Adalah ketika masyarakat tak begitu sensitif terhadap yang halal dan yang haram, walau mayoritas penduduk di besarkan dalam ajaran ini. Kecuali soal alkohol dan daging babi. Terlebih ketika menjadi terlalu taat terhadap agama bisa dianggap teroris, lebih baik sedang-sedang saja.
Adalah ketika demokrasi tak juga mengobati. Dalam suatu aspek justru merupakan desentralisasi perilaku korup yang dahulunya menjadi privilege bagi segelintir orang saja. Seantusias ketika semua orang boleh beraspirasi, semua orang pun berkorupsi. Bisa saja, semakin terpencil daerahnya, semakin ganas korupsinya. Begitu cerita kerabat saya seorang dokter di sebuah pulau di pinggir Indonesia.
Adalah Cakil yang tak hanya hidup dihutan atau di institusi negeri, tetapi juga di toilet kita sendiri.
Hingga pemimpin-pemimpin menyadari suatu kenyataan. Bahwa memerangi KKN tak mudah menghasilkan prestasi yang mendongkrak kepercayaan. Dan mulai mencari musuh lain yang lebih setimbang. Katakan komunisme, katakanlah terorisme.
Maka, di sela air menaik mengepungmu, kenang kembali wajah sang jendral. Di dinding itu, di masa itu. Yang tak mengajar. Hanya menegaskan apa yang mudah dihayati.
Kota tergenang, 26 September 2010. Gambar diambil dari sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI