Perihal bangsa yang punya banyak asa
di kemudian hari cucu – cucu para pahlawan masa silam
beradu dengan masa-masa putus asa
-1-
Di tanah yang subur jadi penuh duri tempat pencuri uang, menjadi Tuhan tanpa rasa dan lupa masa pada hari selasa. suku-suku berdesak mendadak ingin pisah lantaran seluruhnya sibuk meramal nasib sendiri. Waktu dan kehormatan berlomba-lomba dari Sabang hingga Merauke, silih berganti kemarau dan hujan menegur. kadang banjir menjadi sapu yang santun dari sebenarnya Tuhan. setiap hari selalu saja mereka bangga hingga mungkin jatuh tertimpa tangga. Semoga
-2-
Bila kami, cucu para pahlawan mati sebagai pecundang. Lalu lalang membebaskan resah tanpa usaha atau langsung mengalah. maka seluruh sejarah hidup menjadi bebatuan rapuh yang sekali dihantam ombak hilang dipeluk badai. menandai tanah purba menjadi kenangan di teluk yang dipeluk sombong, angkuh, rakus, dan beringas. usia sejarah menjarah seluruh musim kemenangan atau kekalahan terhadap upaya bersama, seluruhnya hilang resah mendekap di sayap-sayap garuda.
“kepakkanlah, sayap-sayapmu adalah hentakan masa terbaik!”
-3-
Kami cucu yang lucu, kini, seluruhnya pahlawan, namun lugu terampas waktu. hari ulang tahun kau buru dengan nafas-nafas dan darah tumpah menjadi sumpah dalam sejarah. doa-doa kami layangkan. Tanah ini mesti subur hingga leluhur bersyukur berjuang.
Kepada Indonesia, merdekalah setiap hari. di mana setiap hati, di desa maupun di kota, senang menyebut dirinya, INDONESIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H