Belakangan ini stunting menjadi salah satu masalah gizi yang sangat ramai diperbincangkan oleh banyak negara, karena stunting merupakan tantangan paling mendasar yang berpengaruh terhadap sumber daya manusia.Â
Stunting tidak hanya terpaku pada penampilan fisik yang pendek yaitu nilai standar deviasi tinggi atau panjang badan per usia (TB/U) kurang dari angka minus dua (-2) sesuai dengan aturan yang ditetapkan organisasi kesehatan WHO.Â
Lebih dari itu, berbagai penelitian telah mengemukakan risiko stunting baik jangka pendek maupun jangka panjang.Â
Mengutip beberapa hasil penelitian di jurnal internasional ternama, Nutrients, menemukan hubungan stunting dengan perkembangan otak yang kurang optimal, sistem imunitas rendah, hingga konsekuensi jangka panjang yang berkaitan dengan kerentanan terhadap masalah kesehatan, kemampuan kognitif, kinerja (kekuatan dan kelincahan), hingga dari segi ekonomi yaitu tingkat pendapatan yang rendah.
Pada dasarnya, memberantas kasus stunting hingga di angka 0% adalah hal yang hampir tidak mungkin. Mengingat bahwa stunting terjadi karena gangguan nutrisi kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti yang dijelaskan dalam beberapa artikel ilmiah pada jurnal Plos One yang meneliti tentang faktor-faktor kejadian stunting.Â
Kejadian stunting dimulai dari hal mendasar yaitu pengetahuan dan ekonomi, nutrisi ibu pada masa kehamilan, adanya penyakit infeksi atau penyakit bawaan sejak masa kehamilan, juga pemberian nutrisi pada masa bayi dan anak. Namun meskipun begitu, beberapa faktor dapat dikendalikan, melalui pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) yang bergizi.
Nutrisi tentunya menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan seorang anak baik saat di dalam kandungan, maupun saat setelah lahir. Sehingga pemenuhan gizi sangat penting, yaitu dengan memberikan makanan yang mengandung berbagai zat gizi, baik makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein, serta mikro yaitu vitamin dan mineral. Khususnya pada konsumsi protein untuk mendapatkan kandungan asam amino yang berperan dalam pertumbuhan.
Asam amino dibagi menjadi dua macam, yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang bisa dibuat atau diproduksi sendiri oleh tubuh dengan menggunakan asam organik biasa yang ada dalam tubuh, sedangkan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, atau jika memang diproduksi, jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak cukup. Untuk itu, tubuh harus mendapatkan sumber asam amino dari luar dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya akan asam amino.
Sumber asam amino esensial dapat berupa makanan yang mengandung protein hewani maupun makanan yang mengandung protein nabati. Namun protein hewani dikatakan sebagai bahan makanan yang mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap yang bermanfaat mendukung pembentukan semua hormon pertumbuhan.Â
Hal ini juga dibuktikan oleh sebuah penelitian di Afrika yang pernah membandingkan anak yang memiliki pola makan vegan atau sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani dengan anak yang makan protein hewani. Dari penelitian tersebut, hasilnya, anak yang mengonsumsi protein hewani memiliki tubuh lebih tinggi dibandingkan yang hanya mengonsumsi protein nabati saja.