Mohon tunggu...
Wiyanto Suud
Wiyanto Suud Mohon Tunggu... -

penulis, editor dan penerjemah lepas

Selanjutnya

Tutup

Money

Memburu Berkah Bunga Krisan

8 September 2013   09:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:12 3560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ketika kata tak lagi bermakna, maka ungkapkan dengan bunga. Say it with flower. Seorang penyair pernah mengatakan, “Bunga adalah tawanya bumi.”

Bunga Krisan atau Seruni (Chrysanthemum) adalah sejenis tanaman bunga hias berupa perdu, yang mulai muncul pada zaman Kapur. Dalam bahasa Yunani, Chrysanthemum berarti adalah bunga emas. Warnanya pun memang ada yang kuning keemasan. Oleh karena itu, orang sering menyebutnya dengan bunga Emas (Golden Flolwer).

Jenis bunga Kristan yang tertua berasal dari Cina, bentuknya mirip dengan bunga Deasy. Dan Cina telah mengelolanya dalam lahan pertanian sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa. Saat ini, bunga Krisan telah banyak ditanam dan dibudidayakan di negara Barat dan Eropa.

Sedangkan Jepang mulai membudidayakan bunga Krisan pada abad ke-4, yang kemudian menjadi bunga nasional negara itu. Masyarakat Jepang mengenalnya dengan sebutan Kikuka. Bahkan pada 797, bunga Krisan menjadi simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East (Ratu dari Timur).

Krisan di Prancis disebut Chrysanthème. Bunga ini diasosiasikan dengan duka dan kematian. Krisan putih banyak digunakan untuk pemakaman, dan di tanggal 1 November, saat perayaan La Toussaint (All Saints), Krisan warna-warni banyak menghiasi kuburan. Oleh karena itu, di Prancis, bunga ini dijadikan sebagai bunga kelahiran bulan November.

Sebaliknya, di Indonesia bunga Krisan dipakai untuk acara pernikahan, sebagai jenjang untuk menapak kehidupan baru. Di Amerika, bunga Krisan digunakan sebagai simbol keceriaansebagai tanda persahabatan.

Menurut Feng Shui, bunga Krisan dipercayai dapat membawa kebahagiaan dan tawa di dalam keluarga. Bunga krisan juga mempunyai arti keceriaan, pesona, optimis, kelimpahan, keberuntungan, persahabatan, dan cinta rahasia.

Tanaman Hias dan Obat

Kegunaan bunga Krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Selain itu, bunga Krisan juga bisa digunakan sebagai bunga potong.

Seperti yang kita ketahui, di Indonesia dan di beberapa negara di Asia lainnya, bunga Krisan sering disedu dengan air panas untuk dijadikan minuman. Terutama dari jenis Chrysanthemum Morifolium atau Chrysanthemum Indicum yang berwarna putih atau kuning. Di Indonesia, minuman ini dikenal dengan nama “teh kembang” (Chrysanthemum Tea).

Daun Krisan mempunyai banyak mengandung zat seperti michefuschalide, parthenolide, dan chrysanthenyl acetat. Ketiganya mampu menghambat produksi prostlagandin. Dalam penelitian mutakhir, zat ini sangat efektif untuk mengobati penyakit migran. Dengan penghambatan prostlagandin ini, berarti mampu mengurangi radang, mengurangi sekresi histamin, dan mampu mengurangi demam.

Di antara khasiat lainnya, mampu menyembuhkan influenza, masuk angin, sinusitis, penglihatan buram, hipertensi, bisul-bisul, liver, gangguan tidur, membantu mengatasi gangguan pencernaan seperti mual-mual, melancarkan menstruasi, dan membantu mengobati asma, dan depresi

Analisa Potensi Bisnis

Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negeri tetap terbuka. Kini, bunga ini banyak dipakai buket dalam acara perkawinan, ulang tahun, wisuda, ucapan selamat untuk pembukaan usaha baru, bahkan acara kematian. Dengan demikian, agribisnis bunga krisan tetap perlu terus dikembangkan.

Bunga Krisan ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bunga-bunga yang lain. Pertama, warna bunganya cukup beragam seperti merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih, dan lain sebagainya. Sedikitnya ada 55 varietas. Krisan berwarna kuning dan hijau adalah yang paling banyak dicari. Persentasenya bisa mencapai 90%, sementara sisanya memilih warna-warna lain. Kedua, bunga Krisan bisa tahan selama 2 Minggu.

Di Indonesia, Tanah Karo merupakan daerah yang memproduksi bunga Krisan. Tapi produksinya belum bisa memenuhi permintaan pasar, bahkan untuk pasar Medan sekalipun. Karena tingginya permintaan bunga di Kota Medan, sering kali harus mendatangkannya dari wilayah Jawa Barat.

Cara untuk membudidayakannya cukup mudah. Langkah-langkah untuk membuat bibit bunga krisan dari stek batang, yang pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alatnya antara lain: nampan plastik yang memiliki ukuran 30 x 20 x 3 cm, sekop kecil, pisau tajam/cutter, sprayer. Bahannya antara lain; tanah, tumbuhan bunga krisan yang telah dewasa, hormon perangsang akar (rootone), pupuk kandang, pupuk kompos, dan air.

Kedua, membuat media tanamnya. Tanah, pupuk kandang, pupuk kompos dicampur secara dengan perbandingan 1:1:1 dan diletakkan di nampan lalu diratakan. Buat lubang di media tanam dengan jarak 2 cm. Semprot dengan air menggunakan sprayer agar tanah menjadi lembab.

Ketiga, memotong batang bunga Krisan dengan ukuran 6-8 cm menggunakan pisau atau cutter yang tajam, lalu olesi dengan rootone, kemudian tanam ke media tanam yang telah disiapkan. Bibit yang telah ditanam diletakkan pada tempat yang teduh atau tidak terkena cahaya matahari langsung.

Selama pemeliharaan, penyiraman menggunakan sprayer dilakukan sebanyak dua kali yaitu siang hari dan sore hari. Dalam 2 Minggu, bibit akan tumbuh secara normal dan akan mengalami pembungaan sekitar 4 Minggu setelah dewasa. Untuk merangsang pembungaan dapat diberi pupuk yang mengandung banyak kalium dan juga dapat dirangsang dengan penyinaran rutin pada malam hari.

Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat Celcius. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat Celcius.
Di pembibitan krisan perlu kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit dari stek yaitu berkisar 90-95 persen, sedangkan RH untuk tanaman muda sampai dewasa antara 70-80 persen, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.

Krisan mulai berbunga pada umur 10–14 Minggu setelah tanam, tergantung pada jenis varietasnya. Saat panen yang paling tepat adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Krisan tipe sprai dapat dipanen bila 75-80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh. Setelah bunga mengeluarkan kuncup, bunga krisan dapat dipasarkan.

Selain di Medan dan Jawa Barat, contoh keberhasilan budidaya bunga Krisan juga bisa dialami oleh Kelompok Sri Rezeki di Desa Ngasem, Kecamatan Jetis, Kabupaten Semarang. Kelompok ini memanfaatkan kredit Taskin dari Bank BPD Jawa Tengah sebesar Rp 20 juta untuk mengembangkan usahanya. Rangkaian bunga Krisan yang setelah dipetik ini tidak hanya dijual di Semarang, melainkan sampai Yogyakarta dan Solo, bahkan ada yang dipasarkan hingga Surabaya.

Saat ini, terdapat 124 petani budidaya krisan di Sleman yang mengelola 4-5 hektare lahan di wilayah lereng Gunung Merapi di Kecamatan Pakem. Kapasitas produksi mencapai sekitar 10.000 batang per hari dengan harga satu batang krisan Rp 1.000. Dari 1.000 meter lahan budidaya, bisa ditanam 50.000 batang krisan dengan masa panen 3-4 bulan.

Di negara lain, seperti Jepang dan Korea, bunga juga dijadikan hidangan. Di negara Jepang, bunga krisan diolah dengan tepung tempura, kemudian digoreng. Negara Korea dalam makanannya juga menggunakan bunga mentah yang dicampur dengan makanan mereka. Budaya ini bisa di adaptasi, untuk mencari alternatif pangan baru. Dan ini bisa menjadi inspirasi atau lahan baru untuk memanfaatkan bunga Krisan.

Selain keindahannya, bunga dikagumi oleh manusia karena harumnya. Sejak jaman dulu, bunga telah dijadikan salah satu bahan pembuat parfum. Bunga yang biasa dijadikan bahan pembuat parfum antara lain yaitu mawar, melati, agrimoni dan centaury. Ke depan, mungkin juga bisa dikembangkan parfum dengan aroma bunga Krisan.

NB. Tulisan ini sudah lama saya buat, sekitar tiga tahun lalu, maaf kalau ada informasi yang kurang up to date. Selain itu, saya bukan petani bunga, saya hanya menyarikan dari berbagagai sumber. Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun