Dua Sahabat Kar
Peristiwa itu
terjadi ketika baru saja menjadi mahasiswa, tahun 1997. Ia merasa terkejut
ketika di kelasnya ada dua orang suster. Sebelumnya, ia memang sudah mengenal
profil suster, tapi tidak pernah membayangkan bahwa ia akan kuliah, bahkan
bercanda-tawa dengan santai bersama seorang suster. Di sini ia bisa lebih dekat bergaul dengan sosok yang
namanya, suster.
"Watik berasal
dari mana?" tanya Maria, salah satu suster yang menjadi teman seangkatan Watik,
pada awal perkuliahan di pojokan kelas. Waktu itu jam istirahat.
"Saya dari nggunung, Suster," jawab Watik pelan dan
penuh hormat.
"Ah, saya tidak
mempersoalkan gunung atau bukan," kata Maria sambil memandang Watik dengan
tajam, tapi sambil tersenyum ramah.
"Oh, terimakasih, Suster. Kapan-kapan Suster
ke rumah saya ya?" kata Watik tidak
menemukan gagasan lain yang lebih baik untuk dikatakan.
"O senang sekali.
Nanti kalau libur ya?" kata Maria setengah berpekik dengan muka berseri.
Watik mengangguk
dengan taksim, lalu bertanya, "kalau Suster asalnya dari mana?"
"Lampung. Kamu
pernah ke Lampung?"
"Belum Suster.
Kalau mendengar sudah," jawabnya sambil tergelak.
"Suatu saat, kamu
mungkin bisa ke sana."