Sebagai penguasa tentu saja saya terbantu sekali dengan kroco-kroco yang menjadi anak buah saya. Informasi dan perkembangan yang terjadi di luar bisa saya ikuti tanpa harus menampakkan diri. Baik yang positif maupun negatif, semua bisa sampai ke saya dalam waktu singkat. Saya ini ibarat memiliki mata dan telinga di mana-mana. Bahkan tembokpun seolah punya telinga untuk saya. Dari semua kroco-kroco itu, yang paling bisa diandalkan adalah Miss Corong dan Bu Galon.
Julukan Miss Corong dan Bu Galon diberikan sesuai keadaan masing-masing. Sebenarnya, bukan saya yang memberikan julukan itu. Namun karena saya anggap cocok, ya sudahlah saya gunakan julukan yang diberikan oleh orang lain. Barangkali anda menganggap orang-orang yang memberi julukan atau saya yang setuju dengan julukan itu sebagai orang-orang jahat. Kadang-kadang pemberian julukan itu bukan karena benci atau tidak suka tetapi justru sebaliknya, untuk menunjukkan kedekatan. Anda tentu pernah menjuluki sahabat atau teman anda bukan? Bila julukan itu diberikan kepada orang yang kita anggap dekat, seperti anda menjuluki sahabat anda, apakah anda merasa sebagai orang jahat? Masalah orang-orang menjuluki kedua anak buah saya ini berdasarkan kebencian atau rasa sayang, itu tidak penting. Saya sendiri merasa bahwa saya dekat dengan kedua orang itu. Dan saya sayang mereka berdua karena kesetiaan mereka mengabdi sepenuh jiwa raga kepada saya.
Julukan Miss Corong dan Bu Galon memang cocok. Bu Galon berbadan tambun meskipun tidak segendut saya. Bisa dipastikan julukan itu muncul karena ukuran tubuhnya yang oversize. Kesetiaannya kepada saya sungguh luar biasa. Kelihatannya apapun akan dia berikan demi jabatan yang saya berikan untuk diembannya. Asalkan saya senang, menjilat pantat panci penuh jelagapun akan dengan riang gembira dia kerjakan. Pokoknya yang penting saya hepi. Itulah tipe kesetiaan yang membabi buta. Saya tentu saja sangat suka dengan kesetiaan semacam itu. Lebih senang lagi jika otaknya juga pas-pasan. Dengan demikian tidak akan muncul banyak pertanyaan karena kebodohannya. Seperti itulah abdi setia yang saya inginkan. Cukup dengan memberi dia jabatan Kepala Gudang Makanan, dia akan berusaha semaksimal mungkin agar posisi yang memungkinkan dia memenuhi syahwat perutnya tetap ada di tangan. Ternyata keputusan saya menghadiahi jabatan itu kepadanya sangat tepat. Hasilnya sama-sama hepi. Dia hepi, saya hepi.
Miss Corong merupakan anak buah Bu Galon. Julukan itu diberikan bukan karena badannya, tetapi kelakuannnya. Saya menyebutnya bukan kelakuan tetapi tugas mulia. Tugasnya adalah menyampaikan apa yang dititahkan oleh Bu Galon atasannya kepada teman-teman dia yang juga menjadi bawahan Bu Galon atau pihak-pihak lain. Jadi, fungsi dia seperti corong alias pengeras suara kayak yang ada di masjid-masjid atau mushola. Selain itu Miss Corong juga menyampaikan semua gosip atau berita yang beredar kepada Bu Galon. Bila saya perlu, saya juga bisa meminta dia untuk melaporkan langsung kepada saya. Oleh karena itu dia juga berfungsi sebagai corong yang menyalurkan semua informasi yang dia tangkap, seperti sebuah corong yang mengalirkan air ke dalam galon atau corong minyak tanah yang digunakan untuk mengisi minyak ke dalam jerigen. Benar-benar pas julukan dan fungsi Miss Corong.
Kesetiaan Miss Corong ini benar-benar mengagumkan, baik kepada Bu Galon sebagai atasannya langsung maupun saya. Kadangkala dia juga berperan sebagai martir bagi Bu Galon. Saat mental Bu Galon ciut menghadapi tamu yang tidak diinginkan atau keadaan yang menggentarkan, Miss Corong dengan gagah berani akan menggantikan posisi atasannya. Dia rela menderita dan kalau perlu mati demi junjungannya. (Dalam KBBI, martir berarti [1] orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan; [2] orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama.)
Miss Corong dan Bu Galon adalah pasangan sempurna bagi kekuasaan saya. Mereka berdua itu ibarat kopi dan susu. Seperti dalam iklan, bila diminum anda akan berdecak, “Pas susunya! Mantab kopinya!” Masalah akurasi laporan yang disampaikan, itu bukan urusan saya. Yang penting mereka setia. Titik.
Sayangnya belakangan ini, kesetiaan mereka mulai saya ragukan. Semenjak hadirnya seorang karyawan baru, cara melaporkan kedua abdi setia saya ini terasa berubah. Saya mulai merasakan kehati-hatian mereka dalam memberikan laporan. Tidak seperti dulu yang begitu menggebu-gebu dan tanpa berpikir penting tidaknya informasi yang disampaikan. Nampaknya kedatangan karyawan baru yang terlihat cerdas dan karismatik berdampak pada kesetiaan abdi-abdi saya terutama Miss Corong dan Bu Galon. Seperti kejadian kemarin ketika muncul isu akan ada demo. Miss Corong dan Bu Galon menghadap saya di ruang kerja saya yang mewah untuk menyampaikan laporan seputar isu yang beredar. Itupun bukan inisiatif mereka sendiri sebagaimana biasa tetapi karena saya panggil. Ketika menyampaikan laporan mereka kelihatan berhati-hati dalam memilih kata-kata, jelas takut salah dan takut kelepasan bicara. Terus terang saya khawatir dengan perubahan ini. Bukan masalah saya akan diturunkan dari jabatan karena saya tahu itu tidak mungkin. Ketakutan saya adalah akan kehilangan dua pembantu yang setia dan handal. Tanpa mereka, saya seperti kepiting yang sudah dicopot kedua capitnya. Tak berdaya dan tak berguna.
Hari ini begitu cerah. Badan saya terasa segar. Semalam begitu nyenyaknya saya tidur sampai-sampai mimpipun tidak mau mampir. Kantor masih sepi. Belum ada satupun karyawan yang datang. Saya maklum bila anak buah saya belum ada yang hadir karena memang belum jam kantor. Mereka biasanya mulai berdatangan setengah jam sebelum jam masuk kantor. Saya sendiri biasa datang dua jam sebelumnya. Hanya office boy yang selalu mendahului saya karena dia memang tidur di kantor. Setelah menyalakan ac dan duduk di kursi kerja yang besar dan nyaman, koran hari ini yang ada di atas meja saya ambil. Tidak ada berita yang menarik perhatian saya.
Tiba-tiba pintu ruang kerja saya diketuk. Mas Gombloh si office boy mengucapkan salam sambil masuk ke ruangan. Di tangannya ada amplop coklat besar. Dia menyerahkan amplop itu dan mengatakan bahwa tadi pagi sebelum saya datang, Bu Galon menitipkan amplop coklat itu untuk diserahkan ke saya. Amplop itu saya terima sambil bertanya-tanya dalam hati. Ada apa ini?
Sumber gambar: http://kedaibarangantik.blogspot.com/2009_11_01_archive.html
Salam,
WKF yang ada di http://wongkamfung.boogoor.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H