Mohon tunggu...
Tri Elok Wahyuningsih
Tri Elok Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

"Okelah kalau begitu"

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Hanyalah Manusia Biasa

30 Januari 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadi sore saya lihat di tivi, ada “pengumpulan koin receh untuk SBY”. Hmm... saya jadi berfikir, kok orang-orang jadi pada lebay gini ya?

Kalo saya nangkepnya, waktu itu SBY hanya khilaf, kepeleset lidah, atau salah ngomong. Wajarkah? Menurut saya wajar saja. Di kondisi dimana seseorang sedang lelah secara fisik dan fikiran, mungkin saja tanpa sadar keluar kata-kata yang mungkin terdengar gak enak bagi pendengarnya.

Saya membayangkan, betapa beratnya tugas dan amanah yang diemban oleh seorang SBY. Sebagai gambaran, saya memperhatikan Kepala Kantor di instansi saya bekerja. Padahal yang diurus oleh Kepala Kantor saya hanyalah sebuah kantor, tapi itu sudah cukup membuat beliau harus merelakan waktu-waktu istirahat dan tidur untuk bekerja, sampai sakit pula. Hal itu karena tugas beliau terkait dengan target penerimaan negara yang harus dicapai. Apalagi ini seorang SBY, seorang Presiden yang gak hanya bertanggungjawab atas satu kantor, tapi seluruh Indonesia Raya, mencakup semua aspek ipoleksosbudhankam. Saya bahkan tak bisa membayangkan, berapa jam dalam sehari SBY tidur.

Pernah saya suatu ketika sangat disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Beban kerja yang tinggi, dan singkatnya deadline, menimbulkan semacam tekanan di pikiran saya. Akibatnya, saya jadi sensitif. Ketika teman saya ngomong apaaa gitu, saya menjawab dengan jawaban yang tidak enak. Padahal, setelah beberapa jam kemudian, dimana jam kantor sudah usai dan saya sudah lumayan rileks.... saya jadi sadar sendiri, kalo saya tadi salah omong. Lawong teman saya cuma ngomong biasa aja, tapi kok saya jawabnya gitu.

SBY hanya manusia biasa. Sehingga saya memaklumi, kalau waktu itu dia mungkin sedang capek. Mungkin sebenarnya beliau tidak bermaksud begitu.

Dan Indonesia... mari kita belajar memaafkan. Jangan segala sesuatu yang secara esensi sebenarnya tidak terlalu penting ini dibesar-besarkan. Dan biarkan SBY kembali bekerja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun