Mohon tunggu...
Pramudya Arie
Pramudya Arie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Indonesia

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sigmund Freud, Mimpi dan Soto Banjar

11 Februari 2022   16:00 Diperbarui: 17 Februari 2022   08:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia mengaduk kuah Soto Banjar yang terhidang di piring dengan sendok. Asapnya masih mengepul. Panas.

"Ini apa ya?" tanyanya penasaran, sambil menunjuk ke dalam piring.

"Oooh, itu soto nya, dari beras  yang dipadatkan dalam daun kelapa lalu dipotong potong kecil, mister" aku berusaha menjelaskan.

"Kuahnya dibikin dari beberapa rempah-rempah nusantara. Terus itu ada irisan ayam kampung, telur bebek, daun sop, potongan kentang, perkedel, irisan wortel, soun dan bawang goreng" Aku melanjutkan penjelasan.

Walaupun beliau ini pakar psikoanalisis dunia, tapi beliau pasti kagok juga kalau disuruh bikin Soto Banjar...hahaha. Aku tertawa dalam hati.

Mister Freud makan dengan lahap. Tumben, ada orang Eropa senang makanan Indonesia. Lain kali kalau dia hadir kembali dalam mimpiku, mau aku kasih Ketupat Kandangan saja lagi...hahaha.

"Tambah lagi sotonya mister?" tanyaku.

"Tidak. Terima kasih kang" jawabnya pendek, sambil mengusap keringat di dahinya dengan sapu tangan.

"Gimana rasanya. Enak?" pancingku.

"Agak aneh sih rasanya. Mungkin karena lidah saya orang Eropa beda cita rasa dengan lidah anda kang. Tapi secara umum enak juga sih. Gurih. Betul juga kata anda tadi. Buktinya, piring saya isinya habis tak tersisa. Kecuali tulang ayam ini... haha"  canda mister Freud.

"Haha mister bisa aja" kami terbahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun