Putra ibu yang malang.
Menari soal lajang hidup
Dan ciuman orangorangtua
Yang ditengkuknya berlumut asam.
Dia berputar memilin
Lalu tegak ke angkasa
Sesaat berkaca saja mata
Mengingat retakretak trotoar.
Sesaat saja tersenyum
Memberkati matahari
Yang sejak 1992 menyala
Seperti Tugu disana.
Penenunpenenun sutra
Yang jadi kaya di istana.
Putra ibu yang malang.
Disana ada Ayahmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H