Mohon tunggu...
Humaniora

Kedatangan Islam di Indonesia

19 September 2018   11:12 Diperbarui: 19 September 2018   11:28 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA

       Sudah sejak zaman prasejarah mayoritas penduduk kepulauan Indonesia rata-rata sudah menjadi seorang pelayar yang handal. Serta pada saat itu sudah terdapat rute-rute pelayaran dan perdagangan di daratan Asia Tenggara yang banyak di lalui oleh orang-orang asing. Disamping menjadi titik rute pelayaran dan perdangan Indonesia bagian barat juga terdapat hasil bumi yang cukup menarik seperti rempah-rempah, yang mana hampir di dunia ini negara penghasil rempah-rempah cukup baik adalah Indonesia. Oleh sebab itu banyak kalangan orang asing yang tertarik merampas hasil rempah-rempah itu untuk di perjualbelikan di negaranya sendiri dengan harga yang cukup relatif tinggi di bandingkan dengan harga asli di Indonesia.
       Pedagang muslim asal Arab, Persia dan India sudah mulai berdagang sejak abad ke-7 M, Malaka pada saat itu menjadi pusat rempah-rempah sebelum ditaklukkan oleh Portugis. Dengan menggunakan alternatif kapal yang dibantu oleh angin musim, Arab, Persia dan India mondar-mandir melakukan pelayaran ke negeri Cina untuk berdagang. Kegiatan pelayaran dan perdagangan antara negeri di Asia bagian Barat dan Timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam dibawah bani Ummayah dan dibawah kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu Islam semakin berkembang termasuk di pusat kekuasaan Hindhu-Budha ketika itu, Majapahit. Cerita sejarah itu dapat disaksikan maupun diabadikan dengan prasati-prasasti dan historiografi tradisional maupun berita asing. Islam mulai menyebar kemana-mana selain melalui kerajaan, perdagangan dan pelayaran Islam juga dibawah melalui dakwah dan perkawinan, akan tetapi dalam penyebaran agama Islam selalu di ikuti dengan penolakan, perpecahan terhadap agama yang menentang Islam. Semua itu dilakukan oleh para raja dan mubaligh dengan penuh ketulusan demi tersebarnya agama Islam di negara-negara Asia Tenggara terutama Indonesia khususnya.
       Proses Islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, tetapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran yang di tempuh oleh para pembesar-pembesar Islam. Diantara cara dan saluran Islamisasi di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita adalah :
-Saluran Perdagangan
Saluran Islamisasi melalui perdagangan dapat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut ikut dalam kegiatan perdagangan, bahkan menjadi pemilik kapal dan saham, Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim dipesisir Pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai bupai-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena faktor politik, terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim, dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
-Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi pedagang Muslim mempunyai status sosial yang lebih baik dari pada pribumi, oleh karena itu terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri-istri saudagar itu. Sebelum kawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjad antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu turut mempercepat proses Islamisasi.
-Saluran Tasawuf
Dengan tasawuf, "bentuk" Islam diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindhu, sehingga agama baru itu sudah di mengerti dan dipahami. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh.
-Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui jalur pendidikan, salah satunya yakni dengan adanya pesantern sebagai wadah penerapan pendidikan berbasis ke-Islaman. Mereka yang hidup di pesantren apabila pulang akan membawa ilmunya dan menerapkan di tempat tinggal masing-masing, hinggga mereka dewasa dan akhirnya akan menjadi Mubaligh atau pembesar Islam.
-Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal pada zaman dahulu mungkin hingga sampai sekarang adalah dengan pertunjukan wayang, dimana pemeran atau tokoh dalam pertunjukan wayang tidak meminta upah akan tetapi para warga diharapkan untuk melihat sebagai penonton dan diharuskan untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
-Saluran Politik
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Disamping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Isam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun