Mohon tunggu...
Wiwit RahayuNingtyas
Wiwit RahayuNingtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo sobat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai-Nilai Islam pada Budaya dan Tradisi Takbir Keliling

12 Juni 2024   12:29 Diperbarui: 12 Juni 2024   14:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin. Islam sangat identik dengan perayaan hari-hari besar. Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam dapat menyambut hari raya Idul Fitri. Terdapat banyak sunnah dalam menyambut hari raya ini, salah satunya yaitu mengisi malam Idul Fitri dengan takbir. Takbir di malam Idul Fitri merupakan sebagai perwujudan rasa syukur umat Islam terhadap Allah SWT atas kemenangannya karena berhasil menahan hawa nafsu setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Takbir di hari raya pada umumnya ada 2 macam, yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal yaitu takbir yang tidak terikat dengan waktu shalat sedangkan takbir muqayyad yaitu takbir yang terikat dengan waktu shalat. Sebagian ulama berpendapat bahwa awal pembacaan takbir pada Idul Fitri yaitu dimulai sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya Idul Fitri sampai masuknya (mulainya) imam melakukan shalat Idul Fitri. Sedangkan takbir muqayyad yaitu takbir yang mengiringi shalat dan dibaca setelah melaksanakan shalat fardhu mapun sunah. Adapun waktu pembacaan takbir muqayyad yaitu dimulai sejak waktu subuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai waktu Ashar pada akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).

Takbiran secara umum diketahui sebagai kegiatan tahunan yang dilakukan umat muslim di Indonesia bahkan seluruh umat muslim di dunia. Takbiran juga merupakan momentum kemenangan bagi umat muslim. Banyak fenomena atau kegiatan yang terjadi saat malam sebelum hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha ini. Salah satu contoh kegiatanya yaitu fenomena takbir keliling. Dalam pelaksanaan takbir keliling ini tentu banyak perbedaan dalam pengekspresian, musikalitas, perayaan, hingga pemaknaannya. Terdapat banyak sekali makna Islam yang terkandung yang dapat kita maknai.

Dalam takbir keliling, nilai-nilai keagamaan tercermin dalam penggunaan takbir sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Acara ini juga menjadi wadah bagi umat untuk memperkuat ikatan keagamaan mereka melalui doa bersama, dzikir, dan pengingat akan ajaran-ajaran agama yang mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.

Takbir keliling ini dilakukan oleh sejumlah umat muslim baik dilaksanakan secara jalan kaki maupun naik kendaraan pada malam hari. Pada konsep takbir keliling yang dilakukan secara jalan kaki masyarakat akan terjun langsung ke jalan raya sambil mengucapkan takbir dengan membawa obor. Pada konsep takbir keliling menggunakan kendaraan transportasi ini juga sama, yaitu terjun langsung ke jalan raya dengan iringan musik sholawat takbir. Kegiatan takbir keliling menggunakan kendaraan ini termasuk kedalam tampilan kegiatan yang selalu dirayakan oleh sekelompok remaja masjid maupun masing-masing perwakilan masjid atau mushala yang ada disekitar desa maupun kota.

Namun fenomena takbir keliling ini justru membuat adanya kisruh dalam masyarakat. Pasalnya terdapat beberapa daerah yang melakukan takbir keliling menggunakan alunan musik dengan speaker yang keras. Musik yang digunakan bukanlah alunan musik Islami atau rebana melainkan musik yang berbau DJ atau dangdut. Hal inilah yang membuat takbir keliling tidak sakral lagi. Ada juga yang menggunakan petasan mercon, sehingga mengganggu keselamatan dan kenyamanan orang lain. Sebenarnya tidak mengapa jika menggunakan kembang api asal hanya untuk memeriahkan serta menyambut hari raya besar umat Islam dan tidak menggaggu orang lain.

Masyarakat Indonesia mengenal tradisi takbir keliling dimana orang-orang mengumandangkan takbir dengan cara berkeliling di jalan seraya mengagugkan nama Allah SWT. Akan tetapi dalam perkembangan zaman dan kemajuan teknologi ini, kegiatan takbir keliling kini telah mengalami perubahan yang cenderung menyimpang. Hal tersebut dipengaruhi oleh  semakin kreatifnya manusia dalam berfikir dan menciptakan hal-hal baru yang menyebabkan perubahan itu. Dalam melaksanakan takbir keliling, masyarakat kini lebih memilih untuk menaiki kendaraan. Lafal takbir pun sudah tidak dihafalkan dan dikumandangkan bersama, namun malah dikumandangkan melalui sound system dan diiringi musik-musik DJ dan dangdut. Bahkan ada beberapa orang yang sibuk dengan story di handphone. Hal inilah yang membuat makna takbir menjadi tidak sakral, dimana takbir adalah mengagungkan nama Allah dan takbir keliling sebagai sarana syiar Islam, kini malah dicampur dengan musik DJ yang membuat banyak orang tidak khusyuk dalam bertakbir dan cenderung lebih menikmati alunan musik yang ada.

Jika merujuk kepada teorinya Max Weber tentang takbiran keliling dalam pandangan teori tindakan, menujukkan bahwa takbir keliling dalam kalangan masyarakat dapat dipahami sebagai tindakan sosial dan kebudayaan masyarakat. Takbir keliling dalam teori tindakan Max Weber dapat diklasifikasikan sebagai tindakan rasional yang berorientasi nilai, dimana tindakan ini terarah pada nilai-nilai kemasyarakatan, keislaman, dan keindonesiaan.

Berdasarkan tinjauan filsafat Max Weber mengenai teori tindakan dalam takbir keliling yang ada di Indonesia, takbir keliling sangat digemari dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia hal ini dikaitkan dengan aktivitas pada malam hari di mana mereka akan keluar rumah dan juga mengumandangkan takbir bersama-sama. Dengan demikian, takbir keliling merupakan hal lumrah bagi kalangan masyarakat yang ada di Indonesia baik yang sering terjadi di desa maupun di kota yang ramai penduduk untuk menyuarakan takbir secara besama-sama, di mana fenomena sosial ini berhubungan dengan pemikiran Max Weber mengenai teori tindakan sosial.

Upaya untuk pencegahan budaya takbir keliling menggunakan musik-musik DJ atau dangdut ini tentu sudah banyak dilakukan meski banyak rintangan. Tentunya hal ini tidak lepas dari peran para pemuka agama maupun aparat keamanan. Salah satu upaya pencegahan terhadap takbir keliling menggunakan musik DJ bisa meliputi sosialisasi tentang makna dan nilai-nilai keagamaan. Sehingga mereka akan sadar, jika merayakan hari raya besar haruslah dengan penuh doa dan khidmat.

Upaya kedua untuk pencegahannya adalah penegakan hukum terhadap penggunaan musik yang mengganggu ketenangan umum. Seperti adanya UU yang melarang adanya penggunaan speaker keras dan larangan penggunaan musik-musik yang sekiranya menyimpang dari ajaran/norma agama yang diajarkan. Memberlakukan sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar aturan dalam pelaksanaan takbir keliling dengan music yang tidak sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun