Mohon tunggu...
Max weber
Max weber Mohon Tunggu... -

Wong Cilik yang ingin Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jasmerah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah)

15 Agustus 2013   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok. Aksi “Pengamanan” bukan “Penculikan” itu sangat mengecewakan Bung Karno, sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi (1984:60). Bung Karno marah dan  kecewa, terutama  karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang  mereka tentukan. Fatmawati istrinya, dan Guntur yang pada waktu itu belum berumur satu tahun, ia ikut sertakan.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30 WIB, sekelompok 11 pemuda revolusioner membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Di sana Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda merundingkan Proklamasi Kemerdekaan.

Terjadilah perundingan sengit di antara Pemuda Revolusioner dengan Soekarno dan Hatta. Soekarno melihat para Pemuda Revolusioner yang gagah, tampan dan air muka mereka yang tidak mengenal takut, dan Soekarno tahu betul bahwa Pemuda Revolusioner ini sangat mencintai Soekarno.

Soekarno berbicara sungguh-sungguh persetujuannya untuk memproklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 tetapi Proklamasi dibuat dan diumumkan di Jakarta.

Pemuda Revolusioner mulanya sangsi terhadap janji Soekarno, tetapi Ahmad Subardjo Djojoadisuryo, SH menjamin dengan taruhan kepalanya dipancung bila Proklamasi gagal pada 17 Agustus 1945, maka para Pemuda Revolusioner setuju.

Pada jam 10.WIB malam berangkatlah Soekarno dan Hatta ke Jakarta dengan pengawalan dari Pemuda Revolusioner dan balatentara Republik Indonesia (mantan Peta).

Bung Karno menginginkan Proklamasi Kemerdekaan tetap melalui jalur aman, yakni PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), demi menghindari pertumpahan darah dan jatuhnya korban di kalangan rakyat Indonesia. Sedangkan pemuda menghendaki jalur aksi revolusi, yakni proklamasi kemerdekaan di tengah-tengah massa rakyat.

Pada akhirnya dengan perjalanan cukup menegangkan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno atas nama Bangsa Indonesia. Bukan oleh PPKI—sesuai dengan keinginan 11 pemuda.

Demikianlah berkat tekanan keras dari Pemuda Revolusioner, sikap ragu-ragu dari Soekarno dan Hatta berhasil dicairkan dan pada malam tanggal 17 Agustus 1945 diselesaikanlah Naskah Proklamasi di rumah Laksamana Maeda (di Oranje Nassauboulevard, Jakarta), dan pada 17 Agustus 1945 Proklamasi yang telah ditandatangani Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa (seluruh Rakyat) Indonesia dan diucapkan oleh Soekarno di hadapan Rakyat dan Pemuda Revolusioner, dan terwujudlah Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Proses Proklamasi Kemerdekaan ini berlangsung sangat tegang, dramatis, dan dalam tempo kilat. Tanggal 15 Agustus 1945, amanat Tenno Heika tentang penyerahan Jepang ke pihak Sekutu, sebelumnya tanggal 15 Agustus 1945 saat kembalinya Soekarno dan Hatta dari Saigon, disusul tanggal 16 Agustus 1945 saat diculiknya Soekarno dan Hatta oleh Pemuda Revolusioner, dan disusul tanggal 17 Agustus 1945 sungguh proses yang berlangsung kilat dan yang berhasil maksimal. Oleh karena itu betapa vitalnya peran Desa Rengasdengklok dan tanggal 16 Agustus 1945 dalam perjalanan Perjuangan Besar (Revolusi Besar) Bangsa Indonesia.

Betapa cemerlangnya perjuangan gagah berani dari para Pemuda Revolusioner Indonesia yang mendorong Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Suatu tekad yang tidak takut mati dan risiko apapun oleh karena para Pemuda Revolusinya sangat tahu kekuatan balatentara Jepang yang haus darah yang menjadi tantangan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun