Mohon tunggu...
Wiwin Imanuha
Wiwin Imanuha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perfect is Being Myself!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Butuh Teori dalam Penelitian Kualitatif??

12 April 2015   14:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian kualitatif itu memiliki sifat subjektivitas yang tinggi. Bagi sebagian orang masih belum memahami akan kesubjektivitasan penelitian kualitatif, terutama bagi tipe orang-orang yang objektif, akan menganggap penelitian kualitatif sangat tidak valid.

Seperti kasus yang saya temui, seseorang teman saya berkata bahwa ia tidak menyukai penelitian kualitatif, selain terlalu ribet dengan metodenya (lebih rumit dalam mengumpulkan data seperti in-depth interview, menyebar skala questionnaire dianggap lebih mudah), ia berasumsi bahwa penelitian kualitatif sama sekali tidak dapat diuji kebenarannya.

Ya, saya tegaskan sekali lagi bahwa dalam penelitian kualitatif MEMANG ditekankan pada persepsi subjektif dari subjek penelitian.

Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu  penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Setelah dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak. Penelitian kualitatif  mengenal adanya teori yang disusun dari data yang dibedakan atas dua macam teori, yaitu :

1.    Teori Substantif

Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti.

2.    Teori Formal

Teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas social.

Nah, semoga dengan penjelasan singkat di atas, para pencari ilmu semakin memperdalam ilmunya mengenai penelitian kualitatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun