Aku senang untuk hal ini, karena tak perlu mencaci maki. Aku sang dewi selayaknya aku berbaik hati, membiarkan pasangannya pergi dengan wanita imajinasi. Sekelebat tersenyum menghampiri aku yang kian hari semakin tahu. Ada sesuatu dibalik itu. Aku hanya menunggu. Si Bangsat memecah gelas ketiganya, melepaskan kejujuran hatinya. Pilih dia untuk jadi istri tercinta. Walaupun aku telah mau untuk ditawar  menjadi pelampiasannya saja, tak apa. Setidaknya aku tau rahasianya.
Diam.
Nyatanya tak bisa ku bohongi, aku mulai merasa ditusuk duri. Lebih dari itu. Rasanya sangat bermaksud begitu. Merengkuh. Pantat ku mulai ingin kentut, tepatnya diwajahmu yang seperti burung perkutut. Tak bisa lagi ku pegang tanganmu. Ini waktu sudah memburu, mengejar ke dalam kamar. Cengeng. Semua berjalan cepat bahkan dalam waktu yang singkat. Kalau saja kepuasan kelamin yang kau cari, aku malah mencari kepuasan rohani. Aku bukan bodoh karena aku bukan keledai. Bila saja aku serahkan diri karena aku ingin menikah di 2012 nanti. Nyatanya begini, itu cuma mimpi