Mohon tunggu...
Wiwin Fitriyani
Wiwin Fitriyani Mohon Tunggu... -

Mahasiswi yang tingkat moody nya tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

DO(s)A

9 September 2011   15:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memakai cara apa aku memulai. Sembah sujud atau sebuah mantra yang terwujud. Yang pasti aku sudah sembab matanya,hancur rasanya. Kau pasti tau sebabnya. Air mata ku mulai bicara bagai mainan rollercoaster yang menggelegar. Teriak ku seorang diri, monster pun lari.

Duduk dikursi sendirian, mulai diskusi kencang oleh pemikiran. Bertalu-talu tak terasa rentetan waktu semakin berlalu. Memejam mata mengingat dosa, lantas saja desau angin terus mencoba meraba. Tercekik aku diingatkan untuk menjadi manusia yang berguna. Bukan seperti dikelilingi rasa ngeri. Bagaimana ini? Sementara tangan kosong ku berputar doa, seakan dikabulkan oleh-Nya. Aku sedikit terjaga.

Melankolis definisiku. Tersenyum culas cerminku.

Puing-puing rusak jadi logam disakuku, aku pikir bisa ditukar oleh penghuni trotoar. Nyatanya bermakna tak berharga. Ucapanku bergetar untuk mengenang masa silam. Alhasil aku jalan keluar, siapa tau ada yang mau mendengar. Namun hanya pasukan waktu tak berkomentar. Gentar. Baru saja aku menyadari atas pembelajaran dari sebuah perdebatan. Datar nadanya membisiki harga diri, langkahnya pasti. Aku ingin mengubah diri jadi Atusa, perempuan dengan memakai cadar bermata hijau. Sungguh terpukau bila melihatnya.

Alhamdulillah jika saja aku bisa dimaafkan-Nya. Karena kemarin sempat kikir untuk mengucap hamdallah dihadapan-Nya. Kali ini aku tak mau lagi mengingkari-Nya, aku butuh kekuatan darinya juga. Itu lah Anda, yang aku cintai dari semula. Bisakah kau ingatkan ku untuk tidak menangis malam ini, banyak orang sudah yang mencurigai tentang ini.

Melankolis definisiku. Tersenyum culas cerminku. ASU

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun