Dia mengaduk kuah Soto Banjar yang terhidang di piring dengan sendok. Asapnya masih mengepul. Panas.
"Ini apa ya?" tanyanya penasaran, sambil menunjuk ke dalam piring.
"Oooh, itu soto nya, dari beras  yang dipadatkan dalam daun kelapa lalu dipotong potong kecil, mister" aku berusaha menjelaskan.
"Kuahnya dibikin dari beberapa rempah-rempah nusantara. Terus itu ada irisan ayam kampung, telur bebek, daun sop, potongan kentang, perkedel, irisan wortel, soun dan bawang goreng" Aku melanjutkan penjelasan.
Walaupun beliau ini pakar psikoanalisis dunia, tapi beliau pasti kagok juga kalau disuruh bikin Soto Banjar...hahaha. Aku tertawa dalam hati.
Mister Freud makan dengan lahap. Tumben, ada orang Eropa senang makanan Indonesia. Lain kali kalau dia hadir kembali dalam mimpiku, mau aku kasih Ketupat Kandangan saja lagi...hahaha.
"Tambah lagi sotonya mister?" tanyaku.
"Tidak. Terima kasih kang" jawabnya pendek, sambil mengusap keringat di dahinya dengan sapu tangan.
"Gimana rasanya. Enak?" pancingku.
"Agak aneh sih rasanya. Mungkin karena lidah saya orang Eropa beda cita rasa dengan lidah anda kang. Tapi secara umum enak juga sih. Gurih. Betul juga kata anda tadi. Buktinya, piring saya isinya habis tak tersisa. Kecuali tulang ayam ini... haha" Â canda mister Freud.
"Haha mister bisa aja" kami terbahak.