Mohon tunggu...
Wiwi Riskiyani
Wiwi Riskiyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemberontakan Dalam Cerpen Karya Faisal Oddang, Hingga Sekarang!

31 Desember 2022   12:05 Diperbarui: 31 Desember 2022   12:11 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia telah dijajah oleh lima negara, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang. Negara yang paling lama menjajah Indonesia adalah Belanda. Hal ini karena Indonesia merupakan negara pemilik kekayaan sumber daya alam yang besar, kaya akan rempah-rempah serta hasil bumi lainnya, sehingga tak sedikit negara lain ingin menguasai wilayah Indonesia. Indonesia menjadi urutan ketiga negara yang paling lama dijajah di dunia, yakni selama 433 tahun dan Malaysia menjadi urutan pertama dengan 446 tahun waktu lamanya dijajah, dikutip dalam berita online Kompas.com. (https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/09/110000479/5-negara-yang-paling-lama-dijajah-di-dunia?page=all)

Pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945 telah menjadi bukti bahwa Indonesia telah merdeka dari bangsa asing. Terlepasnya Indonesia dari cengkraman penjajah asing, tidak berarti membuat masyarakatnya benar-benar merasakan kemerdekaan. Hal ini dikarenakan munculnya gerakan organisasi kerakyatan yang melahirkan pembrontakan, seperti PKI, PRRI/PERMESTA, dan DI/TII.

PKI (Partai Komunis Indonesia) merupakan partai yang didirikan untuk menghancurkan tanah air, dengan menggulingkan pemerintahan Indonesia, membentuk negara menjadi Republik Indonesia Soviet, mengganti dasar negara pancasila menjadi komunisme, serta mengajak petani dan buruh untuk melakukan pemberontakan. PRRI/PERMESTA merupakan gerakan pemberontakan yang didasari atas kekecewaan angkatan militer wilayah Sumatra dan Sulawesi, kepada pemerintah yang hanya memperhatikan wilayah Jawa saja sebagai pusat pembangunan di Indonesia, serta minimnya kesejahteraan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat diluar wilayah Jawa. DI/TII adalah gerakan pembrontakan dengan tujuan untuk membentuk Negara Islam Indonesia. dikutip dalam berita online detik.com.(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5733286/sejarah-pemberontakan-darul-islamtentara-islam-indonesia-di-jawa-barat )

Suatu fenomena kesejarahan yang masih tertanam jelas dalam ingatan masyarakat tentu saja menjadi jalan bagi seorang pengarang, untuk mengembangkannya ke dalam sebuah cerita. Hal ini seperti cerpen Siapa Suruh Sekolah di Hari Minggu? karya Faisal Oddang, yang memuat tentang fakta sejarah. Cerpen ini dimuat di Kompas pada tahun 2017. Cerpen Siapa Suruh Sekolah di Hari Minggu? mengangkat peristiwa pemberontakan DI/TII yang terjadi di Sulawesi Selatan.

Dikisahkan, seorang anak bernama Rahing berusia 8 tahun. Rahing selalu mengikuti sekolah di hari Minggu yang diketuai oleh Guru Semmang. Sekolah Rahing tepat berada ditengah hutan, jauh dari pemukiman warga. Rahing sangat senang dan patuh kepada Guru Semmang ketimbang ayahnya. Ayah Rahing selalu melarang Rahing sekolah bersama guru Semmang, hal ini karena secara personal ia membenci guru Semmang, karena guru Semmang merupakan gerombolan. Tak hanya itu, kebencian ayah Rahing bertambah ketika guru Semmang selalu mengajarkan/mengajak Rahing melakukan hal-hal yang tak pantas, yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak berusia 8 tahun.

Rahing menjadi sangat benci kepada kakaknya, setelah ia mengetahui dari guru Semmang bahwa ibunya meninggal disebabkan oleh kakaknya. Tak hanya itu, yang paling sadis yang dilakukan guru Semmang adalah ketika ia menghasut Rahing anak berusia delapan tahun untuk memenggal kepala kakaknya sendiri.

Sementara Ibu Rahing meninggal akibat diperkosa oleh ketua gerombolan, yaitu Semmang yang merupakan guru Rahing sendiri. Mayat Ibu Rahing ditemukan mengambang disungai tanpa sehelai kain. Ini bermula ketika ia yang hendak pergi untuk menjual kain tenunannya ke Sengkang ibu kota kabupaten di waktu malam hari. Akan tetapi ia tak kunjung tiba di Sengkang, setelah beberapahari barulah ditemukan mayatnya dalam keadaan membusuk di sungai.

Istilah gerombolan dalam cerpen Siapa Suruh Sekolah di Hari Minggu? karya Faisal Oddang adalah istilah yang digunakan untuk menandai kelompok pemberontak DI/TII, meskipun tidak diceritakan secara gamblang tentang peristiwa DI/TII itu. DI/TII merupakan gerakan pemberontakan yang dilatarbelakangi dengan rasa kekecewaan terhadap kebijakan pemerintahan pusat, gerombolan ini berkedok aksi pembrontakan dengan membawa isu agama. Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan pada saat itu dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar, tujuan dari pemberontakan ini juga untuk mendirikan Negara Islam. (dikutip dalam jurnal Pattingalloang. "Basis Pertahanan DI/TII di Sulawesi Selatan" Aisyah, dkk. 2018)

Peristiwa pembrontakan DI/TII pada saat itu terjadi di Sulawesi Selatan, diantaranya dengan melakukan aktivitas seperti perusakan jalanan dan jembatan, pemutusan kawat telepon dan penculikan anggota-anggota pemerintahan yang dianggap berpengaruh dalam pemerintah. Dengan siasat dan taktik diantaranya masuk kota untuk mengetahui siapa-siapa orang yang berpengaruh dalam pemerintah, untuk mengetahui bagaimana pandangan umum tentang gerakan yang diadakannya, dan mengajarkan propaganda yang mengatakan bahwa di daerah gerombolan sekarang betul-betul aman tak ada pencuri ataupun pemerkosaan. Selain itu mereka hendak memecahkan atau menanamkan anti pati antara rakyat dan tentara dengan cara merusak jembatan atau menebang pohon kayu di dekat sebuah kampong atau desa.

Fenomena yang terjadi dalam cerpen Siapa Suruh Sekolah Di Hari Minggu? Karya Faisal Oddang, masih terjadi hingga saat ini. Gerombolan-gerombolan yang ada saat ini ditandai dengan sebutan teroris, ada yang membawa isu agama dan ideologi. Teroris dengan membawa isu agama seperti Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), dan Jamaah Ansharut Khilafah(JAK), dengan mempunyai tujuan yang sama yakni pembentukan negara islam di Indonesia. Kelompok pemberontakan dengan membawa isu ideologi ditandai dengan organisasi KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata). KKB dulunya merupakan Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang didirikan pada tahun 1965, maksud dari didirikannya organisasi tersebut untuk melepas Papua dari NKRI. (dikutip dari Sindonews.com. https://nasional.sindonews.com/read/380478/15/ini-5-kelompok-teroris-yang-masih-aktif-di-indonesia-1617033804). Teroris-teroris itu merupakan implementasi pemberontakan yang terjadi dulu hingga saat ini.

Faisal Oddang mengangkat kisah ini kedalam cerpen untuk mengkritik pemberontakan yang masih sering terjadi hingga saat ini, bagaimana membenarkan kekerasan,   dan menyangkal keberadaan moralitas, memakai pembunuhan dan penghancuran secara sistematis sebagai sarana untuk suatu tujuan tertentu.  Korban bukan tujuan, melainkan sarana untuk menciptakan perang urat syaraf, yaitu membunuh satu untuk menakuti seribu orang, target aksi teror dipilih, bekerja secara rahasia, tetapi tujuannya adalah publisitas, pesan aksi itu cukup jelas, meskipun pelaku tidak selalu menyatakan dirinya secara personal, para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang cukup keras. Contohnya, berjuang demi agama dan rasa kemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun