Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bila Uang Menjadi "Passion"

13 November 2019   23:10 Diperbarui: 13 November 2019   23:12 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah merasa bosan dan akhirnya merasa tidak bahagia dengan rutinitas pekerjaan yang kita tekuni selama ini? Jika jawabannya: "Ya", maka kita perlu mencari penyebabnya; mengapa bisa demikian?

Yang pertama-tama harus dicek apa yang membuat kita bosan dan/atau tidak bahagia? Apakah jenis pekerjaan itu yang membuat kita bosan? Jika demikian, coba cek lagi apakah pekerjaan itu adalah pekerjaan yang kita sukai/cintai? 

Jika jawabannya: "bukan/tidak", maka kita harus berhenti di sini dulu: apakah pekerjaan yang tidak kita sukai/tidak cintai itu bisa diganti dengan pekerjaan yang kita sukai? Jika bisa dan memungkinkan, segeralah menggantinya. 

Pasti ada yang menjawab, "Bagaimana ya, kan itu sudah menjadi pekerjaan tetap saya saat ini?" atau "Tidak mudah lho mencari pekerjaan saat ini!" Tapi kalau kita sudah tidak bahagia dan terus-terusan merasa bosan, itu bisa menjadi beban dalam hidup kita. Bayangkan.

Jadi, ya, mengganti pekerjaan. Ada yang menyebutnya dengan istilah "tobat profesi". Artinya, kita bisa beralih ke pekerjaan lainnya atau dengan kata lain, berhenti dari pekerjaan/profesi tersebut dan mencari serta melakukan pekerjaan yang kita sukai dan cocok dengan kita. 

Pertemuan antara bidang yang menjadi minat kita dan bakat alamiah kita inilah yang kemudian menjelma menjadi passion. Sesuatu yang dikerjakan dari hati pasti akan sangat menyenangkan, dan kita pun merasa enjoy melakukannya. 

Kita tidak merasakan pekerjaan itu sebagai beban pekerjaan lagi, tapi sudah menjelma menjadi hobi yang sangat kita gemari dan jauh dari rasa bosan serta ketidakbahagiaan. 

Meskipun seringkali untuk menemukan passion kita ini membutuhkan waktu tertentu untuk merenungkannya dan mengobservasi diri sendiri atau pun bisa dengan meminta bantuan seorang ahli untuk menemukan apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan kita, namun percayalah, lambat laun doa-doa yang kita panjatkan akan menuntun kata hati kita untuk memilih pekerjaan yang menjadi passion kita yang sesungguhnya.

Seringkali memang akan ada pertimbangan-pertimbangan lain untuk bisa berhenti dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion kita itu---istilahnya, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi jika pekerjaan itu sudah dilakoni selama bertahun-tahun. 

Jadi, kalau pada akhirnya kita tidak bisa memilih atau tidak bisa memutuskan dengan segera untuk beralih ke pekerjaan lain, maka berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mencintai pekerjaan itu. Kenapa? Karena ada juga sebagian orang yang menemukan bahwa passion-nya terletak pada seberapa besar uang yang ia hasilkan! 

Ya, passion-nya adalah bagaimana ia bisa menghasilkan uang sebanyak-banyaknya yang ia mampu, bukan dari jenis pekerjaan apa yang ia cintai dan enjoy dalam melakukannya! 

Hingga melakoni beragam pekerjaan yang berbeda pun tidak menjadi masalah asalkan pekerjaan-pekerjaan itu bisa menghasilkan uang baginya, betapa pun berat dan besarnya tantangan serta masalah pekerjaan yang dihadapi, termasuk kelelahan fisik dan mental yang sangat.

Sekilas, tidak ada yang salah dengan pilihan hidup seperti ini. Saya sering menjumpai orang-orang dengan tipe pekerja seperti ini. Namun ada baiknya untuk berjaga-jaga dari dampak yang mungkin bisa terjadi di masa depan akibat tingkat stres yang tinggi yang terabaikan oleh target demi target yang harus dihasilkan oleh pekerjaan itu. 

Dampak yang mungkin terjadi adalah kesehatan diri sendiri yang bisa terlupakan dan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk merasakan kenikmatan dari hasil pekerjaan itu bersama dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai menjadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Hingga akhirnya penyesalan demi penyesalan akan muncul di kelak kemudian hari. 

Kini kembali ke diri kita masing-masing, betapa mencintai pekerjaan adalah aspek yang sangat menentukan dalam mencapai kesuksesan, termasuk di dalamnya masalah rezeki finansial yang secara otomatis akan mengikuti pekerjaan yang kita cintai dan yang kita kerjakan secara sungguh-sungguh, disertai doa tulus ikhlas agar kita pun menjadi bahagia karenanya. Semoga.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun