TERSESAT
Kemana pusaran angin lirih menggiring hembuskan,
dari hati yang ku punya sia sia,
peduli apa ratapan berbalut compang camping pesakitan,
kian tak bermakna sendi sendi syaraf yang menopang langkah,
yang tersiakan...terlupakan
Terlalu jauh mencari yang terlupakan,
dimana awal beranjaknya langkah dikala mulai,
semua tlah menghilang TERSESATKAN kala hati terlalu mencinta,
kala hati tlah tersimpan terbalut sosok parasmu,
bungkam simponi sejuta warna keangkuhan yang luluhkan sebuah mimpi
kemana ku harus kembali,
karena ku tlah mati rasa mati hati,
arah yang tersamarkan TERSESATKAN...disaat ku rengkuh hatimu
dimana ku TERSESAT tiada kembali...TUK membuka hati ini lagi
Mengapa ber ?
Bersandar diantara rumpun jerami gontai,
hela menghela nafas tiriskan peluh di sisi lembab keringat pekat.
Tirai anyaman bambu yg tepinya mulai terkoyak,
temani raga melepas lelah menyeka hembus angin segarkan jiwa...untuk waktu yg sementara!!?
Dimana rongga dada masihlah terjejali candu ketiadaan,
yg masihlah melanda ketidakmampuan sesosok pria
Mengapa jua kau bertanya,
bila jengahmu memasung realita,
seperti gemerincing ikatan pedati yang ditarik paksa dua sapi,
berlari tertatih terpaksa tercambuki
...
seperti pagi ini...jubah embun berkali mengungkung nadi,
takut bersembunyi di hangat selimut kemalasan yang memaksa,
helai demi helai sutranya menggelitik merayu,
agar raga lelap bersembunyi hangat di dekapnya
jadi mengapa meski engkau bertanya?
jikalah sosokku tiadalah menopang nafasmu,
pria ku tidaklah menjadi tiang penyangga bilik jiwamu,
dan juga ragaku terlalu bebani sribu langkahmu
mengapa mesti engkau tanya lagi,
jika hatimu kan beranjak pergi...
tiada kuasa se bait kataku tuk mencegahmu...
karena berjuta kelam warna ketidakmampuanku,
menjadi sdosok seorang pria...maluku tuk bisa meminta
mengapa jua kau mesti bertanya
Hilang
aku hilang jiwa,
tersandera terkurung berkabung,
diantara jeruji dera campuk kesalahan,
aku juga hilang rasa,
terkekang kaku menggerutu tiada menentu,
seribu langkah yang rapuh tanpa adanya yang dituju,
dan aku juga hilang diri,
dimana memudar ejaan sebut namaku,
mengerling serapah tiada makna tiada kata,
tiada yang terminta,
buta makna tuli arti lumpuh akal,
hilang menunggu ajal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H