OPINI - Covid 19 menjadi pandemi yang sangat mengerikan bagi setiap negara. Semenjak pandemi Covid 19 menyebar di Indonesia pada awal tahun 2020 lalu tepatnya di bulan Maret, mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup dan perilaku pada masyarakat.Â
Salah satu yang paling terdampak yaitu pada sektor pendidikan.Â
Sejak menyebarnya pandemi covid 19 di Indonesia, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (online). Pembelajaran secara daring ini berlaku mulai dari tingkat pendidikan sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Berbekal pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan guru, siswa, hingga orang tua dituntut untuk menjadikan pembelajaran daring se-efektif dan se-efisien mungkin meskipun dilakukan di rumah.Â
Pemanfaatan teknologi seperti laptop, gadget, hingga komputer, serta aplikasi belajar online maupun media sosial seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom, YouTube, WhatsApp, dan lain sebagainya saat ini menjadi media yang banyak digunakan dalam pembelajaran daring.Â
Tentu hal tersebut jika dilihat cukup menarik, karena dengan melalui virtual kegiatan pembelajaran tetap terus berjalan. Namun faktanya jika dilihat dari sudut pandang lain, pembelajaran daring juga memberikan kesan yang cukup memprihatinkan bagi kebanyakan siswa saat ini. Salah satunya adalah menurunnya minat belajar anak, terutama dalam hal membaca.
Membaca sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan melihat, melafalkan atau mengeja, mengucapkan, serta memahami isi dari sesuatu yang tertulis, baik huruf, angka, maupun simbol. Adapun pendapat Nurhadi (2008: 13), membaca adalah proses yang kompleks dan melibatkan faktor internal dan faktor eksternal si pembaca itu sendiri.Â
Faktor internal terdiri dari minat, intelegensi, bakat, tujuan membaca dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal pembaca dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi, sarana, dan tradisi membaca. Jadi, membaca adalah hal yang sangat wajib dilakukan oleh setiap pelajar, karena dengan membaca kita memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas.
Menurunnya minat belajar anak ini salah satunya terjadi pada kalangan siswa di desa Balongmasin kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto, yang mana desa tersebut sebagai lokasi kegiatan KKN-DR 2021 IAIN Kediri.Â
Adapun ketika penulis mengadakan program kegiatan bimbingan belajar kepada siswa SD dan SMP, kebanyakan dari mereka terlihat kurang dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru, karena selama pembelajaran daring ini mereka mengakui bahwa mereka jarang belajar dan membaca, sehingga sulit menyimak penjelasan yang diberikan oleh gurunya.Â
Tidak sedikit dari mereka lebih sering memanfaatkan gadget-nya untuk bermain game. Ketika peserta KKN menyuruh anak-anak untuk membaca bukunya saat melaksanakan bimbingan belajar, mereka kebanyakan menolak dengan berbagai alasan.