Suatu ketika, Saya silaturahmi ke calon nasabah bernama Rudy, 34 tahun. Rudy juga seorang yang Anti Asuransi. Setiap orang yang mau menawarkan asuransi kepadanya, beliau selalu menolak karena beranggapan bahwa perusahaan asuransi selalu untung dan nasabah selalu dirugikan. Kami mengobrol cukup lama. Dari obrolan tersebut, saya kemudian bertanya,” Pak Rudy, omong – omong bapak mempunyai teman baik yang seusia Pak Rudy dan kondisi finansialnya sebagus bapak juga?” Beliau mulai berpikir, dan kemudian menjawab, “Ada, namanya Anton”.
Begini ceritanya. Suatu hari Pak Anton menemui Anda. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, pak Anton berkata, “Rudy, saat ini aku sedang beruntung. Oleh karena itu aku mulai memikirkan masa depan keluarga. Nah, kalau aku mulai menabung di Bank, biasanya aku akan mendapat bunga, tapi hasilnya kecil banget. Belum lagi dengan adanya inflasi, bisa bisa bukannya untung malah buntung yang aku dapat. Sementara usia saya sebentar lagi mendekati 40 tahun. Keluarga saya belum mempunyai Proteksi, karena saya seperti kamu juga, sama-sama Anti Asuransi“.
“Nah saya punya ide,” kata Pak Anton. “Katakanlah saya menitipkan uang kepada kamu saja gimana Rudy? Rp 1 juta setiap bulannya. Terserah mau kamu apakan uang itu. Saya percaya penuh. Saya akan konsisten menitipkan uang Rp 1 juta setiap bulannya kepada Anda Pak Rudy. Jika dalam 15 tahun, saya sehat-sehat saja, maka uang saya tolong kembalikan utuh, Syukur-syukur kalau dikasih profit 10% sd 15%, tidak juga ga’ masalah. Bagaimana Rudy, menurut kamu ?
Pak Rudy yang piawai dalam bisnis, langsung menghitung cepat, dan dengan antusias menjawab “Oke, saya mau”. Lalu Pak Anton melanjutkan, “Tapi saya punya beberapa syarat.” “Apa itu ?” tanya Pak Rudy.
Syarat pertama, kalau dalam perjalanan waktu, katakanlah setelah berjalan satu tahun saya mengalami kondisi kritis seperti kena serangan jantung atau terkena stroke parah, mohon kamu kasih saya Rp 100 juta. Bagaimana Rudy..? “Wah mana bisa” Jawab Pak Rudy. “Kamu baru titip sedikit, saya harus kasih kamu begitu banyak. Kamu untung banget!” Kata Pak Rudy.
Lalu saya bertanya,” Maksud bapak, Pak Anton untung banget ya? , “Ya jelas lah.” Jawab pak Rudy. Okey itu baru syarat pertama. Saya lanjutkan syarat berikutnya. Pak Anton bilang, kalau saya harus rawat inap, tolong sediakan uang sebesar Rp 80 juta untuk jawah rawat inap selama 100 hari per tahunnya. Gimana..? “Wah, enakan Pak Anton Dong”. Jawab pak Rudy.
Pak ini belum berakhir lho, masih ada syarat yang lain, yaitu kalau Pak Anton meninggl biasa, mohon siapkan Rp 270 juta untuk keluarganya. Dan Syarat selanjutnya, ketika Pak Anton meninggal karena kecelakaan ditambah lagi Rp 100 juta. “Ya, ampun bisa bangkrut saya, saya bisa rugi “. Jawab Pak Rudy. Lalu saya menimpali, “Memangnya bapak rugi ya?” “Ya, jelaslah baru nitip setahun, saya sudah mengeluarkan uang yang begitu banyak, padahal setiap bulan hanya titip Rp 1 juta setiap bulannya”. Jawab Pak Rudy.
“Okey, bagaimana kalau kita ganti peran. Pak Rudy mau untung kan?” “Ya dong!” jawab Pak Rudy dengan tegas. “Pak Anton jadi pihak yang dititipkan duit. Tapi ngomong-ngomong Pak Anton mau tidak ya? Pak Rudy berpikir sebentar dan menjawab,”Kayaknya Pak Anton juga ga mau Pak”. Lalu saya lanjutkan,”Betul Pak Rudy, tapi bapak TETAP mau berperan sebagai yang untung kan..?” Beliau menjawab,”Ya, tentu”.
Kalau begitu, Pak Rudy titip sama perusahaan kami saja, melalui program Asuransi ini. Kalau terjadi sesuatu seperti diatas, kami akan membayar semua sesuai dengan apa yang saya jelaskan tadi. Akhirnya Pak Rudy tersenyum, dan mengerti arah pembicaraan saya, dan Pak Rudy baru sadar ternyata harga sebuah ketidakpastian sangatlah mahal. Dan singkat cerita Pak Rudy mengambil Polis Asuransi.
Salam Cerdas.
Wiwit Prayitno, S.Pt, N.Md