunginya di akun Twitter @wkf2010.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemimpin Hantu

25 September 2010   17:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nonton film berjudul Hollow Man? Film itu berkisah tentang manusia yang tidak kasat mata alias tidak dapat dilihat. Dalam dunia kepemimpinan, ada juga pemimpin yang termasuk hollow man, jika perempuan sebut saja hollow woman. Mereka inilah yang disebut dengan pemimpin hantu atau kita sebut saja pemimpin bayangan. Ada tapi tidak ada. Hloh, piye toh?

Secara struktural, bisa saja pemimpin bayangan ini tidak terlihat. Namanya tidak muncul dalam struktur organisasi. Atau bila namanya tertulis, mungkin saja tidak berada dalam posisi tertinggi. Namun demikian, segala keputusan organisasi yang dihasilkan bersumber dari pemimpin bayangan ini, sedangkan posisi resmi pemimpin dalam struktur organisasi hanyalah sekedar formalitas. Dia yang namanya tertulis sebagai pimpinan puncak hanyalah sekedar boneka yang berfungsi sebagai asesori. Meminjam istilah dari ranah linguistik, pemimpin boneka ini dapat dikatakan sebagai pelengkap penderita. Yang dilakukan pemimpin pelengkap penderita ini barangkali hanya tanda tangan dan mendatangi acara-acara seremonial. Namun bila terjadi ”apa-apa,” dia nanti yang akan diseret duluan. Itulah sebabnya mengapa disebut pelengkap penderita.

Mengapa pemimpin bayangan dapat muncul? Selama puluhan tahun menjadi kuli, tidak sekali dua saya menemukan pemimpin bayangan. Dari pengamatan saya, ada beberapa penyebab sehingga muncul pemimpin bayangan. Namun yang sering saya temukan, pemimpin bayangan ada karena ketidaktegasan dan ketidakmampuan pemimpin resmi mengelola organisasi.

Keberadaan pemimpin bayangan ini bisa saja berdampak positif atau sebaliknya. Positif tidaknya efek yang ditimbulkan bagi jalannya organisasi jelas tergantung pada pemimpin bayangan itu, bukan pada pemimpin resmi. Jika pemimpin bayangan menjalankan fungsinya sebagai pemimpin yang amanah, anggota organisasi tentunya tidak mempermasalahkan hal itu. Namun jika kendali yang ada di tangan membuat pemimpin bayangan merasa boleh melakukan apa saja sesuai keinginan dirinya, anggota organisasi tinggal menentukan pilihan: tetap di tempat itu dengan segala konsekuensinya atau angkat kaki.

Saya tidak antipati dengan mereka yang menduduki posisi pemimpin bayangan selama menjadi pemimpin yang memimpin. Namun jika pemimpin bayangan ini berperilaku layaknya katak yang suka sikut kiri sikut kanan nginjak yang di bawah untuk menjilat yang di atas, tidak ada gunanya lagi mendukung pemimpin kodok semacam ini. Atau andaipun dia bodoh tetapi menyadari kekurangannya itu dan terus berusaha memperbaiki diri, sudah sepatutnya kita hargai. Namun jika pemimpin yang bodoh ini tidak mau berusaha berubah meskipun tahu akan kelemahannya, sia-sia rasanya bila dia tetap dijadikan pemimpin. Sungguh celaka dan alangkah sialnya kita bila kita ketemu dengan si goblog (maaf) yang memimpin.

Menjadi pemimpin memang tidak cukup sekedar mahir bersosialisasi. Pemimpin yang baik juga tidak hanya harus tegas dan cepat tepat dalam mengambil keputusan. Ada faktor-faktor lain yang diperlukan agar menjadi pemimpin yang baik, berbagai ketrampilan kepemimpinan yang bisa dipelajari dari banyak referensi atau di lapangan.

Pemimpin bayangan boleh-boleh saja ada dalam sebuah organisasi. Walaupun demikian, kepemimpinan akan lebih efektif dan efisien bila datangnya langsung dari pemimpin yang kasat mata, bukan pemimpin bayangan yang ibarat hantu itu.

Anda para pemimpin, baik yang hantu maupun beneran, tolong koreksi saya bila salah. Mau? Terima kasih. 8-)

Sumber gambar: di sini

Salam,

WKF yang ada di wongkamfung.boogoor.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun