Mohon tunggu...
Mika Riandita
Mika Riandita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Just ordinary girl.. \r\nPeriang dan ingin menikmati irama hidup yang sebentar ini.. \r\n(^_^)\r\n\r\nwondermica.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Serangan Kekalahan"

13 April 2010   14:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:49 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adek sedang menangis.Menangis untuk menerima kekalahan.Biarkan saja dia sendiri.Nanti dia akan tahu artinya. Dia sedang belajar. Belajar memaknai sebuah kekalahan. Belajar untuk mengalahkan kesombongan. Agar tidak berjalan dengan congkak di atas bumi. Kekalahan memang suatu garis yang ditakdirkan untuk berseberangan dengan kemenangan. Kekalahan merupakan ujian berat yang harus dihadapi. Berani untuk mengakui kekalahan dengan tetap tersenyum sangat sulit untuk dilakukan. Banyak orang sampai menjadi gila karena sebuah kekalahan, seperti kalah judi, kalah pilkada, kalah pilbup, dan banyak kekalahan lain. Itu kalau saya mengumpamakan kekalahan akibat suatu pertarungan yang cara mencari kemenangannya dilakukan dengan jalan yang tidak benar. Motifnya sendiri lebih kepada tujuan kemenangan itu sendiri, yang tidak hanya mencari kepuasan atas nikmat kemenangan tetapi juga motif lain yang membuat orang lain dirugikan karena pertarungan itu. Berbeda dengan kekalahan yang dihasilkan dari pertarungan dimana semangat yang ada merupakan sarana menjadi yang terbaik. Kemenangan yang didapat, dan kekalahan yang dirasakan orang lain, membuatnya semakin ingin berusaha lebih giat. Contohnya  kekalahan tersebut misalnya kalah dalam pertandingan olahraga, kalah dalam ujian, dsb. Ah, apa bedanya? Tetap saja kekalahan itu ada. Jangan lupa untuk melihat bahwa setiap cara yang baik akan menghasilkan yang baik pula. Kalau memang hasilnya tetap kalah, ya sudah, mau diapakan lagi. Tinggal menangis sekeras-kerasnya dan setelah itu kekalahan itu akan terlupakan. (ssst, seperti adek saya yang mendadak menangis saat melihat pengumuman kelulusan. Padahal, dia sedang ada di warnet. Sontak semua orang langsung menoleh ke arahnya. Hehehe...) Begitulah kekalahan terjadi, dan kekalahan itu akan selalu terjadi dalam hidup kita. Sering ataupun jarang, hadapi saja. Bukankah hidup itu memang berwarna-warni. Akui saja bahwa kita memang tidak lebih pintar, lebih hebat, lebih kaya, lebih segalanya dibandingkan sang pemenang. Karena pemenang sejati adalah siapa yang bisa mengakui kekalahan itu bukan karena kesalahan orang lain, tapi karena diri kita sendiri. Jadi, jangan cari kambing hitam yaa.. (cari yang putih aja, lebih banyak dijual..hehehe) Airmata atau langkah gontai yang mengiringi setiap kekalahan akan membuat kita semakin kuat. Jangan menyerah ya.. Kalau kita menyerah dari sebuah kekalahan maka kemenangan akan semakin jauh. Belajar untuk memahami bahwa kekalahan bukanlah akhir segalanya. Kekalahan bisa menjadi pelecut untuk mengingatkan kita agar selalu ingat bahwa masih ada Yang Kuasa yang melebihi kemampuan kita. Pada akhirnya, setiap kekalahan itu terasa manis bagi yang bisa merasakannya. Jangan menyerah ya... Tetap semangat! Salam Kompasiana * catatan kecil untuk adek tersayang yang gagal dalam ujian penerimaan mahasiswa baru di Universitas yang diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun