Penelitian tentang "Analisis Pengaruh Aspek Keperilakuan terhadap Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi" yang ditulis oleh Ika Wahyuni dan Endang Tripratiwi, memberikan wawasan menarik mengenai hubungan manusia dan teknologi, terutama dalam lingkungan kerja modern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi memiliki pengaruh signifikan terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi, sementara sikap, emosi, dan persepsi tidak menunjukkan efek serupa. Temuan ini memicu diskusi mendalam tentang bagaimana manusia merespons perkembangan teknologi.
Dalam masyarakat yang semakin digerakkan oleh data, hasil ini menegaskan bahwa keberhasilan teknologi tidak terlepas dari kondisi manusia yang menggunakannya. Motivasi sebagai faktor dominan menggambarkan perlunya dorongan yang jelas untuk memaksimalkan penggunaan sistem. Contohnya, insentif seperti bonus atau penghargaan dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan adopsi teknologi di tempat kerja.Â
Menariknya, hasil ini juga menyiratkan bahwa teknologi seperti sistem informasi akuntansi mungkin telah cukup intuitif, sehingga faktor sikap, emosi, dan persepsi tidak lagi berperan besar. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah ini mencerminkan kemajuan teknologi yang benar-benar adaptif terhadap kebutuhan manusia, ataukah perilaku manusia telah direduksi oleh standar kerja yang kaku? Dari sudut pandang filsafat sains, hal ini membuka diskusi tentang sebuah keyakinan bahwa teknologi dapat menjadi solusi atas semua tantangan manusia.
Selain itu, temuan ini menekankan pentingnya desain teknologi yang menyeimbangkan aspek teknis dan humanis. Sistem informasi tidak seharusnya menjadi alat statis yang sepenuhnya mengharuskan manusia beradaptasi. Sebaliknya, teknologi perlu dirancang untuk fleksibel terhadap konteks sosial dan psikologis pengguna, sehingga dapat benar-benar mendukung mereka.
Implikasinya dalam masyarakat digital cukup luas. Memahami motivasi sebagai penggerak utama dapat membantu merancang kebijakan berbasis teknologi yang lebih efektif, seperti aplikasi digital untuk layanan publik atau pendidikan. Di sektor pendidikan, misalnya, motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan fitur interaktif atau sistem penghargaan. Sementara itu, di bidang kesehatan, aplikasi gaya hidup sehat bisa lebih sukses jika mampu memberikan penghargaan atas pencapaian pengguna. Tanpa pemahaman mendalam tentang perilaku manusia, desain teknologi yang hanya berfokus pada hasil teknis berisiko menghadapi resistensi atau kegagalan.
Namun, pendekatan yang terlalu prosedural juga dapat mengurangi spontanitas, kreativitas, dan dimensi manusiawi lainnya seperti empati dan intuisi. Dalam masyarakat, ini dapat menciptakan homogenisasi perilaku, di mana individu bertindak hanya sesuai parameter sistem. Akibatnya, dimensi manusia yang lebih mendalam bisa hilang, seperti inovasi atau pengambilan keputusan intuitif.
Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan pentingnya motivasi dalam mendukung penggunaan teknologi serta menggarisbawahi perlunya kebijakan dan desain teknologi yang menempatkan manusia sebagai pusat perhatian. Refleksi kritis terhadap bagaimana teknologi membentuk dan dipengaruhi oleh perilaku manusia menjadi kebutuhan utama untuk memastikan teknologi tidak hanya efektif, tetapi juga tetap manusiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H