Salah satu cara pelatih Widodo CP agar Timnas U-21 termotivasi saat melawan Brunei di final adalah: "Kalian jangan menjadi tim kedua yang dihujat di tanah air. Oleh karena itu bermainlah sebaik mungkin dan menang!"Â Timnas pertama yang dihujat adalah Timnas yang dicukur Bahrain 0-10.
Tetapi setelah nonton kekalahan Timnas U 21 semalam, 0-2, rasanya susah bagi tim itu untuk tidak dihujat. Gol yang terjadi jelas kesalahan pemain belakang. Gol pertama terjadi setelah pemain belakang "menyundul angin", gol kedua setelah pemain belakang "ngesot di rumput" alias jatuh tanpa alasan.
Lagi pula, pemain kita belum tahu kapan harus membagi bola, kapan membawa sendiri, dan kapan menendang bola.
Celakanya, pembawa acara terus menerus mohon dukungan DOA dari Tanah Air. Kenapa celaka? Doa itu tidak utuh, karena ada juga yang menginginkan Timnas U-21 terjungkal sehingga ada alasan untuk mendongkel pengurus PSSI. Pemain ISL juga diam-diam berdoa agar Timnas U-21 (yang notabene dari IPL) kalah di Brunei. Jadi lupakan soal dukungan doa ini (lagi pula, opo dikabulkan doa dari negeri yang penuh koruptor, politisi preman, pejabat idiot, dan sebagian rakyat yang suka kekerasan?)
Lagi-lagi saya sebagai penggila bola harus menahan emosi sebisa mungkin (mau nendang tv juga sayang, wong baru nyicil je...). Sialnya lagi, City yang jadi penyejuk hati juga ikut kalah saat tandang dini hari sebelumnya. Asemmm....Dosa apakah Indonesiaku???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H