Puisi sering dikaitkan dengan suatu hal yang berfisat cengeng atau terkesan "menye-menye". Karena pada dasarnya puisi adalah sebuah ekspresi yang diutarakan manusia dengan rangkaian kata. Banyak penulis yang hanya menulis sajak atau puisi ketika mereka sedang diterpa berbagai masalah dan sang penulis tersebut merangkai kata yang bertema kegundahan asmara. Namun banyak juga penulis yang menyajikan tema positif bahkan semangat untuk bangkit dari masalah yang ada. W.S Rendra Contohnya, beliau menuliskan puisi yang berjudul "Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang" Puisi tersebut bertema perjuangan dan membangkitkan semangat melawan penjajah. Bukan cuma W.S Rendra, banyak sekali penyair lain seperti Putu Wijaya & Widji Tukhul yang memiliki keberagaman cara mengolah tema dalam menulis puisi.
Dalam prosesnya, Sastra Indonesia dibagi menjadi beberapa periode, salah satunya adalah periode sastra koran yang diisi oleh beberapa sastrawan seperti Taufik Ikram Jamil, Nurzain Hae, Raudal Tanjung Banua,dll. Pada periode tersebut para sastrawan mempublikasikan puisinya melalui media cetak yaitu koran. Mereka menyebarluaskan budaya menulis dan menginspirasi banyak orang dengan beragam latar belakang yang akhirnya menulis dan mengisi periode-periode Sastra Indonesia selanjutnya dengan ragam tema yang rupa-rupa serta medium yang berbeda.
Pada periode sastrawan orde baru nama Sapardi Djoko Damono yang umum disapa "Pak sapardi" muncul dan turut menghidupkan dunia sastra di periode tersebut. Beberapa puisi karya Pak sapardi bertemakan tentang cinta yang masih melekat hingga saat ini, para penulis saat ini masih sering menjadikan Cinta sebagai tema yang diangkat kedalam puisi mereka; Putus cinta, Patah hati, dan Kegusaran asmara remaja. 3 topik tersebut mempengaruhi banyak kepala di lingkungan anak muda yang tak jarang menafsirkan puisi adalah suatu ungkapan cengeng dan "menye-menye".
Banyak hal yang tertutup seperti karya dari para sastrawan yang telah disebutkan sebelumnya. Karya-karya yang bertema semangat perjuangan dan ragam lainnya hanya menjadi suatu hal yang dapat dilihat ketika orang tersebut sudah terjun dan mencari tahu lebih dalam tentang kesastraan Indonesia. Namun orang awam hanya akan memandang sebelah mata  puisi sebagai suatu rangkaian kata yang hanya berisi kecengengan semata. Ini adalah tugas kita bersama dalam upaya memberikan sudut pandang yang lebih luas dalam memperkenalkan puisi sebagai hal yang memiliki ragam rupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H