''Lingkungan memang sangat mempengaruhi pergaulan seseorang, jika lingkungan nya baik maka pergaulannya pun akan baik. Tapi jika lingkungannya buruk, maka pergaulannya pun akan ikut buruk. Inilah yang dirasakan oleh Eki laki-laki berusia 30 tahun itu di lingkungan rumahnya. Eki tinggal di Jakarta dengan lingkungan rumahnya yang sangat buruk, banyak para pengedar narkoba di sekitar rumahnya yang membuat Eki tergiur untuk mengikuti jejak teman-temannya.''
Malam itu sunyi, angin berhembus dengan lembut dan tak ada satu orang pun berada terlihat kecuali akang warkop yang sedang duduk dan telfonan bersama pacarnya. Eki yang sedang duduk di warung kopi dengan di temani segelas kopi susu dan sebatang rokok di tangannya menunggu kabar dari partner bisnisnya, Uta.
Uta adalah seorang Bandar narkoba sejak 2004, sudah 2 kali ia keluar masuk penjara tapi tak ada sedikitpun rasa jera yang dirasa. Di warkop inilah awal mula Eki dan Uta bertemu, selain memang rumah mereka berdekatan. Tapi di warkop inilah keduanya memulai bisnisnya. Eki yang awalnya tak tahu tentang dunia narkoba, sekarang malah menjadi asset penting bagi Uta. Ya, karena pintarnya Eki dalam berbisnis illegal ini.
Eki mulai jenuh menunggu sms dari Uta, karna sudah 1 jam lamanya ia menunggu Uta membalas pesan nya. Di segukan kopi terakhir, hp Eki tiba-tiba bergetar dan muncul nama pengirimnya, Uta. ''Buruan bro gue ditempat biasa nih.'' , Eki langsung bediri merogoh kantong celana untuk membayar kopi dan rokoknya. Lalu ia langsung berjalan menuju tempat biasa ia bertemu dengan Uta.
Dari kejauhan terlihat lampu kuning yang berkedap kedip di ujung jalan sawo, itulah tempat biasa Eki dan Uta bertemu. Walaupun rumah mereka berdekatan, tapi mereka tidak mau terlihat akrab untuk masalah bisnis ini. Seperti biasa, Eki menggunakan hoodie hitam dan topi merah, ia berjalan dengan cepat ke arah ujung jalan sawo.
Malam ini menjadi malam yang tidak akan pernah dilupakan oleh Eki, karena Uta partner bisnisnya, sekaligus teman dekatnya menjadi penghianat. Dari kejauhan suasana terlihat biasa saja, namun ketika Eki sudah sampai di ujung jalan ternyata tak terlihat wajah Uta di situ, hanya ada sms masuk darinya, ''barangnya disamping lampu.'' Eki langsung menyeletuk ''Gak biasanya nih orang, naro barang sembarangan.''.
Inilah jawaban dari kecurigaannya, setelah Eki mengambil barang haram tersebut tiba-tiba di belakangnya sudah ada 3 polisi yang siap menangkapnya. Dengan barang yang masih di tangannya, Eki tak bisa melakukan apa-apa, hanya perasaan dendam dan marah kepada Uta.
Keadaan di Penjara
Semenjak di dalam sel penjara, tak terlihat sekalipun wajah Uta menjenguknya. Perasaan dendam dan marah berkecamuk kepada Uta. 6 tahun di penjara banyak pelajaran yang Eki dapatkan. Awal mula ia di penjara, ia harus menuruti setiap perintah kepala kamar karn terbiasa hidup bebas ia tak ikuti perintahnya dan terus berkelahi. Sampai akhirnya ia dipindahkan di rutan daerah.
Di rutan itulah banyak hal-hal positif yang didapatkan oleh Eki, dari mulai sholat berjamaah satu kamar, melakukan sesuatu yang kreatif, mengaji dan yang penting ia mulai menyesali setiap perbuatan yang ia lakukan selama ini.
Ketika ia di dalam, ternyata hanya keluarganya lah yang setia kepadanya. Menanyakan kabarnya, menjenguknya setiap 2 atau 4 bulan sekali. Terkadang beberapa sahabat menanyakan kabar nya melalui facebook. Ya walaupun Eki berada di dalam jeruji besi, tapi Eki masih tetap bisa memegang handphone.