Mohon tunggu...
Wiyogo Prio Wicaksono
Wiyogo Prio Wicaksono Mohon Tunggu... -

Seorang pencari ilmu. Saat ini sedang belajar di Pascasarjana ilmu kimia, Departemen Kimia, Universitas Indonesia. Bercita-cita menjadi peneliti dan dosen. Aktif di bioelectrochemistry Research Group dan ILUNI Perhimak UI. Hobi fotografi, traveling, dan social project! "Belajar adalah proses sepanjang masa"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Berniat Lulus Sarjana kalau Belum Melakukan dan Memikirkan Hal Ini!

12 April 2014   13:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa kabar mahasiswa?
Sudah lama sekali berniat untuk menulis tentang ini, tepatnya setelah graduation Februari 2013 lalu. Yap, kali ini akan saya bahas tentang PLUS MINUS LULUS CEPAT (3.5 TAHUN). Sebuah refleksi diri yang coba saya tulis. Semoga bermanfaat bagi kamu-kamu yang masih duduk di bangku perkuliahan.
Pertama, menurut saya gak ada yang salah untuk berniat lulus kuliah cepat (3.5 tahun), asal BERALASAN.
Masa kuliah, menurut saya adalah masa masa untuk :
*melakukan segala hal yang bisa dilakukan,
*memikirkan segala hal yang bisa dipikiran,
* mencoba segala hal yang bisa dicoba,
* belajar segala hal yang bisa dipelajari,
*merasakan segala hal yang bisa kita rasakan.
Konkretnya, ada banyak hal yang bisa kita rasakan selama masa kuliah. Apa saja itu?
Let's check it out!!
1.  Kesempatan berorganisasi
Sebagai mahasiswa perlu lah minimal sekali masuk ke dalam satu organisasi kelembagaan. Ini bebas, mau gabung di tingkat departemen, fakultas, atau tingkat kampus. Intinya sama, belajar teamwork, problem solving,communication skill, public speaking, leadership, mental, dan ketahanan diri (tahan banting brooo :D),dan sedikit tambahan kecakapan-kecakapan khusus tiap bidangnya. Menurut saya, gak afdol kalau selama jadi mahasiswa tidak makan bangku kelembagaan :p. Aktif dalam organisasi nanti bisa dinikmati, bisa dirasakan manfaatnya pas kita sudah di tingkat akhir, bagaimana menghadapi badai skripsi, tugas akhir, seminar, dan sidang yang akan cukup menguras mental, tenaga, menejemen waktu, dan kecakapan lainnya. Initinya bahwa keorganisasian akan membentuk KARAKTER PRIBADI. Tapi, saya ingatkan juga, jangan terlalu terjebak dengan kelembagaan, dengan seolah-olah harus naik level tiap tahunnya. Cukup coba tahun pertama dan kedua, kemudian capai yang lainnya.


2. Kesempatan berprestasi
Jangan merasa PUAS kalau kuliah kok kerjaannya cuma muter-muter kampus kosan :p. Cobalah untuk mengukir prestasi. Mencoba untuk ikut kompetisi-kompetisi, apapun itu sesuai bakat dan minat. Gak ada kata SESAL, GAGAL kalau mau mencoba. Coba ikut lomba PKM, esai, konferensi internasional, mapres,OSN, ONMIPA, robotic, OIM, dan sebagainya. Sekali lagi, coba saja yang temen-temen BISA. Mudah kan? Kalau sudah mampu mengukir prestasi, jangan cukup puas sampai disini. Coba ke target selanjutnya. What’s it?


3. Kesempatan JALAN-JALAN
Yap, kesempatan ini gak boleh dilewatin. Satu prinsip mahasiswa, jalan-jalan apalagi yang bisa gratis :D. Kesempatan ini bisa kita dapet dengan berbagai cara. Misalnya, ikut international conference, student exchange, K2N, ikut ekspedisi2, atau pun ikut sebagai relawan di lembaga pengelola zakat. So, jangan sampai berniat lulus, kalau belum pernah menjelajah indonesia, apalagi dunia. Targetin aja, mau kemana. Bismillah, insyaAllah Allah memberi jalan. Langkap awal untuk go abroad, wajib bikin PASPOR. Untuk jalan-jalan yang berbayar, boleh saja bikin geng traveler bareng sahabat, plan untuk travelling pas liburan. INDONESIA ITU CANTIK, DUNIA LEBIH CANTIK (Oke sip). Jalan2 udah, so what's the next?
4. Kesempatan social action
Kehidupan mahasiswa juga tidak terlepas dari aksi sosial. Ini akan melatih jiwa sosial kita. Bolehlah lebarkan sayap untuk kenal dengan lembaga-lebaga sosial.  Jadilah relawan, dan ikut kegiatan2 sosial yang diadakan BEM juga bisa jadi alternatif. Selain itu, punya kontak khusus ke panti asuhan atau panti jompo, agaknya perlu. Sambil silaturrahim, berbagi terhadap sesama. Dan langkah paling sederhana adalah ngajarin PR anak-anak samping kosan, ngajak makan anak penjual asongan, ini perlu dicoba. Ini semata mata untuk semakin bersyukur bahwa Allah lah Dzat Yang Maha Kaya. Berpetualang kemana selanjutnya?


5. Kesempatan belajar AGAMA (Islam)
Nah, sangat rugi kalau gak ngambil kesempatan ini. Di tengah rutinitas yang super duper sibuk, belajar ilmu agama juga harus menjadi prioritas.Bagi yang muslim, ini bisa dilakukan dengan ikut kajian rutin di mushola2 fakultas, kampus, atau masjid di sekitar kosan. Poin penting, kenalah minimal satu ustadz yang dekat sebagai guru spiritual. Belajar tentang aqidah, fikih, muamalah, alquran hadist. Goalnya, pasti bakal dapet karakter ruhiyah mahasiswa!. "Belajar agama adalah tentang mempersiapkan kehidupan setelah dunia, kehidupan setelah kematian, kehidupan akhirat, kehidupan yang hakiki". Masih  ada lagi?


6. Kempatan mencari uang +beasiswa
Menjadi mahasiswa juga tak ada salahnya untuk melatih jiwa mandiri. Salah satunya dengan mencari uang jajan tambahan. Bisa dengan mengajar, jualan, atau bisnis lainnya. Tapi, saya tekankan disini, jangan habiskan waktu kuliah hanya untuk mencari uang. Itu bukan tujuan utama. Coba untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dengan strategi passive income daripada active income, dengan pengorbanan minimal bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Satu lagi, kita harus berusaha dapet BEASISWA, apapun itu. Hal ini karena akan lebih memudahkan kita untuk aktif ( ya kan?). Apalagi?


7. Kesempatan akademis
Ini yang WAJIB. Belajar akademis kampus bukan berarti menguasai semua mata kuliah. Namun, lebih ke penguasaan kepada salah satu mata kuliah. Dan ini menjadi spesifikasi/keahlian kita. Tentang IPK juga silakan direncakan sendiri. Minimal angka 3.00 itu batas bawah aman. Target IPK itu tengantung rencana pasca kuliahnya. Selain itu, jangan lewatkan kesempatan untuk ikut seminar-seminar yang mendukung akademis, tentunya utamakan yang gratisan.


8. Kesempatanmenemukan jodoh (optional :D)
Ini nih yang sering kelupaan. Berbicara kuliah juga perlu memandang masa depan. Kesempatan menentukan kriteria, mencari, dan menemukan jodoh juga perlu dimasukkan dalam sederet plan masa studi. Mencari dan menemukan menurut saya sah sah saja, tinggal masalah waktu menjemput dan memastikannya tergantung dari target nikahnya.
Nah, kalau semua kesempatan ini udah tercapai, boleh lah untuk merasa sedikit puas, dan boleh berfikir untuk LULUS. Eittttttttt, jangan senang dulu! Setelah pencapaian itu semua, silakan berfikir untuk rencana masa pasca kampusnya.
OK! saya jelasin tipe-tipe pasca kampus :

1. Langsung married (nikah), kalau ini mah asal ada calon langsung hajar. Paling persiapannya H- beberapa bulan sebelum eksekusi. Catatan : sudah punya kesiapan finansial, mental, spiritual, psikologis, biologis, dan sosial yang mumpuni.
2. Lanjut kuliah S2. Alasannya apa mau lanjut kuliah? Kalau memang mau di bidang riset atau dosen, silakan ambil jalur ini. Nah, kalau yang satu ini perlu persiapan minimal H-4bulan sebelum selebrasi wisuda. Tentukan dahulu mau kuliah di dalam atau luar negeri. Sedikit info kalau mau apply kuliah di luar negeri, seringnya syarat yang diminta minimal IPK 3 dan skor TOEFL PBT minimal 550. Jadi saran saya persiapkan TOEFL sedini mungkin. Pahami secara detail jenis TOEFL. Selanjutnya, detailkan negara mana yang dituju, kampus mana, dan jurusan apa, baru liat detail prosedural seleksinya, dan waktunya. Tapi, yang utama dapet BEASISWA dulu :p.
Tidak jauh berbeda, pilihan kuliah di luar negeri juga perlu persiapan TOEFL PBT minimal 500 dan belajar soal seleksi masuknya.
3. Masuk dunia kerja. Dunia kerja secara umum ada 3 : PNS, wirausaha, dan karyawan. Saya bahas yang mau jadi karjawan saja. Masuk ke suatu perusahaan gak kayak masuk ke gerbang rumah orang, cuma pake permisi. Butuh perjuangan yang cukup panjang. Paling cepat dari proses rekruitmen sampai duduk manis dikantor 2-3 bulan. Dimulai dari cari info rekruitment, psikotest, TPA, english test, wawancara HR, wawancara user, wawancara direksi, sampai medical checkup, baru final. Intinya, setiap perusahaan memiliki spesifikasi masing-masing. Cari tahu infonya.
Bagaimana, sudah menentukan? Sudah memastikan? Sudah meyakinkan rencana kemana pasca kampusnya? Sudah mempersiapkan jauh-jauh hari hal-hal pendukungnya? Kalau belum, pliisss kalau mau LULUS cepet silakan pikir lagi!
Finally, itulah sedikit refleksi perjalanan hidup saya. Intinya, tidak ada kesalahan mau lulus cepet, asalkan sudah tercapai semua targetnya, sudah menyiapkan dan siap mengarungi bahtera pasca kampus.

Jadi, plus atau minusnya LULUS CEPAT (3.5 tahun), tergantung bagaimana kita mempersiapkan dan menyikapinya. Prinsipnya, bikin rencana yang matang untuk eksekusi yang gemilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun