Apakah menabung dan berinvestasi itu baik..? Tentu. Namun, bagaimana jika tabungan dan investasi itu ludes karena terkena musibah di masa depan, seperti biaya pengobatan atau karena harus kehilangan Sang Pencari nafkah. Tabungan yang direncanakan untuk biaya pendidikan anak, untuk membeli rumah, mobil, naik haji dan biaya pensiun harus hilang. Nah, disinilah pengelolaan resiko diperlukan. Kalau sudah begini, inilah perlunya asuransi.
Hidup kita memang penuh dengan resiko. Mulai dari kita membuka mata hingga kita terlelap dan terbangun lagi, kita menanggung beban resiko atas diri, keluarga dan tak ketinggalan seluruh harta benda kita. Seseorang dikatakan bijak jika ia mampu memperhitungkan resiko yang ada di depannya tersebut dan mengantisipasi mulai dari awal.
Kesadaran berasuransi berangkat dari pengalaman manusia bahwa banyak hal yang tidak diinginkan kelak dapat mengubah arah kehidupan seseorang. Keadaan yang tampak cemerlang seketika dapat berubah menjadi begitu suram. Akan sangat sia-sia, misalkan, jika peristiwa yang terjadi di luar kendali kita, seperti banjir, tsunami, gunung meletus atau wedus gembel maupun kecelakaan menyebabkan si Pencari Nafkah sakit, atau bahkan harus pindah dunia. Tanpa pengendalian resiko yang matang, bukan mustahil kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di masa akan datang memaksa kita mengumpulkan harta kita mulai dari titik nol karena harus membiayai pengobatan maupun perawatan.
Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan keamanan, kemakmuran dan kesehatan. Asuransi merupakan salah satu mekanisme yang telah terbukti ampuh dalam melindungi asset-aset paling berharga, yaitu diri Anda sendiri. Memilih untuk berasuransi atau tidak adalah suatu pilihan. Kita mungkin tidak akan merasakan dampaknya sekarang. Mungkin setahun, dua tahun, lima bahkan sepuluh tahun kemudian kita baru menyadarinya. Semua bisa terjadi, tidak ada seorang pun yang tahu apakah resiko akan menjadi kenyataan atau tidak. Tetapi bagaimanapun, masa depan yang kita cita-citakan harus mulai dibangun dari detik ini juga. Dan berbicara masa depan, sangat erat kaitannya dengan kemampuan kita untuk mengelola resiko hari ini, esok, dan seterusnya.
Jadi kita tidak perlu lagi bertanya-tanya bagaimana nasib kita di masa depan. Yang seharusnya kita lakukan adalah merancang masa depan kita sendiri.
Salam Cerdas
Wiwit Prayitno, S.Pt., N.Md
081 2277 1607
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H