OPENG, begitulah panggilan akrabmu di Makassar. Seorang “anak kolong” yang ditinggal mati ayahnya saat usia 8 tahun, dan dibesarkan seorang Ibu bernama Maryam. Seorang “single parent” yang mendidik dan mengajarkanmu nilai2 kejujuran dari sebatang kapur tulis.
OPENG, seorang aktivis yang suka membuat panas kuping pejabat dan penegak hukum di Sulsel, karena komentar2mu yang kritis terhadap kasus korupsi yang mencuat.
OPENG, seorang anak kampung yang awalnya dipandang enteng. Sebelum anak kampung itu menulis sejarah dengan tinta emas, bahwa PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BUKANLAH MITOS!
Kami bangga padamu. Darimu, kami - anak2 muda - belajar tentang arti sebuah NYALI. Ya..NYALI. NYALI seorang PETARUNG&PEJUANG. Bukan seorang pecundang seperti mereka yang mengkhianatimu. Mereka, yang mengaku sahabatmu, dan menikammu dari belakang. Darimu, kami belajar, bahwa PELAUNG ULUT ditempa dari ganasnya samudera. Darimu kami belajar, tentang runtuhnya MITOS PEMBERANTASAN KORUPSI di negara yang dikuasai para BANDIT ini. Ketika Kau, Pimpinan, dan penyidik KPK, menetapkan seorang Jenderal Polisi, Menteri Aktif, Ketua MK, mantan Ketua BPK, dan tidak lama lagi Century dan BLBI, sebelum rezim yang dikuasai para DEMAGOG dan BANDIT berseragam parpol dan penegak hukum, mengusirmu dari KPK, tempat yang membesarkan namamu. Tempat yang menjadi tumpuan asa jutaan rakyat Indonesia yang merana akibat KORUPSI.Tempat yang oleh rezim saat ini dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka. Kau mundur secara terhormat dengan kepala tegak. Bukan karena sangkaan kasus yang ditujukan olehmu, (karena kami tahu, hal itu merupakan bagian dari skenario besar penghancuran KPK). Tapi karena sikap kesatria seorang penegak hukum yang patuh kepada hukum. Tidak seperti mereka yang menodai seragamnya dengan ambisi kekuasaan. Lantas, apakah dengan mundurnya Kau dan kawan2 Pimpinan KPK lain, KPK akan bubar dan pemberantasan korupsi akan berhenti? TIDAK! Sekali lagi kami tegaskan TIDAK! TIDAK ada kata berhenti dalam perjuangan pemberantasan korupsi. Sikap kesatriamu untuk mundur menjadi pemantik bagi kami – anak2 muda – untuk terpanggil merapatkan barisan, meneruskan perjuanganmu dan bergabung bersamamu memberantas korupsi. Karena kami cinta Indonesia. Ini negara daulat rakyat, bukan daulat partai, apalagi daulat koruptor.
NEGERI INI BERHUTANG KEPADA KPK, TAPI TIDAK TAHU CARA MEMBALAS HUTANG, DAN CARA BERTERIMAKASIH.#SebuahSikapDariSeorangRakyatTidakJelas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H