Wiwin Rukmana Sari, Nadia Amrul Ummah, Aulia Nur Pratiwi
Instagram : @kkn.ki.kayuara
      Negara malaysia atau yang dikenal juga dengan negeri Jiran merupakan negara berkembang dengan kelap kelip lampu kota di segala penjuru, sarana dan prasarana yang modern, serta pendidikan yang tak kalah majunya dibanding negara lainnya. Namun sungguh miris nasib yang dialami oleh putra putri Indonesia di negeri ini pasalnya mereka tidak dapat memperoleh pendidikan selayaknya anak Indonesia pada umumnya. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan restriktif terhadap anak non warga negara Malaysia dalam mengakses pendidikan umum di  sekolah negeri.
Dalam sebuah disukusi yang diadakan oleh Organisasi Masyarakat Indonesia yaitu SIKL (Sekolah Indoenesia Kuala Lumpur) dan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) memperkirakan bahwa sekitar 10.000 anak Indonesia tidak bisa mendapat akses pendidikan yang layak sesuai dengan umurnya. Mayoritas dari mereka memiliki kemampuan dibawah rata-rata yaitu keterbatasan baca, tulis, dan hitung bahkan ada pula yang tidak bisa sama sekali. Dapat dibayangkan kehidupan anak-anak bangsa ini berada di lingkungan metropolitas dengan segala fasilitas yang sudah mendukung tetapi banyak dari mereka yang tidak bisa membaca, menulis, dan menghitung. Fenomena sosial yang terjadi dimana anak-anak Indonesia yang notabennya belum memiliki legalitas pendidikan formal mengalami kendala dalam mengakses pendidikan formal, sehingga dengan adanya program KKN KI ini sangat membantu dalam menyelesaikan persoalan tersebut
      Hal ini  kemudian ditindaklanjuti dengan sejumlah pertemuan bilateral yang di sepakati pada Januari 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Haji Ahmad Badawi. Yang dimana pertemuan ini telah melahirkan beberapa sekolah dan pusat kegiatan belajar yang disediakan khusus untuk anak-anak kewarganegaraan indonesia yang orang tuanya merupakan pekerja imigran. Namun jauh sebelum adanya perjanjian bilateral tersebut, pada tahun 1967 telah ada pusat pembelajaran yakni bagi  anak indonesia yakni Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang telah dibuka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi putera puteri anak pegawai KBRI malaysia. Selanjutnya KBRI memberi peluang dan mendorong organisasi masyarakat Indonesia yang ada di wilayah Semenanjung Malaysia untuk membantu anak bangsa serta membuka dan menyediakan akses layanan pendidikan bagi anak pekerja imigran yang ada di wilayahnya melalu pendirian sanggar bimbingan (SB).
      Salah satu Sanggar Bimbingan untuk menyediakan layanan pendidikan bagi putera puteri Indonesia adalah Sanggar Bimbingan At-Tanzil Kayu Ara yang telah dibentuk oleh IKABA (Ikatan Alumni Bata-Bata) dan IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata) yang merupakan organisasi pengabdian yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren Mambaul Bata-Bata dari Madura, Jawa Timur. SB Kayu Ara merupakan SB yang bertempat di Pangsapuri Pelangi Ara Blok G -- Pelangi Utama PJU Jalan Teratai. Saat ini SB ini dikelola oleh Bapak Nurul Himam dan telah menaungi 49 anak pekerja Imigran Indonesia yang selanjutnya ke dalam tiga kelas yakni  A, B, dan C yang merupakan kelas calistung (baca, tulis,  hitung). Dengan waktu pembelajaran yang ditetapkan yaitu hari Senin hingga Sabtu dimulai pukul 08.30 hingga 16.00 waktu setempat. Kemudian dilanjut dengan kelas mengaji pada malam hari pukul 20.00 hingga 22.00. Namun khusus hari sabtu mereka difokuskan pada pembelajaran Bahasa Inggris sehari penuh sebagai bekal mereka dalam bersosialisasi di Negeri Jiran. Karena, tidak semua penduduk di Negeri ini dapat menggunakan Bahasa Melayu dalam kesehariannya.
Sanggar Bimbingan At-Tanzil Kayu Ara memberikan solusi alternatif dan juga sebagai wadah bagi anak-anak bangsa untuk dapat belajar.Sanggar Bimbingan At-Tanzil Kayu Ara juga telah berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam program Kuliah Kerja Nyata Kemitraan Internasional (KKN KI). Dalam Program ini telah hadir 3 mahasiswi dari  PTMA yang berbeda yakni Wiwin Rukmana Sari (Universitas Muhammadiyah Kendari), Nadia Amrul Ummah (Universitas Muhammadiyah Ponorogo), dan Aulia Nur Pratiwi (Universitas Muhammadiyah Semarang). Kegiatan ini berlangsung pada 26 Juli - 19 Agustus 2023 atau kurang lebih selama 25 hari. Pada kesempatan ini mahasiswa  sebagai Guru KKN memberikan warna baru dengan menghadirkan beberapa program kerja diantaranya:
- Memberikan pengetahuan tentang wawasan kebangsaan serta menanamkan nilai  cinta tanah air
- Menumbuhkan kepedulian terhadap hukum sejak dini melalui peraturan di  sekolah.
- Mengajarkan nilai-nilai kebudayaan  dan juga keberagaman suku di Indonesia.
- Memberikan pengetahuan dengan model pembelajaran yang bervariasi
- Menggunakan media pembelajaran APE (Alat Peraga Edukatif) sebagai media ajar untuk meningkatkan kemampuan siswa.
- Mengajarkan investasi usia dini melalui program pengadaan kas kelas.
- Mengajarkan keterampilan baru  seperti menari, menggambar, membaca puisi, atau keterampilan dalam bentuk apapun.
Dalam menghadirkan program kerja tersebut tentu telah dilakukan analisis mengenai kemampuan serta keterampilan siswa-siswi Sanggar Bimbingan At-Tanzil Kayu Ara. Dimana sebelumnya siswa-siswi SB Kayu  Ara belum mengetahui tentang beberapa wawasan kebangsaan yang mendasar serta nilai-nilai kebudayaan yang ada di Indonesia bahkan untuk keterampilan membaca dan menulis siswa masih jauh dari kata sempurna sehingga Guru KKN berfokus pula pada pembelajaran baca tulis. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa program kerja tersebut berfokus pada kebutuhan dan kemampuan siswa.
Dalam konteks ini, Sanggar Bimbingan At-Tanzil kayu Ara memiliki peran penting sebagai wadah untuk memberi bantuan pendidikan tambahan kepada siswa-siswi atau anak pekerja imigran ini. Melalui program kerja diataslah mereka semua bisa mendapat akses lebih banyak tentang materi pelajaran, bantuan tugas, dan pendampingan dalam mengatasi kesulitan belajar. Tidak hanya dalam pengetahuan umum Sanggar Bimbingan At-Tanzil Kayu Ara juga memberikan pengetahuan religius melalui bebrapa kegiatan agama seperti sholat sunnah dan wajib secara berjamaah, tadarus Al-Quran, pembelajaran tajwid, sholawat bersama, serta doa diawal dan diakhir kegiatan pembelajaran.
Sanggar Bimbingan ini berusaha mengurangi kesenjangan pendidikan dan memberikan peluang yang setara bagi semua siswa tanpa memandang bagaimana latar belakang ekonomi mereka. Keterbatasan pendidikan yang mereka miliki dikarenakan ketiadaan visa dan juga dokumen lengkap dari pemerintah. Hal itulah yang kemuadian menghambat mereka untuk mengembangkan potensi akademik dan juga meraih prestasi yang lebih baik. Berkaca dari hal tersebut, tentunya keberadaan Sanggar Bimbingan ini akan berkontribusi besar dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan keterampilan individu mereka di wilayah Semenanjung Kuala Lumpur.